Revolusi Gula Semut Organik: Kisah Sukses Ella Rizky, Pemantik Koperasi Desa Menembus Pasar Dunia
Kisah Ella Rizky, Sang Pemantik Kooperasi Modern
yang Mengubah Desa Menembus Dunia
Dusun Semen, Magelang, Jawa Tengah, bukan lagi sekadar titik kecil di peta. Di desa yang subur dengan pepohonan kelapa ini, terjadi sebuah revolusi senyap. Dipimpin oleh seorang perempuan muda, Ella Rizky Farihatul Maftuhah, wajah desa bertransformasi dari kantong-kantong TKI perempuan menjadi pusat produksi gula kelapa organik berstandar global. Kisah Ella adalah penolakan tegas terhadap narasi konvensional: ia membuktikan bahwa ilmu pengetahuan, inovasi, dan semangat kooperasi bisa menjadi senjata paling ampuh untuk membangun ekonomi akar rumput yang kokoh, relevan, dan mendunia.
Episentrum Perubahan: Dari Prihatin ke Visi Pemberdayaan
Udara sejuk Magelang yang membuai tak mampu meredam keprihatinan Ella Rizky. Sebagai putri daerah yang tumbuh di Dusun Semen, Desa Trenten, ia menyaksikan realitas pahit yang menjerat banyak perempuan di sekitarnya. Pohon kelapa menjulang tinggi, nira melimpah, namun nilai jual komoditas lokal yang rendah memaksa para ibu meninggalkan anak-anak dan keluarga mereka, merantau ke kota atau bahkan ke luar negeri, hanya untuk menjadi asisten rumah tangga (ART) dengan penghasilan minim.
“Kenapa ibu-ibu harus meninggalkan anaknya demi cari nafkah? Padahal potensi desanya sangat besar,” pertanyaan inilah yang menggerus hati dan pikiran Ella. Ia menyadari ada jurang lebar antara potensi sumber daya lokal yakni kelapa dengan kesejahteraan masyarakatnya. Tradisi membuat gula cetak yang sudah mendarah daging tidak lagi cukup menopang ekonomi. Realitasnya, Dusun Semen adalah cerminan dari banyak desa di Indonesia yang kaya sumber daya alam namun miskin secara ekonomi karena lemahnya hilirisasi dan ketidaksiapan produk lokal bersaing di pasar modern.
Keprihatinan itu ia bawa hingga ke bangku perkuliahan. Bukan sekadar meloloskan diri dari keterbatasan desa, Ella justru menggunakan pendidikannya sebagai bekal untuk kembali membangunnya. Dengan latar belakang pendidikan yang cemerlang alumnus Magister Kimia UGM dan kini mahasiswa program Doktoral Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM)—Ella memiliki seperangkat ilmu pengetahuan yang tajam. Ia adalah satu-satunya awardee Beasiswa LPDP angkatan PK-190 dari jalur wirausaha yang, alih-alih mengambil kesempatan studi di luar negeri, memilih tetap di Indonesia. Misinya tunggal: mengaplikasikan ilmunya untuk memberdayakan perempuan desa.
Keputusan ini bukanlah tanpa tantangan. Ia harus melawan pandangan skeptis dari lingkungan sekitar yang sering meremehkan potensi desa. Namun, bagi Ella, ilmunya baru akan bermakna jika dapat menyentuh kehidupan nyata masyarakat, mengubah nira yang tadinya hanya menghasilkan gula seharga sepele, menjadi komoditas emas di pasar global. Visi Ella adalah merevolusi Magelang, dari desa pengirim TKI menjadi desa pengekspor komoditas kelas dunia.
Metamorfosis Gula: Ilmu Kimia Bertemu Ekonomi Rakyat dan Keteguhan Mental
Keputusan Ella untuk membangun usaha berbasis kelapa dilandasi analisis ilmiah dan pasar yang mendalam. Ia melihat potensi besar pada produk turunan kelapa, khususnya gula semut organik (coconut sugar), yang memiliki nilai ekonomi tinggi, pasar global yang luas, dan manfaat kesehatan, terutama karena indeks glikemiknya rendah sehingga cocok untuk penderita diabetes. Gula semut organik adalah metamorfosis dari gula jawa tradisional—lebih higienis, terstandar, dan berkelas ekspor.
