The Story of Kang Dani Bustaman's Culinary Business, Building 10 Business Branches with Faith and Alms Capital
Membalik Logika Bisnis: Kegagalan Awal dan Nasihat Sang Guru
Kang Dani Bustaman, nama yang kini lekat dengan dunia wirausaha kuliner di Kota Cimahi dan Bandung, bukanlah sosok yang instan meraih sukses. Kisahnya justru berawal dari kegagalan, sebuah titik balik yang mengubah total pandangan hidup dan konsep bisnisnya.
Dalam sebuah wawancara di saluran youtube Fokusinajaofficial Kang Dani menceritakan bahwa iya memulai usaha pertamanya Pada tahun 2007, yakni kebab. Modalnya ia sisihkan dari hasil gaji bekerja. Niatnya saat itu jelas: mengalihkan diri dari karyawan menjadi pengusaha. Namun, Allah berkehendak lain. Usaha pertamanya gagal total. Alasannya, ia akui, adalah ketidakfokusan berusaha sambil tetap bekerja.
Alih-alih langsung ‘mengencangkan’ keilmuan bisnis, mencari mentor strategi, atau menambah modal, Kang Dani justru memilih jalan yang berbeda. Inilah keunikan yang menjadikannya figur inspiratif hari ini. Ia memilih untuk perbaikan diri dan ibadah.
Komitmen 'Jalur Langit': Transformasi Ibadah dan Spiritualitas
Pada tahun 2010, Kang Dani memulai komitmen serius untuk memperbaiki diri. Ia membuat azam (janji) yang tegas: tidak akan pernah tertinggal atau terlewatkan untuk shalat berjamaah lima waktu di masjid. Mulai dari Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, hingga Isya semuanya diistiqamahkan di masjid.
Selain shalat berjamaah, amal saleh lainnya pun dihadirkan: puasa sunah (saum), shalat malam (qiyam), dan Dhuha. Fase perbaikan diri ini ia jalani selama dua tahun. Fokusnya bukan pada omzet atau business plan, melainkan pada mengelola hati dan mengistikamahkan ibadah.
Inilah prinsip utama yang kemudian menjadi filosofi hidup dan bisnisnya: “Wa Allah lillah Billah wa Allah. Niat karena Allah, pakai cara-cara Allah, wa Allah balikin lagi semua hasil yang kita sudah dapatkan sama Allah.”
Ia percaya, jika Allah sudah cinta pada hamba-Nya, maka apa yang diminta pasti akan dikabulkan. Keyakinan ini diperkuat dengan janji Allah dalam Al-Qur'an (Surat Ali Imran) tentang sukses dunia akhirat yang memiliki ‘cara’, salah satunya adalah amanah dan memohon ampunan (istighfar).
Melahirkan Komunitas DUNRAT: Dunia Akhirat Berbagi
Setelah dua tahun fokus memperbaiki diri (2010-2012), di tahun 2012, Kang Dani merasa perlu untuk mengajak orang lain dalam konsep hidup ini. Maka, lahirlah komunitas DUNRAT (Dunia Akhirat Berbagi).
Komunitas ini fokus pada kegiatan amal saleh, seperti berbagi makanan dan sedekah ke pondok-pondok pesantren. DUNRAT menjadi wadah untuk saling mengingatkan bahwa konsep mengutamakan akhirat adalah metode yang dipakai oleh para sahabat dan Rasulullah SAW dalam membangun peradaban.
Melalui kegiatan DUNRAT, keajaiban mulai terasakan. Salah satunya yang paling spesial adalah umroh gratis yang didapatkannya. Baginya, ini adalah konsep memancing rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki datang karena ia sibuk mengerjakan hal yang disukai Allah SWT. Keimanannya pun bertambah karena melihat janji Allah benar-benar terbukti.
Katsurupan: Bisnis Kuliner Tanpa Business Plan yang Konvensional
Dengan keimanan yang semakin kokoh, Kang Dani merasa mantap untuk kembali berwirausaha. Yang unik, ia memulai usahanya tanpa business plan yang konvensional. Prinsipnya: “Jalan aja dulu, nanti sambil disempurnakan.”
Berangkat dari keahlian dasarnya sebagai seorang chef, ia membuat konsep ayam katsu. Ketika seorang santri bertanya, "Apa itu Katsu?" dan adiknya menjawab, "Katsurupan," ide brand pun muncul. Maka, lahirlah Katsurupan (bukan 'kesurupan', melainkan chicken katsu).
Proses memulai Katsurupan diwarnai dengan kemudahan-kemudahan yang ia yakini berasal dari keterlibatan Allah.
Kemudahan dari “Jalur Langit” dalam Merintis Usaha:
- Logo dan Branding: Saat mencari logo, ia memilih untuk Shalat dulu, ngaji dulu, lalu berdoa sebelum berikhtiar. Hasilnya, ia mendapatkan logo yang selesai hanya dalam 1,5 jam dengan biaya yang sangat minim, hanya Rp30.000.
- Modal dan Tempat: Ia hanya memiliki modal kurang dari Rp15 juta. Dengan harga sewa tempat yang mencapai puluhan juta, ia memulai dari garasi rumahnya sendiri pada Januari 2014.
- Pelanggan Pertama: Siapa yang membeli di garasi? Pembeli pertamanya adalah donatur-donatur dari komunitas DUNRAT. Ia menawarkan produknya kepada mereka, menjelaskan bahwa ia ingin menjaga izzah (kehormatan) dengan berwirausaha dan meniatkan keuntungan untuk dakwah dan kegiatan sosial.
- Ekspansi Cepat: Pada Januari 2014, ia memulai dari garasi. Hanya enam bulan kemudian, pada Juni 2014, ia mendapatkan tempat sewa yang 12 kali lebih besar dari tempat pertamanya, sebuah kemudahan yang ia yakini didapat karena prinsip menolong orang lain.
Saat ini, Katsurupan memiliki 4 cabang dan satu rumah produksi di Cimahi dan Bandung. Cabang-cabang ini pun mendapatkan kemudahan luar biasa pemilik tempat yang disewa mendukung kegiatan sosial Kang Dani, sehingga harga sewa pun tidak dipersulit.
Katsurupan dan Gerak Berkah: Dua Lini Bisnis dengan Visi Berbeda
Katsurupan kini memiliki produk andalan selain katsu, yaitu Giant Pizza berukuran 1 meter dengan tiga rasa berbeda, serta ayam crispy saus keju dan burger. Katsurupan kini mempekerjakan sekitar 18 pasukan di operasional. Namun, di samping Katsurupan, Kang Dani memiliki unit bisnis lain yang menunjukkan puncak pengamalan konsep 'Jalur Langit' yang diyakininya: BergeRak.
BergeRak: Wakaf Bisnis Produktif 100% Sedekah
Bergerak adalah brand kuliner lain yang fokus pada burger, dijual dengan harga murah namun tetap menggunakan bahan berkualitas (daging 100% asli).Yang paling dahsyat, keunikan bisnis Bergerak terletak pada visinya: 100% keuntungannya disedekahkan. Ini adalah wujud nyata dari konsep wakaf bisnis produktif.
Saat ini, bisnis BergeRak sudah memiliki 6 cabang dengan mitra utama adalah pondok-pondok pesantren. Dengan demikian, unit bisnis ini bukan hanya mencari keuntungan, tetapi menjadi fundraising permanen untuk kegiatan sosial dan dakwah.
Konsep Bergerak adalah bukti pengamalan ilmu yang didapatkannya: setelah mendapatkan apa yang diniatkan karena Allah dan menggunakan cara-cara Allah, maka hasil yang didapat harus dibalikin lagi sama Allah melalui wakaf.
Tantangan Terberat: Istiqamah Mengelola Hati
Dengan total 10 cabang (4 Katsurupan dan 6 Bergerak), Kang Dani mengakui bahwa pencapaian terbesarnya bukanlah omzet atau aset yang didapat. Tantangan terberat hari ini, baginya, bukanlah mengelola bisnis, melainkan mengelola hati dan menjaga istiqamah.
Ia terus mengingatkan dirinya dan timnya: Apakah semua amal-amalan yang dilakukan sebelum punya (sukses) itu tetap masih dilakukan atau tidak? Apakah shalat malam, puasa sunah, dan shalat berjamaah di masjid masih utuh dijaga?
Impian terbesarnya sebagai pengusaha adalah memiliki waktu yang banyak dan uang yang banyak. Dan ia bersaksi, Allah memberikan kemudahan itu setelah ia menjadi pengusaha yang niatnya lurus untuk agama. Omzet yang bertambah besar kini memungkinkannya untuk berbagi ke pesantren yang tadinya sebulan sekali, kini bisa dua hingga tiga kali dalam sepekan.
Kang Dani Bustaman menutup kisahnya dengan sebuah keyakinan yang fundamental: Hukum Al-Qur’an itu lebih pasti dari hukum Matematika. Jika Al-Qur’an mengatakan A dan kita mengamalkannya, maka hasilnya akan sesuai dengan yang dijanjikan.
Ia berharap, akan lahir pengusaha-pengusaha saleh lain yang memiliki visi misi membangun unit usahanya fi sabilillah, sehingga kesuksesan tidak lagi dilihat dari jumlah aset atau omset, melainkan dari seberapa besar harta yang ia belanjakan di jalan Allah SWT untuk membangun peradaban.
Sumber : Ch.Ytb. Fokusinajaofficial
DASYAT !! JALUR LANGIT, KONSEP BISNIS ALLAH DULU, SUKSES BISNIS PIZZA DAN BURGER TOTAL 10 CABANG
0 Komentar