Kisah Inspirasi Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips Dari Cianjur ke Pentas Dunia

Siapa Bilang Produk Olahan Pisang Tak Menjanjikan?

Di tengah hiruk-pikuk kaum milenial yang berlomba-lomba mencari celah di dunia digital atau industri kreatif, seorang perempuan muda dari Cianjur memilih jalur yang mungkin dianggap ‘tradisional’ namun penuh potensi: pertanian dan pengolahan pangan. Dia adalah Nurul Ihsani, wirausaha muda berusia 20 tahun yang sukses mengubah pisang lokal yang terancam busuk menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, sekaligus menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Lewat merek dagang Banana Chips, Nurul tak hanya sekadar menjual keripik pisang; ia menawarkan solusi. Solusi untuk petani pisang di daerahnya, solusi untuk ibu-ibu rumah tangga yang kehilangan pekerjaan saat pandemi, dan solusi untuk dirinya sendiri yang ingin mandiri di usia muda. Kisah Nurul adalah bukti nyata bahwa pertanian, di tangan anak muda yang visioner, adalah ladang emas yang tak akan pernah kering.

Sebagai CEO PT Sani Rasa Pangan Indonesia dan juga Young Ambassador Program YESS Kementan, Nurul bukan hanya bangga menjadi bagian dari petani muda, tetapi juga meyakini bahwa sektor ini menyimpan peluang emas yang harus dimanfaatkan oleh generasnya.

Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan saya Nurul Ihsani, saya merupakan CEO dari PT Sani Rasa Pangan Indonesia yang sekarang bergerak di bidang pengolahan pertanian. Saat ini produk kami merupakan olahan dari pisang, yaitu keripik pisang dengan brand Banana Chips,” sapa Nurul, memulai kisahnya.

Lahir dari Pandemi, Tumbuh dari Kepedulian

Bisnis Banana Chips berdiri pada tahun 2020, tepatnya bulan Desember. Kelahirannya tak lepas dari momen krusial yang dialami banyak orang: pandemi COVID-19.

Saat itu, Nurul masih berstatus mahasiswi semester tiga yang kuliah di Jakarta. Kebijakan perkuliahan daring memaksanya kembali ke kampung halaman di Cianjur. Waktu luang yang mendadak melimpah di tengah keterbatasan gerak saat pandemi memicu Nurul untuk berpikir lebih produktif.

Matanya kemudian menangkap sebuah masalah sekaligus potensi besar di lingkungannya.

“Aku lihat bahwasanya ada potensi pisang di daerahku di Cianjur, dan itu banyak banget pisang yang busuk, akhirnya gak terjual karena permintaan pasar saat waktu itu menurun,” kenangnya.

Situasi ini membuatnya memutar otak. Bagaimana caranya ia bisa menghasilkan sesuatu sekaligus menyerap semua pisang yang terancam terbuang itu?

Tak lama berselang, masalah kedua muncul, kali ini datang dari lingkungan sosialnya. Banyak ibu-ibu di sekitar Warung Jambe, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, tempat ia tinggal, yang curhat mengenai kesulitan ekonomi.

“Aduh Neng, susah banget dia cari kerja. Aduh, susah banget punya penghasilan sekarang lagi COVID,” tutur Nurul menirukan keluhan para tetangganya, banyak di antaranya adalah korban PHK.

Kombinasi antara tekad pribadinya untuk mandiri di usia muda dan keprihatinan terhadap lingkungan membentuk keputusan finalnya: membuat keripik pisang dengan merek Banana Chips.

“Emang waktu itu lingkungan sih, faktor lingkungan yang membentuk itu. Karena banyak orang-orang sekitar yang merasa kurang mampu, terus juga aku ngerasanya, ‘Oh, ini anak muda loh yang harus menyelesaikan ini.’ Terus juga prihatin dengan orang-orang sekitar yang butuh pekerjaan. Jadi, terpikirlah untuk membuka lapangan kerja dengan membuka usaha keripik pisang,” tegas Nurul.

Baca Juga : Kisah Inspiratif Bisnis Mela Dwi Amalia, Sukses Merangkai Mimpi dari Nol Rupiah mendirikan Zame Furniture

Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips

Strategi Rasa dan Penguatan Sumber Daya Lokal

Banana Chips bukan hanya sekadar keripik pisang biasa. Nurul menghadirkan 5 varian rasa yang inovatif: Cokelat, Milk Green Tea, Stroberi, Original, dan rasa yang baru diluncurkan, Seblak. Keberagaman rasa ini menjadi daya tarik utama yang membedakannya di pasar.

Namun, di balik varian rasa yang lezat, terdapat komitmen kuat terhadap bahan baku lokal.

Saat ini, Banana Chips menggunakan dua jenis pisang sebagai bahan baku utama: pisang tanduk dan pisang kapas. Untuk pisang tanduk, Nurul telah memastikan ketersediaan bahan baku dengan memiliki kebun pisang sendiri seluas satu hektar.

“Kebun kita itu juga ada tumpang sari lainnya seperti labu, terus ada pepaya juga, dan lain sebagainya,” jelasnya. Sementara untuk pisang kapas, mereka menggarap lahan seluas 2.000 meter persegi.

Visi Nurul jauh melampaui keripik pisang. Pembentukan PT Sani Rasa Pangan Indonesia memang difokuskan pada bidang pertanian dan pengolahan hasilnya. Ke depan, Nurul berencana melebarkan sayap dengan komoditas lain yang potensial di Cianjur, seperti labu dan jali-jali (pengganti nasi).

“Kenapa dibentuk PT Sani Rasa ini? Kita memang fokusnya itu untuk di bidang pertanian dan pengolahannya. Kalau sekarang kan udah jalan tuh Alhamdulillah keripik pisang yang kita memang jualan online gitu lah Alhamdulillah itu udah jalan. Nah, sekarang kita lagi mau melebarkan sayap dengan komoditas lain yang memang potensial di daerah kita,” ungkapnya antusias.

Merangkul Teknologi dan Jaringan: Jalan Menuju Pasar Global

Di era digital, Nurul menyadari bahwa kualitas produk saja tidak cukup. Dibutuhkan strategi pemasaran yang kuat, dan Nurul memilih jalur daring (online) sebagai fokus utamanya.

90% penjualan Banana Chips berasal dari online, sementara 10% sisanya dari jalur offline. Strategi online ini diperkuat melalui jalur distribusi reseller, agen, dan distributor yang telah tersebar luas.

Meski demikian, penetrasi pasar offline pun terus digencarkan. Saat ini, Banana Chips berhasil masuk ke ranah ritel modern.

“Alhamdulillah sudah ada 37 Alfamart Cianjur yang itu kita awalnya kurasi dengan 100 UMKM Cianjur, terus kita masuk ke-10 UMKM terbaik, dan alhamdulillah dari 10 UMKM itu dipilih menjadi dua UMKM terbaik untuk ada di Alfamart Cianjur,” papar Nurul, menambahkan bahwa produknya juga sudah masuk ke toko-toko kue dan oleh-oleh di Cianjur.


Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips

Peran Young Ambassador Program Kementan

Akselerasi bisnis Nurul semakin pesat berkat keterlibatannya dalam Young Ambassador Program YESS Kementan. Program ini memberikan wadah pengembangan diri yang luar biasa.

“Hal positif yang aku ambil adalah yang pertama kita banyak banget relasi di bidang pertanian,” kata Nurul. Sebagai seorang yang relatif baru terjun di sektor ini, relasi ini membuka pintu kolaborasi, berbagi ilmu, bahkan tawaran kerja sama bisnis.

Lebih lanjut, program ini memfasilitasi Nurul untuk berani bermimpi lebih besar: ekspor.

“Kita difasilitasi untuk ikut inkubator ekspor lewat GIVF (Global Innovation Value-chain Facilitator). Nah, di sana kita benar-benar dibina, diajarin untuk ekspor. Terus juga kita dikasih fasilitas berupa platform Alibaba untuk melakukan penawaran kepada buyer,” jelasnya.

Dengan dukungan ini, Nurul memiliki target ambisius. “Alhamdulillah sekarang kita udah punya 50 mitra se-Indonesia yang mereka udah tersebar seluruh Indonesia. Jadi, untuk tahun ini insyaallah kita targetnya untuk ekspor. Walaupun sebenarnya pernah ngirim sampel juga sih ke Malaysia, tapi itu belum continue,” ujarnya, penuh harap. Target utama tahun ini adalah membawa Banana Chips maju ke kancah internasional.

Ketahanan Pangan Dimulai dari Dapur: Proses Produksi yang Higienis

Kualitas produk adalah kunci, dan Nurul sangat memperhatikan proses produksi Banana Chips. Standar operasional yang diterapkan bertujuan untuk menjaga kualitas, kerenyahan, dan daya tahan produk.

Prosesnya dimulai dengan kedatangan pisang, kemudian pengupasan. Pisang yang sudah dikupas segera ditaruh di ember berisi air.

“Kenapa ditaruh di air? Supaya getahnya hilang. Kalau ada getahnya, itu biasanya jadi kuning atau cokelat ke keripik hasilnya. Makanya biar getahnya bersih, kita rendam dulu di air,” terang Nurul.

Setelah direndam, pisang ditiriskan untuk menghindari hasil yang susah matang saat digoreng. Kemudian, pisang diiris dan langsung digoreng tanpa menunggu irisan terkumpul banyak. Hal ini adalah hasil dari trial and error yang berharga.

“Ternyata, kalau diiris dulu terus kita langsung ketika udah terkumpul semua yang udah diiris, kita langsung goreng, ternyata itu dampaknya ke si keripik itu jadi banyak yang nyatu. Kalau banyak yang nyatu, bikin enggak matang, sehingga berpengaruh sama kadaluarsa produk,” ungkapnya.

Setelah digoreng, keripik ditiriskan kembali lalu langsung dibumbui dengan lima varian rasa. Tahap krusial terakhir adalah pengemasan.

“Kita harus make sure dulu bahwasanya keripiknya udah dingin. Kenapa? Soalnya kalau keripiknya masih panas terus di-packing, itu bikin cepat basi juga karena kan ada penguapan di dalamnya,” jelas Nurul mengenai tahapan yang menjamin kerenyahan dan daya simpan produk. Setelah dingin, keripik divakum dengan mesin sealer dan siap dikirimkan kepada pelanggan di seluruh Indonesia.

Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips

Pesan untuk Milenial: Jangan Baper, Berani Coba!

Sebagai Young Ambassador, Nurul memiliki tanggung jawab untuk menjadi role model bagi anak muda agar mau berbisnis di bidang pertanian. Ia aktif memberikan materi di berbagai institusi pertanian, seperti Polbangtan Bogor dan Polbangtan Yoma, serta mengisi seminar di berbagai daerah.

Inti dari pesannya selalu sama: anak muda harus berperan, jangan baperan.

“Kita harus berani mencoba mumpung masih muda, masih banyak banget waktu bertenaga yang bisa kita keluarkan effort untuk membangun sesuatu hal yang menjadi mimpi kita,” serunya.

Nurul menyoroti penyakit umum yang kerap menghambat anak muda, yaitu sikap baper (bawa perasaan), terutama saat menghadapi persaingan.

*“Masalah anak muda itu biasanya dia baperan. Kan ada orang yang jualan dengan produk yang sama, ‘Ah, lebih laku dia. Udahlah, enggak usah jualan itu,’ gitu kan, dan lain sebagainya. Makanya di sini teman-teman, aku mau ngasih tahu, bahwasanya bisnis itu bisa di-copy, tapi rezeki enggak bisa di-paste,” pesannya dengan nada tegas.

Ia menekankan bahwa tugas setiap individu adalah berusaha tanpa perlu membandingkan rezeki dengan orang lain.

Nurul Ihsani dan Bisnis Keripik Pisang Banana Chips

Terakhir, Nurul menyampaikan semangatnya khusus untuk para petani muda:

“Jangan malu untuk bertani. Karena kita tahu bahwasanya bisnis pangan ini sangat besar dan enggak akan pernah mati, enggak akan pernah ada ujungnya ketika manusia ada di bumi ini. Karena petani itu sumber ketahanan pangan Indonesia.”

Di usianya yang masih sangat muda, Nurul Ihsani telah membuktikan bahwa memadukan potensi alam lokal, kepedulian sosial, dan strategi bisnis modern, dapat melahirkan dampak ekonomi yang nyata. Dari kebun pisang di Cianjur, Nurul dan Banana Chips-nya kini siap mendunia, membawa optimisme bahwa masa depan pertanian ada di tangan generasi muda yang berani berinovasi.

Kisah ini telah diceritakan pada saluran youtube : Kementerian Pertanian RI

Sumber : Wirausaha Muda Sukses Membangun Desa Lewat Produk Olahan Pisang Banana Chips


Posting Komentar

0 Komentar