Pada tahun 2015, inisiatif itu lahir sebagai Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari, dengan hanya lima orang kerabat. Awalnya, perjuangan mereka berat. Modal terbatas, pengetahuan tentang standar ekspor masih minim, dan yang paling krusial, produk gula semut yang diproduksi secara kecil-kecilan hanya dititipkan ke toko oleh-oleh. Pasar lokal belum sepenuhnya memahami manfaat dan kualitas produk yang lebih mahal dibandingkan gula biasa ini. Penjualan sempat terhenti, memicu kegiatan ekonomi KWT mandek. Ella bahkan sempat merasakan penolakan berkali-kali dari calon pembeli dan sindiran dari tetangga.
Namun, semangat dan kecerdasan Ella adalah kunci. Ia tidak malas belajar. Gagal menjual, ia memutar otak. Sembari menempuh studi, ia mendalami branding, digital marketing, dan strategi promosi. Ia memanfaatkan jaringannya di kampus, berdiskusi dengan guru besar ahli kelapa, dan bahkan mempelajari pembuatan madu nabati vegan nektar dari bunga kelapa saat studi di luar negeri pada tahun 2019. Ia menyadari bahwa produk yang bagus harus didukung oleh kemasan, narasi, dan jalur distribusi yang cerdas.
Titik balik sesungguhnya datang dari luar negeri, menegaskan instingnya untuk mengincar pasar global. Seorang wisatawan asal Korea Selatan, yang kebetulan sedang berlibur di Indonesia, membeli produk mereka dalam jumlah besar. Pengalaman manis dari produk lokal ini membuka mata wisatawan tersebut dan menjadi viral di komunitasnya. Permintaan datang susul-menyusul. Pintu ekspor yang semula hanya mimpi, kini terbuka. Ini membuktikan hipotesis Ella: dengan kualitas dan cerita yang kuat, produk desa Magelang bisa bersaing dengan produk negara maju mana pun.
Kooperasi Modern: Pilar Bisnis yang Berjiwa Sosial dan Berbasis Ekspor
Keberhasilan menembus pasar internasional menuntut struktur organisasi yang lebih profesional dan terstandar. Pada tahun 2017, Ella mendirikan Koperasi Nira Lestari Makmur sebagai wadah bisnis berlandaskan pemberdayaan masyarakat, diikuti dengan pendirian PT Nira Lestari International pada tahun 2022. Struktur ganda ini mencerminkan filosofi bisnis Ella: profesionalitas manajemen untuk pasar global, dipadukan dengan semangat kebersamaan dan bagi hasil ala koperasi untuk menyejahterakan akar rumput.
Koperasi di bawah kepemimpinan Ella adalah antitesis dari citra kooperasi konvensional yang sering dianggap ketinggalan zaman dan minim inovasi. Kooperasi Nira Lestari Makmur menjalankan manajemen profesional, transparan, dan berorientasi pasar ekspor. Filosofi bagi hasilnya adil, memastikan petani mendapat harga pembelian yang jauh lebih tinggi daripada harga pasar tradisional, sehingga mata rantai kemiskinan akibat rendahnya harga komoditas berhasil diputus.
Pencapaian dan Skala Bisnis yang Mengguncang:
Pasar Ekspor: Gula semut organik dan produk turunan lainnya kini diekspor secara rutin ke Kanada (rata-rata 20 ton setiap 3 bulan), Belanda, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan. Jaringan ini terus diperluas ke Eropa dan Amerika Utara.
Kapasitas Produksi: Berkat standarisasi dan efisiensi, koperasi mampu mencapai hingga 60 ton per bulan, volume yang mustahil dicapai melalui model bisnis tradisional.
Mitra dan Anggota: Memberdayakan lebih dari 309 mitra petani dan sekitar 94 perempuan sebagai anggota KWT/Koperasi, termasuk 15 anak muda lokal yang diberi posisi penting sebagai tim digital marketing. Ini adalah bukti nyata regenerasi dan penciptaan lapangan kerja modern di desa.
