Kisah Bisnis Ai Iip Apipah, Baru 25 thn Sudah Menghidupi Ratusan Keluarga dengan Usaha Keripik Kaca

Keripik kaca

Dari Aroma "Beledag" di Sekolah Hingga Membangun Kerajaan "Keripik Kaca"

Di balik renyahnya keripik kaca yang kini populer, tersimpan sebuah kisah perjuangan keras dan keteguhan hati seorang perempuan muda dari Ciamis. Ia adalah Ai Iip Apipah—atau akrab disapa Teh Iip—yang di usia 25 tahun telah membuktikan bahwa modal terbesar dalam berbisnis bukanlah uang, melainkan mental, keberanian, dan kemauan untuk berbagi.

Kisah Teh Iip, pemilik dari usaha Beledag Jagara, adalah narasi tentang bagaimana cemoohan dan keterbatasan di masa sekolah justru menjadi bahan bakar untuk membangun sebuah pabrik yang kini melibatkan lebih dari 500 pengrajin.

Awal Mula: Modal Rp 0 dan Cemoohan di Kelas

Ai Iip Apipah, perempuan asli Kawali, Ciamis, memulai segalanya dari nol besar. Berbekal kemampuan memasak sang Mama yang piawai membuat cemilan unik, Teh Iip melihat peluang di lingkungan sekolahnya.

"Awal mula membangun tuh mungkin karena ada kesempatan, terus ada peluang," ujar Teh Iip. Peluang itu adalah teman-teman di sekolah. Ia membawa beledag (istilah lokal untuk produk makanan berbahan dasar singkong) yang telah diinovasi cara pengolahannya oleh sang Mama.

Modal awalnya? "Rp 0 lah bisa dikatakan, soalnya kan cuma menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah." Namun, awal merintis tak semanis rasa keripiknya. Masa-masa awal itu adalah periode terberat, penuh dengan air mata yang harus ia pendam sendiri.

"Awal-awal merintis tuh saya tuh sering nangis, tapi nangisnya tuh dipendam sendiri... Pas awal-awal jualan, kan di kelas tuh kan ada yang enggak suka, ada yang enggak mau sekelas karena ‘Ah, enggak mau sekelas sama Ai, bau beledak’ gimana gitu.”

Tak hanya cemoohan dari teman, ia juga sempat ditolak saat mencoba menitipkan dagangannya di kantin sekolah. Tak patah arang, ia menjadikan kelasnya sebagai etalase, berjualan di balik bangku. Ia bahkan harus menerima pengumuman dari guru yang melarang siswa membeli produknya karena khawatir sakit perut.

Mentalnya sempat jatuh, namun ia tidak menyerah. Jika ada sisa jualan, ia memilih memberikannya pada teman-teman. "Soalnya kalau dibawa ke rumah takut orang tua sedih," kenangnya.

Teh Iip, yang berasal dari keluarga sederhana—Ibunya pernah menjadi TKW dan Ayahnya beternak ayam—sadar bahwa ia harus mandiri. "Kalau saya malu, orang yang bikin saya malu belum tentu dia itu bisa membiayai dirinya sendiri pakai hasil uangnya sendiri... makanya saya tuh semangat buat jualan." Keberanian untuk berbeda, untuk tidak gengsi membawa kresek jualan saat teman-temannya hanya membawa tas, adalah modal mental utamanya.

Kisah Bisnis Ai Iip Apipah

Metamorfosis "Beledag" Menjadi "Keripik Kaca"

Perjalanan bisnis Teh Iip dimulai pada tahun 2013. Tiga tahun pertama adalah fase perkenalan door-to-door dan word-of-mouth. Pada enam tahun pertama, barulah ia mulai membangun pabrik kecil, berawal dari dapur sederhana.

Titik balik besar terjadi pada masa pandemi COVID-19.

Saat banyak usaha gulung tikar, bisnis Beledag justru mencapai puncaknya. Kebutuhan akan cemilan yang bisa dinikmati di rumah membuat orderan membludak. "Produksi itu satu hari bisa 2 ton 300," ungkapnya.

"Pas COVID tuh orang pada ngantri orderannya... nyampai ada yang nginap di sini sambil nungguin barang."

Jumlah karyawan pun melonjak drastis, mencapai 52 orang yang bekerja langsung di pabrik. Ini juga menjadi momentum bagi banyak warga kota yang kembali ke kampung halaman karena di-PHK, menemukan pekerjaan baru di pabrik Beledag.

Nama Keripik Kaca sendiri bukan diciptakan oleh Teh Iip, melainkan oleh salah satu konsumen setianya di Madura yang membawa produk Beledag ke luar kota. Nama itu dengan cepat menyebar dan booming, kini menjadi sebutan universal untuk cemilan singkong tipis tersebut.

"Konsumen saya yang ngasih nama keripik kaca... dari situ semuanya kan jadi ngenalnya teh keripik kaca."

Dari hanya satu kresek, kini bisnis Teh Iip berkembang pesat. Yang paling membahagiakan baginya adalah melihat dampak sosial yang tercipta.

"Saya tuh merasa bahagia gitu melihat banyak orang yang jadi punya produksi sendiri gitu di rumahnya... Ibu-ibu yang nganggur sekarang mereka jadi pengrajin keripik kaca, terus malahan yang suaminya di kota tuh pada pulang buat bantuin istrinya."

Melalui sistem pengepul, Teh Iip berhasil mendata lebih dari 500 pengrajin keripik kaca yang tersebar di berbagai kecamatan hingga kabupaten. Mereka kini menjadi pengusaha kecil mandiri, bahkan banyak yang menggunakan modal dari kebun singkong mereka sendiri. Inilah yang menjadi cita-cita terbesar Teh Iip: "Pengin menghidupkan banyak orang."

Baca Juga : Kisah Inspiratif Suyono Mandang, Bangkit dari Jeratan RIBA membangun bisnis Rak Minimarket

keripik kaca 1

Ujian Terberat: Hutang Miliar dan Pertolongan Tak Terduga

Kesuksesan besar di masa pandemi datang bersama ujian yang setimpal. Pada tahun 2020, Teh Iip harus menghadapi kenaikan harga bahan baku yang gila-gilaan, mulai dari gas hingga minyak, sementara ia tak bisa serta merta menaikkan harga jual produk ke distributor. Kerugiannya dihitung mencapai Rp 300 juta.

Namun, cobaan terberat datang dari siklus pembayaran."Ketika modal saya sudah habis semuanya buat produksi barang, terus buat dikasih ke distributor, saya pembayarannya nyampai 7 bulan gitu belum balik."

Situasi ini membuatnya terjerat hutang untuk menutup biaya produksi, termasuk menanggung tanggungan ke bank dan modal dari pihak yang menanam saham. Secara angka, ia memperkirakan nilai kerugian dan tanggungan yang ia hadapi mencapai "1 M lebih."

"Secara pemikiran manusia biasa mah bangkrutlah gitu," katanya jujur. Namun, di tengah kondisi terdesak, di mana untuk memproduksi saja ia harus menunggu uang DP dari pembeli, sebuah keajaiban terjadi.

"Selama 7 bulan itu mungkin Allah ngasih pertolongan gitu, ada aja uang dari mana dari mana buat muterin lagi... sedikit-sedikit belanja bahan baku seadanya sesuai dengan pesanan."

Ia percaya, kondisi itu bisa dilalui karena ia terus memegang teguh kualitas dan konsistensi untuk berbagi.

Kunci Sukses: Sedekah dan Doa untuk Banyak Orang

Setelah melewati badai finansial tersebut, Teh Iip kini berfokus pada branding dan menyeimbangkan strategi bisnisnya. Dari yang awalnya Business-to-Business (B2B)—menjual dalam jumlah besar ke distributor—kini ia merambah Business-to-Customer (B2C). Strategi B2B memang membuat bisnis cepat melesat, tetapi kehilangan satu customer besar bisa merusak keseimbangan. Sementara B2C, walau prosesnya lambat, memiliki ketahanan yang lebih baik.

Di balik semua strategi, Teh Iip mengakui ada dua kunci spiritual yang ia pertahankan:

  • Kualitas (Istiqomah): Kualitas produk adalah harga mati.
  • Sedekah dan Berbagi: Dari kebiasaan di sekolah membagikan sisa jualan, kini ia terus menjaga tradisi memberi bonus kepada pelanggan.

"Kayaknya itu sih, Mas... karena keripik kaca melibatkan banyak orang, jadi ada banyak doa mungkin yang kita enggak tahu, doa yang mana yang terkabul dari masyarakat yang mana gitu," ujarnya penuh keyakinan. Ia percaya bahwa kesuksesan yang ia terima adalah titipan untuk banyak orang, dan cara terbaik membalasnya adalah dengan terus bersedekah dan berdoa, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan "berdoa buat banyak orang."

Pesan untuk Wanita dan Pengusaha Pemula

keripik kaca 1

Teh Iip berpesan, bagi siapa pun yang ingin memulai usaha, modal utama bukanlah uang, melainkan: suka dengan produk yang dijual. "Harus yang sesuai dengan hobi, kalau enggak sesuai dengan hobi minimal kita tuh suka dulu sama yang kita jual. Terus kalau suka otomatis kan kita tahu kualitasnya bagaimana."

Khusus untuk para wanita, ia menyampaikan sebuah motivasi kuat tentang kemandirian.

"Kita tuh enggak harus berdiam diri menunggu dikasih suami mungkin gitu ya. Meskipun suaminya udah mapan atau kayak gimana, misalkan punya waktu senggang atau punya peluang, apa salahnya kita bikin pencaharian baru."

Kisah Ai Iip Apipah adalah pengingat bahwa jalan menuju kesuksesan sering kali dipenuhi dengan penolakan dan kerugian besar. Namun, dengan mental yang kuat, ketulusan untuk berbagi, dan keyakinan akan pertolongan di saat paling genting, sebuah kerajaan bisnis bisa dibangun dari sebuah ide sederhana, nol rupiah, dan bahkan dari cemoohan bau "beledag."

Kisah ini telah diceritakan dalam saluran youtube Naik Kelas
SumberCerita Sukses Pengusaha Wanita Naik Kelas, Rintis Usaha Dari SMA Hingga Mencapai Kesuksesan

Posting Komentar

0 Komentar