Tembus Omset Miliar: Kisah Sukses Aris Nugroho, Dari Desainer Grafis ke Raja Printing, PT Cendana Karya Printama
Kisah Inspiratif Aris Nugroho dan Kebangkitan PT Cendana Karya Printama, Dari Desainer Grafis ke Raja Printing
Kisah wirausaha selalu menarik, terutama ketika ia lahir dari proses yang tak terduga, melintasi badai kegagalan, dan akhirnya mencapai puncak kesuksesan yang terukur. Inilah narasi tentang Bapak Aris Nugroho, pendiri sekaligus nakhoda utama PT Cendana Karya Printama, sebuah perusahaan printing yang kini telah diakui sebagai salah satu pemain kunci di industri percetakan Indonesia, yang berlokasi di Jalan Pakel Nomor 58, Solo. Kisah ini telah diceritakan dalam saluran youtube PecahTelur dengan judul Strategi Bisnis Modern: Kuasai Data = Kuasai Pasar! Bisnis Auto Melejit Pakai Cara Ini.
Titik Awal dan Visi Seorang Desainer Grafis
Aris Nugroho bukanlah tipikal pengusaha yang memulai dengan modal besar atau latar belakang bisnis keluarga. Awalnya, ia adalah seorang desainer grafis yang bersemangat. Latar belakang ini, yang kemudian menjadi fondasi kuat, membawanya melihat dunia percetakan bukan sekadar sebagai mesin pengganda, melainkan sebagai wadah untuk merealisasikan estetika dan fungsi desain.
"Kenapa saya memilih usaha printing? Itu karena memang basic saya kan dulu desainer grafis. Dari situ saya melihat peluang yang sesuai dengan bidang saya, ya, di printing ini," ujar Aris.
Perjalanan bisnisnya dimulai dari tahun 2008, sebuah era di mana jasa desain grafis masih belum sepopuler sekarang. Saat itu, ia bahkan masih berstatus mahasiswa. Namun, etos kerjanya sudah tak biasa. Ia mengambil freelance desain, fokus pada desain sampul buku dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Di masa itu, ia mampu menghasilkan lebih dari 50 desain dalam sehari, sebuah pencapaian yang memberinya penghasilan di atas Upah Minimum Regional (UMR) pada zamannya.
Uang yang didapatkannya tidak ia gunakan untuk kesenangan pribadi, melainkan untuk investasi ilmu. "Biasanya saya belanjakan lagi untuk belajar. Apapun saya ikutin, workshop, pelatihan, seminar, saya ikut. Untuk itu saya habiskan untuk itu-itu saja," kenangnya. Filosofi ini didapatkannya dari kebiasaan membaca buku: "Kalau kita mau mencapai sesuatu, ya kita harus belajar keahliannya." Kegigihan untuk terus mengasah kemampuan adalah ciri khas wirausahawan sejati.
Mengolah Data, Memilih Medan Pertempuran
Keputusan besar dalam hidup Aris bukanlah sekadar beralih dari desainer menjadi pebisnis printing, melainkan memilih lokasi bisnis. Meskipun sebelumnya tinggal dan bekerja di Jogja, Aris memutuskan untuk pindah ke Solo. Keputusan ini, yang krusial bagi seorang pebisnis baru, didasarkan pada satu hal yang kini menjadi kunci sukses Cendana Printama: data.
"Apa yang saya lakukan? Saya cari data di Jawa Tengah ini perputaran uang terbesarnya di mana," jelasnya. Data yang ia temukan menunjuk ke Semarang dan Solo. Aris memilih Solo.
Setelah memilih kota, ia kembali mencari data tentang jenis usaha dominan di sana. Tiga industri besar muncul: kain, plastik, dan yang berhubungan dengan kertas. Sebagai seorang desainer, ia memilih industri kertas.
Namun, di Solo sudah ada lebih dari seribu percetakan. Jika ia masuk sebagai pemain biasa, ia pasti kalah. Aris memutar otak, mencari celah. Ia mencari data tentang kebutuhan terbesar penerbit dan percetakan yang sudah ada. Jawabannya: bahan baku. Lebih spesifik, bahan baku untuk film (di era itu). Dengan hanya dua pemain besar di bidang tersebut, Aris melihat peluang untuk menyusup dan berkompetisi.