Ella berfokus pada pasar ekspor sejak awal, bahkan baru menjangkau pasar lokal secara signifikan pada tahun 2020. Strategi ini membalik pola pemasaran umum yang biasanya merangkak dari lokal ke global. Hal ini membuktikan bahwa produk desa memiliki daya saing global asalkan standar kualitasnya setara. Fokus ekspor menjamin harga jual yang stabil dan tinggi, yang pada gilirannya menstabilkan kesejahteraan petani.
Inovasi Kimia untuk Kualitas Global: Jembatan Sains dan Desa
Sebagai kandidat doktor kimia, Ella membawa inovasi teknologi yang krusial untuk memastikan produk desanya memenuhi standar ekspor internasional. Ia memahami bahwa kualitas adalah mata uang global. Sertifikasi Organik yang didapatkan bukan sekadar stempel, melainkan hasil dari penerapan ilmu kimia dan kontrol mutu yang ketat.
Inovasi yang ia kembangkan meliputi:
Aplikasi Digital Uji Kualitas Nira: Sebuah terobosan untuk uji kualitas nira hanya dari foto sampel yang diunggah petani. Aplikasi ini menggunakan algoritma sederhana untuk mendeteksi kandungan dan kemurnian nira, memungkinkan petani melakukan quality control cepat tanpa biaya mahal. Ini adalah desentralisasi teknologi yang luar biasa.
Rancang Bangun Alat Laboratorium Murah untuk UMKM: Menciptakan alat lab sederhana dan terjangkau untuk UMKM di desa. Alat ini memudahkan pengujian kadar air, ash content, dan pH agar sesuai standar global yang disyaratkan oleh pasar ekspor. Ini menghilangkan ketergantungan pada lab kota yang mahal dan jauh.
Pendampingan Produksi Higienis dan Penggantian Zat Kimia: Menggantikan bahan kimia saat menderes nira dengan bahan alami seperti ekstrak kulit manggis untuk menghasilkan nira berkualitas tinggi yang jernih, dengan pH stabil (5,3–5,8). Proses ini tidak hanya meningkatkan kualitas nira tetapi juga menjamin keorganikan produk secara mutlak.
Integrasi ilmu pengetahuan ini bukan hanya soal produk; ini adalah tentang menciptakan sistem mutu yang mandiri di tingkat desa. "Jurnal penelitian tentang gula kelapa banyak, tapi belum bisa diakses masyarakat. Saya ingin jadi jembatannya,” ungkap Ella. Dengan transfer pengetahuan ini, petani tradisional diubah menjadi "petani-saintis" yang mengerti betul parameter kualitas produk mereka.
Solusi Regenerasi dan Kelestarian: Kelapa Genjah dan Zero-Waste
Tantangan terbesar dalam industri kelapa adalah regenerasi petani. Profesi pemanjat pohon kelapa (pendere) dianggap berisiko, membutuhkan skill fisik tinggi, dan kurang diminati generasi muda. Ella kembali menawarkan solusi inovatif yang berbasis ilmu pengetahuan dan visi jangka panjang:
Kelapa Pendek Genjah: Mengembangkan bibit kelapa hasil kultur jaringan yang tingginya hanya sekitar 1 meter. Keunggulannya adalah aman dan mudah dipanen tanpa perlu memanjat, menghasilkan produksi nira dua kali lebih banyak, dan mulai panen hanya dalam waktu empat tahun (jauh lebih cepat dari kelapa biasa). Konsep ini sangat cocok untuk menarik minat generasi muda bertani karena mengurangi risiko dan meningkatkan efisiensi kerja.
Pengolahan Terpadu (Zero-Waste): Ella juga mengembangkan konsep zero-waste dengan mengolah produk turunan kelapa lainnya. Limbah tempurung kelapa diolah menjadi asap cair yang bisa menjadi insektisida alami, pupuk, atau pengawet organik. Sabut kelapa menjadi cocopeat. Selain itu, produk turunan lain seperti virgin coconut oil (VCO) dan wedang rempah tanpa ampas juga diproduksi. Dengan demikian, 80% keuntungan tidak terpaku pada gula semut, menciptakan ketahanan bisnis dan memastikan semua bagian kelapa bernilai ekonomi.
Langkah-langkah strategis ini kini bahkan menarik perhatian internasional, dengan terjalinnya kerja sama joint venture dengan pengusaha Malaysia yang memiliki fokus serupa, menunjukkan bahwa model bisnis berbasis inovasi dan kelestarian yang dikembangkan Ella relevan di tingkat regional.
Dampak Nyata di Akar Rumput dan Visi Jangka Panjang Kesejahteraan
Kisah Ella melampaui sekadar omzet miliaran rupiah per tahun. Dampak sosial dan ekonomi yang diciptakannya di Dusun Semen adalah bukti paling nyata. Upayanya sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs 5 (kesetaraan gender) dan SDGs 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi).
Pemberdayaan Perempuan dan Pengurangan Migrasi: Ibu-ibu yang semula terpaksa menjadi ART di luar kota kini memiliki pekerjaan fleksibel di kampung sendiri melalui KWT Nira Lestari. Ini memberikan peningkatan signifikan pada pendapatan keluarga dan memungkinkan para ibu tetap dekat dengan anak-anak mereka. Ella mengubah ibu-ibu desa dari tenaga kerja domestik migran menjadi manajer mutu dan operator produksi berstandar ekspor.
Regenerasi Wirausaha dan Pendidikan Digital: Ella membangun sekolah bisnis non-formal gratis di desa untuk menumbuhkan wirausaha lokal baru. Ia secara aktif menciptakan lapangan kerja berbasis digital marketing di desa, memberdayakan anak muda di bidang yang relevan dengan perkembangan zaman, mengubah stigma bahwa kesuksesan hanya ada di kota.
Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial: Program Corporate Social Responsibility (CSR) Ella mencakup dukungan untuk pendidikan (penurunan angka putus sekolah), kesehatan, sembako murah, dan kelestarian lingkungan. Kesejahteraan yang tercipta adalah kesejahteraan kolektif, bukan individual.
Meski telah memberdayakan lebih dari 300 petani, Ella mengakui bahwa capaian ini "masih jauh dari kata optimal," karena baru menggarap sekitar 1% dari total 480 hektar kebun kelapa di Candimulyo. Visi jangka panjangnya adalah menjadikan desanya sebagai pusat ekonomi berbasis kelapa yang mandiri dan sejahtera, mencakup seluruh wilayah Magelang dan sekitarnya. Untuk mewujudkan itu, ia bahkan memperkenalkan sistem crowdfunding sebagai sumber modal usaha yang tetap berlandaskan pendekatan koperasi, menjamin kenyamanan dan kepercayaan investor lokal maupun nasional. Ia ingin membuktikan bahwa desa mampu mendanai pembangunan ekonominya sendiri.
Penutup: Belajar dari Jatuh untuk Berlari Menuju Revolusi Desa
Ella Rizky Farihatul Maftuhah, perempuan muda Magelang yang berani bermimpi besar, adalah teladan bagi generasi masa kini. Ia membuktikan bahwa gelar akademis tidak harus berakhir di meja laboratorium atau birokrasi kota, melainkan bisa menjadi instrumen perubahan paling efektif di desa. Ia adalah agent of change yang menyatukan kecerdasan ilmiah dan empati sosial.
Kisah perjuangannya adalah integrasi sempurna antara ilmu pengetahuan (Kimia dan Agronomi), inovasi (alat uji murah dan kelapa genjah), dan empati sosial (model kooperasi pemberdayaan perempuan). Ia telah mengubah nira menjadi simbol harapan, membuktikan bahwa komoditas desa bisa menjadi brand global. Pesan yang ia tinggalkan sederhana, namun memiliki bobot yang sangat kuat:
“Jangan takut gagal. Belajarlah dari jatuh, dan ubah itu jadi langkah untuk berlari.”
Di bawah kepemimpinan Ella, kooperasi bukan lagi sekadar perkumpulan konvensional, melainkan sebuah model bisnis modern, inovatif, dan berdaya saing global sebuah revolusi nira yang manis dari Dusun Semen untuk dunia, sebuah cetak biru baru bagi pembangunan ekonomi akar rumput Indonesia.
Sumber : Kick Andy Metro TV
Alumni UGM
Kemenkeu RI
Reviewed by arcomedia.pro
on
Oktober 26, 2025
Rating:






Tidak ada komentar: