Arif Firmansyah's Key to Success: From Hotel Employee to Billions in Turnover from Mayscent, the Best Air Freshener
Kisah sukses Arif Firmansyah, pemilik brand "Mayscent", adalah cerminan dari kegigihan, adaptasi cepat, dan filosofi hidup yang mendalam. Berawal dari keinginan mencari penghasilan sampingan saat pandemi COVID-19, kini produk pengharum ruangan dan parfumnya telah menjadi pilihan utama, bahkan bahan baku bagi pemain besar di industri yang sama di Indonesia. Kisah ini telah diceritakan pada saluran youtube PecahTelur beberapa waktu lalu.
Mayscent: Membangun Aroma Kesuksesan dari Ketekunan dan Keikhlasan
Arif Firmansyah, yang sehari-hari bekerja di salah satu hotel bintang 5 di Surabaya, merasakan dampak besar pandemi COVID-19. Ambisinya untuk mengejar jenjang karir yang lebih tinggi di industri perhotelan terhenti karena kondisi yang stuck saat itu. Baginya, untuk naik jabatan dengan cepat di hotel, seseorang seringkali harus berpindah-pindah hotel. Namun, pandemi membatasi pergerakan ini.
"Waktu karena Corona itu hotel kan salah satu yang terdampak, jadi waktu itu saya mikir karena stuck saya enggak bisa ngejar posisi ke atasan selanjutnya," kenangnya. Situasi ini mendorongnya untuk mencari alternatif pemasukan yang dapat menyamai atau bahkan melampaui posisi di atasnya. Ia sempat mencoba berbisnis sus kering bernama Myus selama kurang lebih setahun.
Titik awal Mayscent justru bermula dari niat tulus untuk membantu. Arif membantu seorang teman yang menjadi reseller pengharum mobil. Ia membeli stok pengharum mobil senilai jutaan rupiah. Tak disangka, produk tersebut habis dalam waktu kurang dari sebulan. Dari sini, terbersit ide: "Oh, kalau saya buat sendiri pun kayak gini kayaknya mudah deh."
Dengan semangat yang menggebu-gebu, Arif mengambil keputusan all in. Ia langsung membeli 12.000 kemasan meskipun produknya sendiri belum jadi. Namun, kenyataan tidak semudah yang dibayangkan. Penjualan pengharum mobil justru kurang memuaskan.
"Ternyata enggak semudah itu sih. Jadi malah pengharum mobil ini yang kurang, memang penjualannya kurang. Akhirnya saya nyari-nyari lagi nemuin formula yang pas, Alhamdulillah sampai sekarang," ujar Arif.
Gegabah di awal justru mengajarkan pelajaran berharga. Setelah mencoba dan membuang banyak bahan yang tidak cocok, ia menemukan formula yang pas dan beralih ke produk reed diffuser, pengharum ruangan tanpa listrik dan api. Saat itu, produk semacam ini belum banyak digunakan.
Ia mencoba menjualnya dengan cara yang sangat sederhana: menggunakan kantong plastik (kresek) untuk mengemasnya dan menjualnya di media sosial. Review positif dari pembeli pertama memberinya keberanian. Ia kemudian memberanikan diri membuat kemasan dalam jumlah besar, sekitar 4.000 pieces, dan hingga kini, reed diffuser menjadi produk yang paling laris.
Pilar Kesuksesan: Kualitas Produk dan Pelayanan Ala Hotel Bintang 5
Keberhasilan Mayscent bukan semata karena formula aroma yang tepat, tetapi juga berakar kuat pada pengalaman Arif di industri perhotelan, terutama dalam hal kualitas dan kepuasan pelanggan.
14 Varian Favorit dan Kontribusi Bahan Baku
Saat ini, Mayscent menawarkan 14 varian produk. Selain reed diffuser untuk ruangan, produknya juga mencakup essential oil, parfum badan, parfum mobil, dan linen & spray.
Kualitas Mayscent bahkan diakui oleh kompetitor. Arif mengungkapkan bahwa beberapa penjual dengan penjualan tinggi, bahkan disebutnya mungkin nomor satu di Indonesia, mengambil bahan bakunya dari Mayscent.
"Bahkan yang penjualannya mungkin nomor satu di Indonesia, itu juga ambil campurannya juga ke kita sih. Mereka penjualannya jauh lebih di atas saya, cuman ambil bahan bakunya di kita," jelasnya.
Strategi Pemasaran Minim Endorsement
Strategi pemasaran Mayscent cenderung sederhana dan efisien. Arif tidak banyak melakukan endorsement, hanya sesekali di awal. Kekuatan utama pemasaran berasal dari iklan di marketplace dan yang paling penting, ulasan positif pelanggan karena kualitas produk yang baik.
"Sampai sekarang enggak pernah endorse. Jadi hanya ngandelin iklan di marketplace itu dan itu enggak banyak sih," imbuhnya.
Review Pelanggan: Tolak Ukur Kinerja Bisnis
Bagi Arif, review pelanggan adalah elemen krusial yang menentukan keberhasilan bisnis. Prinsip ini ia bawa dari pengalamannya bekerja di hotel bintang 5, di mana mendapatkan skor delapan dari sepuluh saja sudah dianggap "kuning" atau buruk.
"Saya bekerja di hotel itu menganggap review itu sangat penting. Hotel bintang 5 itu untuk review seseorang kalau ada tamu dan ngasih review bintang enggak usah bintang satu, ya. Kan satu sampai 10 itu ngasih delapan pun itu kuning dan itu sudah jelek buat kita," tegasnya.
Di bisnis online, prinsip ini diterjemahkan menjadi upaya serius menangani setiap keluhan. Arif secara pribadi akan menghubungi pelanggan yang memberikan bintang satu, dua, atau tiga untuk mencari solusi.
Ia menerapkan prinsip "Go Hits" dari industri hotel untuk handling complain (penanganan keluhan):
- Greeting (Sapaan)
- Offering (Penawaran)
- Hearing (Mendengarkan)
- Empathy (Empati)
- Apology (Permintaan Maaf)
- Take action (Ambil Tindakan)
- Solution (Solusi)
Berkat perhatian pada kualitas dan pelayanan ini, Mayscent mencatat pencapaian membanggakan: "Untuk di offline itu untuk saat ini Alhamdulillah kita enggak ada review bintang satu itu enggak ada dari ribuan itu Alhamdulillah enggak ada."
Etos Kerja dan Filosofi "Puasa di Masa Muda, Hari Raya di Masa Tua"
Di balik peningkatan pendapatan yang kini mencapai tiga digit juta Rupiah per bulan dari berbagai kanal penjualan, terdapat etos kerja keras dan filosofi hidup yang dipegang teguh oleh Arif Firmansyah.
Memaksimalkan 24 Jam
Arif menyadari bahwa modal utama yang sama dimiliki oleh setiap manusia adalah waktu.
"Saya punya pikiran ya kalau sebenarnya kita ini modal yang paling utama kita itu sama mungkin semua orang bisa memiliki hal itu juga, itu waktu. Jadi 24 jam itu sama. Orang lain juga punya 24 jam, enggak bisa dibeli, enggak bisa dikurangi, enggak bisa ditambah. Semua 24 jam. Nah, itu gimana kita mengaturnya itu sih."
Ia membandingkan dirinya yang merasa lelah dengan orang-orang yang jauh lebih sukses, meyakini bahwa mereka pasti telah melalui fase yang jauh lebih berat.
Di awal merintis, ia harus bekerja night shift di hotel (mulai jam 11 malam hingga 8 pagi), menempuh perjalanan satu jam dari Surabaya, dan setibanya di rumah sekitar jam 10 pagi, ia langsung mengurus packing selama dua jam. Seringkali, ia harus meracik pesanan dalam jumlah besar, yang membuatnya sangat kelelahan secara fisik dan mental.
Saking lelahnya, ia seringkali harus berhenti di jalan saat pulang kerja untuk tidur di atas motor. Momen-momen berat inilah yang selalu ia jadikan pemicu semangat.
Prinsip Kehidupan: Waktu Puasa
Filosofi hidup yang selalu ditanamkan oleh ayahnya menjadi pegangan utama: "Ambil puasamu di masa mudamu, hari rayamu di masa tuamu."
"Ayah saya itu selalu bilang ambil puasamu di masa mudamu, hari rayamu di masa tuamu. Puasa dan hari raya, itu selalu saya jadikan pacuan saya lah," katanya. Saat melihat teman-teman sebayanya bisa membeli mobil dan menikmati hidup, Arif memilih untuk lebih fokus mengembangkan usahanya, menahan diri untuk "berpuasa" dulu, dan menunda kesenangan.
Prinsip ini bukan baru ia terapkan. Saat kuliah di NHAI Bandung, ia sudah menjalani jadwal yang sangat padat: kuliah pagi hingga siang, dilanjutkan kerja daily walker di hotel hingga jam 11 malam, lalu tidur sebentar, dan jam 3 pagi sudah harus ke pasar untuk membeli pisang demi usaha kuliner "banana keju Bandung" yang ia jalankan.
Kelelahan ekstrem di masa muda membuatnya merasa bahwa effort yang ia lakukan saat ini, bahkan dengan omset yang tinggi, terasa tidak begitu berat. Inspirasi dan Tujuan Hidup: Ikhlas, Berdampak, dan Membawa Manfaat
Lebih dari sekadar mencari uang, Arif Firmansyah memiliki tujuan yang lebih mulia yang mendasari segala usahanya.
Makna Rezeki dan Ikhlas
Arif percaya pada firman Allah dalam surat An-Najm ayat 39: Wa-laisa lil-insāni illā mā sa‘ā (bahwasanya setiap manusia itu akan diberikan rezeki sesuai dengan apa yang ia kerjakan dengan sungguh-sungguh).
"Rezeki itu harus diikhtiarin sih. Enggak bisa kita diam, benar-benar diam di rumah terus mengharapkan rezeki datang ke kita," jelasnya. Filosofi bisnisnya didasarkan pada ajaran ayahnya: "Untuk diri kita itu biasa aja, tapi untuk orang lain itu harus luar biasa."
Ketika seseorang telah mendapatkan rezeki atas kerja kerasnya, memberi kepada orang lain atau menciptakan dampak positif bagi orang lain akan terasa jauh lebih ikhlas. Ia mengaku seringkali merasa tidak rela untuk membelikan barang mahal untuk diri sendiri, namun tidak berpikir panjang jika itu untuk orang lain.
"Kalau hanya mencari uang, mungkin kita lihat di keliling kita itu money everywhere. Jadi uang itu di mana aja kita bisa dapetin kalau kita sudah tahu caranya," tuturnya.
Mendapatkan Dukungan dan Membangun Ekosistem
Dukungan terbesar Arif datang dari keluarga: istri, mertua, dan orang tua. Ia percaya bahwa dukungan datang ketika orang terdekat merasakan dampak positif dari usahanya, seperti membayar listrik rumah atau memberikan sebagian hasil usaha untuk orang tua istri, yang merupakan di luar gaji pekerjaannya.
"Ketika orang merasa ada dampak yang dia terima, nah itu dukungan itu pasti jauh... karena mereka merasakan. Ketika mereka merasakan ya dia pasti lebih ikhlas lagi lah untuk doa, untuk apanya segala macam," ungkapnya.
Ia sengaja membangun usahanya di rumah orang tua sebagai bentuk bakti, agar dapat bertemu orang tua setiap hari. Sebelum bekerja atau memulai aktivitas, ia selalu meminta maaf dan minta doa dari ibunya.
"Ibu saya itu dia doain terus kayak 'Vir, semoga bisnismu laris manis apa segala macam'. Soalnya enggak mungkin kalau saya rasa kalau marketing apa saya enggak enggak enggak paham-paham betul. Itu ilmu marketing saya itu ke situ, ke orang tua terus ya mungkin sedekah," ujarnya, menegaskan bahwa doa orang tua adalah "ilmu marketing" yang paling utama.
Mukjizat Pernikahan dan Keberanian Berikhtiar
Salah satu kisah yang memperkuat keyakinan Arif terhadap pertolongan Allah adalah persiapan pernikahannya. Beberapa bulan menjelang pernikahan, ia hanya memiliki uang Rp1,5 juta di rekening. Keraguan kakaknya ia tanggapi dengan keyakinan penuh.
Ia bersaksi, setiap kali muncul kebutuhan mendadak, seperti biaya MUA sebesar Rp10 juta, rezeki datang dengan cara tak terduga. "Lah kok ada yang pesan 700 botol saat itu juga. Orang enggak dikenal ya apa, ngapain juga dia pesan sebanyak itu kalau enggak dari Allah," ceritanya.
Untung dari transaksi tersebut sekitar Rp15 jutaan, cukup untuk biaya MUA. Kebutuhan lain seperti biaya gedung dan lain-lain selalu terjawab satu per satu. Dalam lima hingga enam bulan, ia berhasil mengumpulkan uang lebih dari Rp200 juta untuk pernikahan, mewujudkan impiannya untuk menikah tanpa berhutang.
Keyakinan dan keikhlasan Arif Firmansyah dalam menjalankan Mayscent menjadi inspirasi, membuktikan bahwa kerja keras, integritas (terutama dalam pelayanan pelanggan), dan tujuan mulia adalah formula pasti untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. Ia menyimpulkan dengan ajakan sederhana: "Yang penting itu tadi dicoba."
Sumber : Ch.ytb. PecahTelur
Usaha Sampingan Omset Ratusan Juta, Cukup Luangkan Waktu 2-3 Jam Saja
0 Komentar