"Itulah sesederhana itu aja kalau saya belajar baca data," katanya. Analisis berbasis data ini menunjukkan bahwa Aris Nugroho adalah seorang wirausahawan yang bergerak bukan karena feeling atau modal nekat, melainkan dengan kalkulasi matang. Ia menguasai sumber data sebelum menguasai pasar.
Ujian Berat dan Kebangkitan "Roller Coaster"
"Perjalanan bisnis luar biasa, Kak. Dicertakan kan mulai juga dari hanya beberapa orang sampai sekarang, dari 2008 ya, berarti kan sudah 16 tahunan ya. Ya, perjalanannya jatuh bangunnya juga cukup roller coaster, lho. Turun naiknya luar biasa, jatuhnya juga luar biasa."
Jatuh-bangun adalah bumbu wajib dalam dunia wirausaha, tetapi bagi Aris Nugroho, kejatuhan itu nyaris merenggut segalanya, termasuk kesehatannya.
Gagal Bayar dan Sakit Parah
Titik terendah (titik terendah pertama) terjadi di tahun 2012-2013. Saat itu, Cendana Printama sedang merangkak naik, bahkan Aris berani mengambil langkah besar: membangun pabrik Al-Qur'an.
"Niatnya mungkin yang salah," ujarnya merenung. Dengan investasi besar-besaran, mendatangkan mesin-mesin mahal, proyek yang seharusnya menjadi tulang punggung bisnis ini tiba-tiba dibatalkan. Pabrik harus ditutup. Semua aset baru harus dijual.
"Mengeluarkan investasi yang sekian banyak. Otaknya kuat untuk nahan, tapi fisiknya enggak kuat," tutur Aris.
Dampaknya sangat parah. Aris jatuh sakit. Ia didiagnosa menderita pembengkakan liver dan jantung, bahkan sempat didiagnosa HIV—sebuah kesalahan diagnosis yang menunjukkan betapa parahnya kondisi tubuhnya saat itu. Setelah berbulan-bulan di rumah sakit, menghabiskan biaya ratusan juta di Solo, ia memutuskan pulang paksa. Beberapa hari kemudian, cobaan terberat datang: jantungnya berhenti, ia mengalami mati suri.
Syukurlah ia terselamatkan. Kebangkitannya bermula dari kesadaran: "Apapun yang kita punya itu kan bisa hilang begitu saja. Dan menerima bahwa ya memang kita harus kehilangan dan kita mengakui itu kesalahan juga, kesalahan kita."
Penerimaan diri adalah awal dari pemulihan. Aris kemudian berobat ke Jakarta, dan di RSPAD, terungkap bahwa penyakitnya hanyalah hipertiroid, yang harga obatnya jauh lebih murah. Kebangkitan dari kondisi fisik dan mental yang terpuruk ini adalah testimoni nyata dari kegigihan seorang wirausahawan.
Menghadapi Kegagalan Finansial Berulang
Kegagalan finansial bukan hanya terjadi sekali. Aris mengakui, titik terendah lain adalah ketika ia "gagal bayar."
"Gagal bayar enggak cuma sekali dua kali, ya. Gagal bayar itu nilainya puluhan miliar. Gagal bayar itu gagal bayar utang di bank, gagal bayar utang di supplier, bahkan gagal bayar gaji karyawan itu sudah pernah," akunya.
Tragedi ini terulang pada 2016 dan bahkan sebelum pandemi. Inti masalahnya selalu sama: tergiur dengan bisnis baru di luar core Cendana Printama.
"Terkadang kita terlalu mudah untuk tergiur dengan bisnis yang seakan-akan menjanjikan. Padahal kalau kita fokus di bisnis kita sendiri, bisa jadi lebih menjanjikan, bisa jauh lebih besar daripada kita ngurusin yang hanya diangan-angan bisnis baru yang besar ini," Aris berpesan.
Pelajaran berharga ini mengajarkan Aris untuk membatasi ego. Meskipun ia kemudian mengembangkan beberapa lini bisnis (F&B, packaging, bahkan klinik kecantikan), pengalaman pahit di masa lalu menjadi rem agar ia tetap memprioritaskan Cendana Printama, bisnis utamanya.
Modal Miliaran dan Kepercayaan Perbankan
Mesin dan peralatan printing adalah aset mahal, harga satu mesin bisa mencapai miliaran Rupiah. Cendana Printama berani berinvestasi besar.
"Saya investasi pertama kali mesin itu umur 26 tahun, itu sekitar 2,7 miliar, itu di biaya bank. Jadi enggak mungkin pakai modal sama sekali enggak mungkin. Jadi perbankan kan, investasi sampai puluhan miliar semua pakai perbankan," ungkapnya.
Keberanian mengambil risiko finansial ini didasarkan pada kebutuhan dan peluang yang ia hitung dengan data. "Saya hitung kebutuhan customer dengan peluang ini kan juga enggak mungkin datang berkali-kali," katanya. Meskipun kini pengadaan mesin-mesin baru sudah mandiri, peran perbankan di awal menunjukkan bahwa wirausaha besar seringkali membutuhkan kolaborasi dan kepercayaan dari lembaga keuangan, bukan hanya modal pribadi.
Proyek Fenomenal dan Strategi Pembeda
Dari serangkaian jatuh-bangun, Cendana Printama kini berdiri tegak. Pertumbuhan mereka ditandai dengan proyek-proyek besar yang menguji batas kemampuan, salah satunya adalah sebuah tender yang sangat fenomenal.
Tender CHSE Kementerian Pariwisata: 300.000 Roll Banner dalam 7 Hari
Tender yang paling mencengangkan dalam sejarah Cendana Printama adalah Proyek CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dari Kementerian Pariwisata.
"Kita mengerjakan untuk roll banner, kita mengerjakan sekitar 200 atau 300.000 pieces. Itu hanya dikasih waktu 7 hari. Total itu pengiriman itu dua kontainer, ya," kata Aris.
Angka 300.000 roll banner dalam satu minggu adalah sebuah pencapaian yang gila dalam industri printing. Ini bukan hanya soal nilai rupiah yang besar, tetapi juga tentang manajemen produksi, logistik, dan sumber daya manusia.
Untuk menyelesaikan proyek raksasa ini tepat waktu, Cendana Printama harus merekrut 70 karyawan tambahan dan menjalankan operasional selama 24 jam non-stop. Proyek ini membuktikan kapabilitas perusahaan untuk menangani volume besar dengan deadline super ketat.
"Alhamdulillah itu selesai tepat waktu. Sembilan hari itu sudah terkirim," ujarnya bangga.
Omset di Atas 1 Miliar dan Nilai Spiritual
Meskipun malu membicarakan detail omset, Aris Nugroho memberikan sebuah patokan yang jelas tentang skala bisnis Cendana Printama saat ini: "Untuk omset tiap bulan di atas 1 miliaran."
Angka ini menegaskan posisi Cendana Printama sebagai perusahaan printing raksasa. Namun, di balik angka-angka tersebut, Aris menyelipkan nilai spiritual dalam menjalankan usahanya.
"Saya meyakini bahwa apa yang kita lakukan hari ini dalam usaha bermuamalah itu, ya, itu adalah ibadah. Karena itu ibadah, kita lakukan dengan sepenuh hati, dengan yang terbaik, semua caranya baik, tujuannya baik, dan kita niatkan untuk ibadah," jelasnya.
Strategi Pembeda: Kualitas Sebagai Kewajiban
Di tengah persaingan industri printing yang ketat, Cendana Printama tidak sekadar menjual jasa cetak, tetapi menawarkan nilai dan garansi.
Strategi utama Cendana Printama berfokus pada tiga pilar:
Pelayanan Nomor Satu: Tidak bisa dimungkiri, pelayanan yang prima adalah kunci.
Produksi & Kualitas: Menjaga mutu adalah keunggulan.
Delivery & Ketepatan Waktu: Memberikan garansi pengiriman yang tepat waktu, mengatasi masalah umum di dunia printing yang seringkali mengalami kemunduran jadwal.
Yang paling ditekankan oleh Aris adalah definisi kualitas di perusahaannya:
"Di Cendana sendiri, kualitas itu bukan sebuah keunggulan, tapi kewajiban."
Filosofi ini menunjukkan standar tinggi yang ditetapkan. Pelanggan tidak perlu lagi mempertanyakan kualitas; itu adalah default yang wajib mereka terima.
Memenuhi Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Strategi lain yang unik adalah tidak hanya memenuhi kebutuhan, tetapi juga keinginan pelanggan.
"Contoh, mereka sebenarnya butuh kemasan itu sederhana, butuhnya sederhana. Tapi keinginannya itu yang tidak sederhana. Nah, itu yang kadang-kadang harus kita berikan ke customer," katanya.
Pendekatan ini membuat Cendana Printama mampu melayani berbagai segmen—dari Retail (tanpa minimal order), Corporate (dengan MOQ/Minimum Order Quantity), hingga Project (harga sangat murah untuk volume besar). Dengan memecah segmen ini, mereka memastikan tidak ada pelanggan yang ditolak karena terlalu kecil atau terlalu besar.
Menganalisis Tren Global dan Masa Depan
Aris Nugroho tidak hanya melihat data lokal, ia juga aktif mengikuti tren global, khususnya dari Tiongkok (Cina).
"Saat ini sih tetap kiblatnya di negara luar sih. Kalau saat ini, tren yang kita ikuti saat ini tetap tren dari Cina," akunya.
Ia menjelaskan bahwa pengembang di Cina melakukan riset jauh-jauh hari sebelum launching tren. Cendana Printama sudah mulai mempersiapkan bahan baku dan mesin bahkan sebelum produk tersebut diluncurkan di Asia, memanfaatkan jeda waktu perkenalan tren dari Eropa/Amerika ke Asia.
Contoh konkretnya adalah tren standing pouch untuk UMKM. Berdasarkan data, Cendana Printama sudah mulai mengembangkan produk ini sejak 2014, jauh sebelum tren ini meledak di masa pandemi 2020. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mempersiapkan diri terhadap tren jauh sebelum hype terjadi adalah rahasia di balik inovasi Cendana Printama.
Saat ini, mereka sedang mempersiapkan divisi baru di Plaza Pack, khusus label dan packaging kosmetik serta skincare, mulai dari kemasan hingga botol dan jar, menjawab kebutuhan pasar yang sedang melonjak di industri kecantikan.
Penutup: Pesan untuk Generasi Wirausaha
Kisah Aris Nugroho dari seorang desainer grafis yang introvert—bahkan diakui olehnya sendiri, yang dulu sulit bicara di depan orang—hingga menjadi pemimpin perusahaan dengan omset miliaran, adalah bukti bahwa transformasi bisa terjadi. Ia belajar untuk tampil, berinteraksi, dan memimpin, meskipun itu bertentangan dengan sifat aslinya.
Pesannya untuk generasi wirausaha muda sangat jelas:
"Peluangnya sudah terbuka sedemikian luas, sedemikian lebar, dan tidak sesulit zaman-zaman saya dulu. Harusnya sih lebih terbuka menerima perubahan. Ketika kita tidak bisa menerima perubahan, ya kita akan ditinggalkan dan hilang begitu saja."
Wirausaha, di mata Aris Nugroho, adalah tentang kesiapan untuk beradaptasi, mengandalkan data sebagai kompas, menjaga kualitas sebagai kewajiban, dan tidak mudah tergiur dengan gemerlap bisnis sampingan yang menjauhkan kita dari fokus utama. Kebangkitan Cendana Karya Printama bukan hanya kisah sukses bisnis, melainkan sebuah narasi tentang ketahanan, integritas, dan kekuatan dari data.
Aris Nugroho, dari PT Cendana Karya Printama, kini menjadi inspirasi bagi banyak orang: bahwa sebuah bisnis besar dapat dibangun dari nol, dari sebuah keahlian desain, asalkan disertai dengan riset yang mendalam, keberanian mengambil risiko terukur, dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan.
"Kisah Bapak Aris Nugroho dan PT Cendana Karya Printama mengajarkan bahwa titik terendah adalah batu loncatan terbesar, asalkan kita berani bangkit dengan bekal data dan komitmen kualitas yang tak terkompromi. Dari seorang desainer grafis hingga menjadi raja printing dengan omset miliaran, perjalanan beliau adalah bukti nyata kekuatan fokus dan adaptasi. Setelah menyimak kisah inspiratif ini, pelajaran apa yang paling berharga yang akan Anda terapkan dalam perjalanan wirausaha Anda sendiri, dan langkah konkret apa yang akan Anda ambil besok untuk memulainya?" Tulis jawaban Anda di kolom komentar.
Sumber: Ch.ytb. PecahTelur Strategi Bisnis Modern: Kuasai Data = Kuasai Pasar! Bisnis Auto Melejit Pakai Cara Ini
Reviewed by arcomedia.pro
on
Oktober 27, 2025
Rating:






Tidak ada komentar: