Inspirasi Usaha Kue Spesialis Custom Cake: Belajar Bisnis dari Kursi Roda, Windi Yarti Suwito Buktikan Disabilitas Bukan Halangan
Keterbatasan Bukan Akhir Segalanya: Kisah Windi Yarti Suwito, Membalikkan Keadaan Menjadi Kekuatan Luar Biasa
Hidup seringkali tidak berjalan sesuai rencana. Bagi sebagian orang, badai datang dalam bentuk musibah yang merenggut kemampuan fisik, meninggalkan trauma, dan meluluhlantakkan kondisi finansial. Namun, seperti yang dikatakan pepatah, justru dari keterbatasanlah seringkali lahir kekuatan yang luar biasa. Inilah kisah inspiratif Windi Yarti Suwito, seorang penyandang disabilitas dari Jatimulyo, Lampung Selatan, yang berhasil membalikkan keadaan, menjadikan keterbatasan sebagai kelebihan, hingga sukses membangun usaha kue, Indis Cake.
Badai di Tahun 2016 Kehilangan Kaki, Kehancuran Perekonomian, dan Perjuangan Melawan Kegelapan
Tahun 2016 menjadi titik balik terkelam dalam hidup Windi Yarti Suwito. Dalam sebuah wawancara di saluran youtube KENCANA.ID Windi mengisahkan terjadinya sebuah kecelakaan tragis saat dibonceng sepeda motor membuatnya terpental dan masuk ke kolong mobil. Bagian perut hingga pinggangnya terlindas, dan badannya terseret. Akibatnya sangat fatal: lumpuh total dari pinggang ke bawah. "Patah tulang punggung, patah tulang ekor, itu banyak patahnya," kenangnya. Tulang punggungnya bahkan hancur, bukan sekadar patah, dua ruas tulang punggungnya remuk.
Kondisi ini mengharuskannya menjalani pengobatan intensif. Dokter sempat menyarankan pergantian tulang, namun risiko yang besar membuat keluarga tidak berani mengambilnya. Akhirnya, pengobatan alternatif dipilih, dan Windi harus dirawat di rumah. Tiga bulan pertama adalah masa-masa paling berat. Ia hanya bisa berbaring, tak mampu miring apalagi duduk. Komplikasi pun muncul, seperti luka dekubitus akibat terlalu lama berbaring, yang memerlukan perawatan luka harian dengan biaya Rp200.000 setiap hari, sebuah jumlah yang sangat besar bagi keluarganya saat itu.
Masa berbaring total itu berlangsung selama lebih dari satu tahun. Untuk bisa duduk, Windi harus berjuang dan belajar lagi, menanti hingga dua tahun setelah kecelakaan. Namun, luka fisiknya ternyata tidak berhenti di situ. Pascakecelakaan, ia harus menjaga ginjal dan kandung kemih yang rusak. Ginjalnya terhimpit dan hingga kini ia masih harus menggunakan selang untuk buang air kecil. Pengobatan rutin medis masih terus berjalan, mulai dari cek laboratorium setiap tiga bulan hingga kontrol dokter setiap enam bulan.
Di tengah perjuangan fisik yang maha berat ini, perekonomian keluarga Windi benar-benar ambruk. "Bukan cuman nol, kalau orang-orang bilang itu mulai dari nol. Saya tuh udah minus satu keluarga," ujarnya. Barang-barang di rumah habis terjual, dan sang ayah harus berhutang ke mana-mana. Mereka tidak memulai dari nol, melainkan dari minus. Bahkan, untuk sekadar membeli pampers seharga Rp60.000 waktu itu, ibunya harus meminjam uang dari sanak saudara.
Titik Terendah dan Bangkitnya Semangat – "Jangan Sampai Mamaku Jadi Tukang Cuci"
Kondisi lumpuh total di masa awal membuat Windi merasa menjadi beban. Ia harus melihat ibunya membersihkan seluruh kotorannya, dari buang air besar hingga buang air kecil. Perasaan hancur dan bersalah bercampur aduk. "Harusnya aku yang sudah waktunya berbakti sama beliau, tapi beliau yang masih urusin aku," ujarnya dengan nada haru. Pikiran-pikiran gelap pun mulai menyelimuti. Percobaan bunuh diri dilakukannya berkali-kali. Mulai dari menutupi muka dengan bantal hingga mencoba menusuk diri dengan gunting tumpul bekas membersihkan luka.
Namun, yang selalu menguatkannya adalah keluarga, terutama sang ibu. Mereka meyakinkan, "Kamu kehilangan kakimu aja kamu ikhlas, apalagi cuman kehilangan suami?" Sebuah kalimat yang menampar kesadarannya bahwa cinta tanpa syarat datang dari keluarganya. Ia menyadari, setelah kejadian ini, orang yang paling mencintai kita tanpa syarat apapun hanyalah keluarga.
Titik terendah Windi bukanlah saat ia lumpuh, atau saat ditinggalkan suami, melainkan saat ia mendengar rencana ibunya untuk menjadi tukang cuci. "Mamaku yang dari dulu enggak pernah kerja, yang cuma di rumah aja terima uang dari bapak, tiba-tiba mau jadi tukang cuci itu bikin aku benar-benar hancur," ungkapnya. Pikiran itu menjadi pemicu utamanya untuk bangkit. Ia bertekad, biarpun berbaring, ia harus menghasilkan uang, dan ibunya harus tetap bekerja dari rumah. "Kok mamaku jadi tukang cuci ya, jangan deh," pikirnya.
Kelahiran Indis Cake – Berawal dari Ide Online dan Modal Rp1 Juta
Ide bisnis itu muncul tiba-tiba. Windi teringat bahwa ibunya sangat piawai membuat kue. Ibunya sudah terkenal di keluarga besar, sering membuat kue untuk acara-acara hajatan. "Gimana kalau mamaku jualan kue aja ya?" pikir Windiati. Pembagian tugas pun disepakati: Windiati yang akan berjualan secara online dan memposting, sementara ibunya yang akan memproduksi kue.
Meskipun dalam posisi berbaring, Windi masih bisa berfungsi, "Aku masih bisa berfungsi nih, Pak. Meskipun aku tiduran enggak bisa bangun, aku jualan secara online."
Usaha ini dimulai pada tahun 2017. Modal awalnya sangat terbatas, hanya Rp2 juta yang didapat dari sisa hasil penjualan usaha galon air minum isi ulang sebelum kecelakaan. Uang itu dibagi dua: Rp1 juta untuk membeli HP sebagai alat untuk berjualan online, dan Rp1 juta sisanya sebagai modal awal belanja bahan baku.
Di awal usaha, mereka menemukan satu produk yang sempat bestseller hingga viral di daerah Jatimulyo, namanya pizza brownies. Ide produk ini didapat Windi dari online. Kue itu dijual dengan harga terjangkau, Rp30.000, namun bisa digunakan untuk perayaan ulang tahun. Keterbatasan modal sangat terasa. Mereka hanya memiliki tiga loyang dan menggunakan hand mixer (mixer tangan) biasa yang sudah ada di rumah. Produksi harian pun dibatasi, hanya 30 loyang karena modal hanya cukup untuk belanja bahan sebanyak itu. Setelah kue diambil pembeli, barulah mereka mendapatkan modal lagi untuk belanja dan produksi. Puncaknya, mereka pernah menerima pesanan hingga 120 loyang kue dalam sehari.
Belajar di Tengah Keterbatasan dan Ekspansi Usaha
Melihat pesanan yang terus bertambah, Windi berpikir untuk mengembangkan produk, yaitu kue ulang tahun. Dalam posisi masih berbaring, ia mulai belajar menghias kue. Ia miring, badannya diganjal bantal, dan ia mencoba menghias kue ulang tahun, awalnya hanya untuk saudara atau tetangga, sambil meminta izin untuk belajar. Dokumentasinya lengkap, Windi menghias kue sambil tiduran. Ia juga mengambil peran untuk menulis ucapan di atas kue, yang dikerjakan sambil berbaring.
Windiati mulai belajar membuat kuenya sendiri pada tahun 2018. Di tahun 2019, ia akhirnya sudah bisa duduk dan mulai mengikuti kelas menghias kue secara offline dengan menggunakan kursi roda. Setelah sempat terhenti karena pandemi, ia serius belajar lagi di tahun 2021.
Awalnya, Indis Cake hanya beroperasi dari rumah. Kemudian, di tahun 2022, mereka memanfaatlan kios milik ayahnya yang kosong di depan rumah. Kios itu dibuka seadanya. Mereka belum memiliki showcase (lemari pajangan), sehingga harus meminjam dari tetangga. Saat itu, karyawannya masih nol, dibantu penuh oleh ibu dan adiknya.
Kekuatan Media Sosial dan Peningkatan Finansial Dari Motivasi ke Monetisasi
Selain memproduksi kue, Windi Yarti juga mulai aktif mendokumentasikan kesehariannya membuat kue dan mengunggahnya ke media sosial. Awalnya, ia mengunggah ke TikTok hanya sebagai motivasi bagi teman-teman sesama disabilitas, untuk menunjukkan bahwa penyandang disabilitas pun bisa berkarya dan mandiri secara finansial.
Di tahun 2024, ia mencoba saran temannya untuk mengunggah konten di Facebook, karena katanya video di sana bisa menghasilkan uang. Ternyata, konten Windi Yarti sangat diminati. Audiens Facebook tertarik dengan kegiatan seorang pengguna kursi roda yang membuat dan menjual kue. Ia mulai serius menggarap Facebook dengan motivasi tambahan penghasilan.
Alhamdulillah, ia mulai mengunggah konten di Juli 2024, dan berhasil dimonetisasi pada Agustus 2024 berkat video yang viral. Penghasilan pertama di bulan September mencapai $140. Sejak saat itu, ia makin serius mengonten, dan penghasilan dari Facebook terus meningkat, bahkan pernah mencapai puncak $3.500. Meskipun kini pendapatannya fluktuatif, ia masih bisa mendapatkan sekitar $300 hingga $400 per bulan.
Pendapatan dari Facebook Pro ini lantas digunakan Windi Yarti untuk merenovasi tokonya. Ia mencicil renovasi, memasang keramik, hingga membeli peralatan yang lebih memadai, seperti oven dan standing mixer yang lebih proper untuk usaha. Toko barunya, yang sudah lebih tertata dengan display dan cashier desk, resmi dibuka pada Juli 2025. Kini, Indis Cake sudah memiliki satu karyawan tetap.
Indis Cake – Bukti Keterbatasan Adalah Kelebihan
Indis Cake, yang namanya diambil dari panggilan kecil Windi Yarti (Indie), kini fokus pada custom cake (kue ulang tahun yang bisa dipesan sesuai keinginan). Selain itu, mereka juga menjual bestseller lain seperti donat, bolen, dan fuji brownies. Harga kue ulang tahun dimulai dari Rp50.000 dan bisa mencapai Rp500.000, tergantung ukuran dan dekorasi. Berkat promosi di Facebook, kini orderan Indis Cake tidak hanya datang dari sekitar Desa Jatimulyo, melainkan sudah meluas hingga Bandar Lampung, Tanjung Bintang, bahkan Kalianda.
Perjalanan Indis Cake diakui Windi Yarti berjalan sangat perlahan, sering terhenti karena ia harus berobat atau menjalani operasi, seperti operasi pemasangan selang di ginjal. Namun, ia bersyukur tokonya terus berprogres. Dari hanya menerima orderan, kini sudah punya display. Dari skala kecil, kini pelanggan datang dari luar daerah. Dari hanya dikerjakan keluarga, kini sudah bisa membuka lapangan pekerjaan.
Penutup: Pesan dari Seorang Pemenang
Windi Yarti Suwito adalah contoh nyata bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti berkarya. Ia berhasil mengubah nasib keluarganya dari titik "minus" menjadi pengusaha kue yang mandiri secara finansial, bahkan mampu mempekerjakan orang lain.
"Buat teman-teman... Kekurangan itu bukan alasan untuk kita berhenti berkarya. Kekurangan bukan alasan untuk kita berhenti menjadi manusia yang bermanfaat," pesannya.
Kisah Windi Yarti Suwito adalah monumen hidup yang membuktikan: Kekurangan dapat menjadi kelebihan, dan dari keterbatasan yang paling dalam, lahirlah kekuatan yang paling luar biasa. Ia, seorang pengguna kursi roda yang masih memerlukan bantuan untuk kegiatan sehari-hari, telah berhasil menjadi pribadi yang bermanfaat, mandiri, dan inspiratif. Indis Cake bukan sekadar toko kue, melainkan simbol perjuangan, ketahanan, dan kemenangan atas keterbatasan.
Sumber : Ch.Ytb. KENCANA.ID
Keterbatasan Difabel Jadi Kekuatan! Kisah Sukses Membangun Usaha
Komentar
Posting Komentar