22 Oktober 2025

Resep Sukses Mungil Bakery Blitar: 20 Tahun Berbisnis, Martina Aprilia Jual Roti Jajan Pasar Kualitas Premium

Manisnya Perjuangan di Gang Mungil: Kisah Martina Aprilia dan "Mungil Bakery" Blitar yang Meraup Omset Belasan Juta Rupiah

Di tengah hiruk pikuk Kota Blitar, terdapat sebuah cerita manis yang terukir dari adonan, mentega, dan gula asli. Bukan dari jalan utama, melainkan dari sebuah gang kecil yang telah lama dikenal warga: Gang Mungil. Dari sanalah lahir nama yang kini begitu masyhur di kalangan pencinta kue dan jajan pasar, sebuah merek yang membawa janji rasa autentik dan kualitas premium: "Mungil Bakery."

Di balik kesuksesan toko roti dan kue basah yang kini mampu meraup omset harian rata-rata 4 juta Rupiah, dan melonjak hingga 12 juta Rupiah pada saat momen-momen puncak, berdiri tegak sosok pejuang sejati, Ibu Martina Aprilia. Kisahnya adalah perpaduan ironi takdir, ketekunan, dan keyakinan teguh pada nilai-nilai tradisi.

Martina Aprilia Jual Roti

Impian yang Tertunda dan Takdir di Dapur

Bagi sebagian orang, kegagalan adalah akhir. Bagi Martina, kegagalan adalah belokan takdir yang membawanya menuju takhta rezeki yang tak terduga.

Dalam sebuah wawancara di saluran youtube PecahTelur, Martina menceritakan kisahnya sebagai lulusan Akademi Bank Malang (ABM) yang sejatinya memiliki cita-cita yang mapan dan terstruktur: menjadi seorang pegawai bank. Waktu-waktu setelah kelulusan dihabiskannya dengan menanti panggilan kerja, impian tentang seragam rapi dan karir di balik meja bank ternama. Panggilan itu bahkan datang dari BRI, BNI, hingga Danamon membawanya ke Surabaya untuk serangkaian tes.

Namun, takdir berkata lain. Setelah melalui berbagai tahapan, termasuk tes Bahasa Inggris yang menantang, pintu karir perbankan itu tertutup. "Mungkin saya kan ada kendala fisik, jadi nggak keterima gitu," kenang Martina dengan nada ikhlas. Kecewa? Tentu saja. Namun, seorang pejuang pantang berlama-lama larut dalam kekecewaan.

Sambil menanti kesempatan lain, Martina memutuskan untuk mengisi waktu dengan hal yang produktif. Ia mulai kursus membuat kue di Malang, menimba ilmu di kota yang juga menjadi tempatnya menuntut ilmu. Di sisi lain, ia juga mulai sering membantu sang Ibunda, yang memang sudah terbiasa membuat aneka kue untuk acara selamatan atau hajatan.Dari sanalah benih-benih "Mungil Bakery" mulai disemai.

Merintis dari Titipan, Membangun Reputasi dari Kualitas

Awal perjalanan Martina sebagai pengusaha jauh dari kesan megah. Ia tidak langsung membuka toko. Modalnya adalah keberanian dan resep donat serta cake hasil kursus.

Produk pertamanya, berupa donat dan cake kecil, hanya dititipkan ke kantin-kantin kampus dan sekolah terdekat. Donat dipilih karena sifatnya yang relatif tahan lama mampu bertahan hingga tiga hari. Setiap pagi, tepat pukul 8, Martina sudah siap dengan tumpukan kotak berisi kue.

"Awalnya itu buat-buat, udah dititipkan... cuma donat sama cake aja karena kan tahan lama 3 hari," jelasnya. Setiap tiga hari, ia menarik produk lama dan menggantinya dengan yang baru. Ia hanya menerima pembayaran untuk yang laku. Dalam sehari, ia bisa membawa 5 hingga 7 kotak kue, berbekal motor dengan dibantu oleh seorang karyawan—yang saat itu tak lain adalah keponakannya.

Martina Aprilia Jual Roti

Usaha titip-menitip ini perlahan membuahkan hasil, bahkan sempat dibantu oleh adiknya yang saat itu kuliah di Universitas Muhammadiyah (Unmu). Kue-kue Martina mulai dikenal. Titik balik besar datang ketika para pelanggan di kantin mulai bertanya, "Mbak Tina buat kue apa aja selain ini?"

Permintaan akan kue basah datang. Padahal, basic Martina saat itu hanyalah donat dan cake. Ia pun berdiskusi dengan sang Ibunda. Dengan bekal keahlian Ibunya dalam membuat aneka jajan pasar untuk selamatan, mereka memutuskan untuk mengambil tantangan tersebut.

"Ibu tak tanya, karena basic-nya enggak ada kan saya untuk kue basahnya. Tanya Ibu. Terus Ibu 'wis enggak apa-apa, ayo dibuka aja... ada pesanan diterima'," kenang Martina.

Mulai dari situlah aneka kue basah legendaris Blitar seperti lemper, lumpia, onde-onde, sus buah, kue thok, klepon, dan sejenisnya, masuk ke dalam daftar menu "Mungil Bakery." Semakin lama pesanan semakin ramai, dari yang semula hanya dititipkan dan dikerjakan di rumah, mereka pun memutuskan untuk membersihkan salah satu ruangan dan mengubahnya menjadi toko kue. Dan nama itu pun lahir.

Gula Asli dan Gang Mungil Filosofi di Balik Nama dan Rasa

Nama "Mungil Bakery" mungkin terdengar sederhana, bahkan sedikit merendah. Namun, di balik kesederhanaan itu, tersimpan kisah yang unik dan penanda lokasi yang akurat. Ketika tengah mencari nama untuk toko yang baru dibuka, Martina dan keluarganya berdiskusi.

"Namanya kok Mungil? Apa toko apa toko kue?"

"Mungkin sebelah sini kan ada gang kecil... itu udah terkenal namanya Gang Mungil. Sudah, enggak usah cari nama lain, akhirnya Mungil Bakery gitu," kisahnya.

Gang Mungil bukan sekadar alamat, ia adalah akar dan identitas. Nama itu menjadi pengingat akan kesederhanaan dan asal-usul, meski kini tokonya telah berkembang pesat.

Namun, yang jauh lebih penting dari nama adalah filosofi rasa yang diusungnya, yang diyakini Martina sebagai rahasia utama kesuksesan dan loyalitas pelanggan.

Martina Aprilia Jual Roti

Komitmen pada Bahan Baku Asli Tanpa Pemanis Buatan.

Di saat banyak produsen memilih jalan pintas dengan menggunakan pemanis buatan untuk menekan biaya, Martina memilih jalan yang lebih sulit, namun jujur.

"Mungkin karena pakai gulanya asli, ya? Semua pakai asli semua, enggak ada yang pakai pemanis. Kan kadang ada yang takarannya pakai pemanis gulanya... saya juga kurang tahu takaran gimana. Yang pasti, gula 200 jadikan berapa ada pemanisnya itu juga, saya semuanya asli," tegas Martina.

Komitmen ini tidak hanya berlaku untuk gula. Mentega yang digunakan pun adalah kualitas terbaik, bukan yang biasa. Pilihan ini memang membuat biaya produksi lebih tinggi, namun menghasilkan rasa yang tak tertandingi: otentik, alami, dan aman bagi konsumen.

Produk unggulan "Mungil Bakery" yang paling dicari, yang menjadi signature dan best-seller adalah: Donat, Sus Buah, Lemper, dan Lumpia. Kue-kue inilah yang menjadi duta rasa dari komitmen "Mungil Bakery" terhadap kualitas.

Mesin Uang Mungil: Omset Harian dan Momen Puncak

Dengan filosofi rasa yang kuat, tak heran jika "Mungil Bakery" tidak pernah sepi. Rata-rata pendapatan harian yang berhasil diraup toko ini berada di kisaran 4 juta Rupiah. Angka yang stabil ini membuktikan bahwa kualitas adalah magnet yang kuat, menarik pelanggan setiap hari, tidak peduli hari libur atau hari kerja.

Namun, potensi "Mungil Bakery" sesungguhnya baru terlihat saat momen-momen puncak tertentu.

Puncak tertinggi omset harian mereka dicapai berkat segmen layanan yang mereka kembangkan: melayani pesanan untuk acara-acara sekolah. Acara-acara seperti perpisahan sekolah (purnawiyata) atau acara besar lainnya adalah jackpot tahunan bagi "Mungil Bakery."

Pada momen puncak ini, seperti yang pernah terjadi, omset mereka dapat meroket hingga 12 juta Rupiah per hari.


Martina Aprilia Jual Roti

Martina menceritakan salah satu momen epik:

"Kemarin ada satu sekolah sampai 900 isi 2 kue, satu dusnya 8000. Itu berarti sekitar 7 juta. Yang sebelum Covid itu malah ada yang 1500 dus perwanida itu sekolah yang untuk tes di sini. Sekitar sampai 1500 dus, uangnya sekitar 12 juta kalau enggak salah itu."

Pesanan dalam jumlah kolosal ini menuntut kecepatan, ketepatan, dan manajemen yang sangat baik—sebuah tantangan yang berhasil mereka taklukkan.

Dari Subuh Hingga Maghrib: Dapur dan Kekuatan Keluarga

Di balik omset belasan juta itu, ada kerja keras tanpa henti dan koordinasi yang solid. Tenaga kerja inti "Mungil Bakery" awalnya sangat "mungil": Martina sendiri, Ibunya, dan satu karyawan. Namun, seiring waktu dan meningkatnya pesanan, terutama saat event besar, tim mereka diperkuat oleh belasan orang, termasuk keluarga yang selalu membantu.

"Kebetulan ada teman guru di sekolah itu... tapi memang tiap tahun kan sekolahan selalu ada perpisahan. Total... 12 orang terus sama saya sama Ibu, tapi 14," jelas Martina, menekankan betapa pentingnya peran tim besar saat momen krusial.

Meski memiliki tim, Martina dan Ibunya tetap memegang peran krusial di dapur. Mereka membagi tugas berdasarkan keahlian dan resep rahasia yang tidak boleh disentuh orang lain.

  • Martina: Memegang penuh kendali atas Brownies dan proses mengoven (ngoven) semua kue basah. "Kalau donat semua udah tahu resepnya, anak-anak udah berani tinggal gitu. Kalau Ibu... Ibu itu megang sus buah sama sus. Enggak ada yang bisa, enggak ada yang berani ngoven itu, lho," ungkapnya.

  • Ibu Martina: Bertanggung jawab atas resep rahasia Sus Buah dan Sus biasa.

  • Karyawan: Mengambil bagian dalam proses mengiris, gulo (kemungkinan proses pengisian atau pelapisan gula), dan packing.

Hari kerja Martina dimulai jauh sebelum matahari terbit.

Pukul 02.00 dini hari, Martina sudah bangun. Tugas utamanya adalah ngoven dan mixer adonan. Setelah proses awal selesai, ia akan menyerahkan adonan kepada anak-anak (karyawan) yang sudah memiliki bagian masing-masing.

Aktivitas padat ini berlangsung hingga pukul 11.00 siang, di mana ia biasanya mengambil waktu istirahat sejenak. Setelah Dzuhur, ia kembali ngecek-ngecek dan mengurus packing yang tersisa. Tergantung pesanan, terkadang setelah Maghrib pun ia harus kembali menyiapkan pesanan. Jika pesanan banyak atau sedikit, jam 2 pagi tetap menjadi waktu wajib baginya untuk memulai hari. Toko sendiri harus sudah buka dan ready semua kue pada pukul 06.30 pagi.

Dalam dua dekade perjalanannya (dimulai sekitar tahun 2003, setelah lulus kuliah tahun 2001), Martina hanya mengambil libur satu hingga dua kali dalam sebulan. Jika ada ajakan keluarga untuk pergi keluar kota, ia akan mengambil libur maksimal tiga hari.

Strategi Pemasaran Sederhana dan Efektif

Di era digital, "Mungil Bakery" tidak mengandalkan brosur atau gimmick promosi yang mahal. Strategi pemasarannya sangat sederhana, namun terbukti efektif, yaitu melalui media sosial: Facebook dan Instagram.

"Promosinya cukup di Facebook sama IG aja. Kalau awal-awal dulu pernah buat brosur gitu, ikut karnaval, kayaknya kurang mengena gitu. Cukup di IG sama FB aja sudah," katanya.

Media sosial memungkinkan mereka menjangkau pelanggan lokal di Blitar dan sekitarnya. Yang menarik, meskipun fokusnya Blitar, popularitas "Mungil Bakery" telah menyebar. Tidak jarang, pelanggan dari luar kota, seperti Malang, datang langsung ke toko untuk membeli kue dalam jumlah besar dan membawanya pulang.

Martina Aprilia Jual Roti

Menghadapi Resiko dan Resiliensi Bisnis

Bisnis kue basah memiliki resiko besar terkait ketahanan produk. Kue basah tidak bisa disimpan lama. Martina memiliki cara bijak untuk mengelola kelebihan produksi atau produk yang tidak laku.

  • Pengurangan Produksi: Jika penjualan sepi, seperti yang dialaminya saat bulan puasa, ia akan segera mengurangi jumlah produksi kue.

  • Donasi: Jika ada kue yang masih bisa dimakan, ia akan membagikannya ke tetangga.

  • Membuang: Jika sudah tidak layak dikonsumsi, ia tidak ragu untuk membuangnya, sebagai bentuk komitmen menjaga kualitas dan nama baik toko.

Kue yang awet, seperti Donat, kadang di-stok hingga 100 buah, sementara kue basah di-stok sekitar 30, yang harus habis sebelum sore.

Harga produk "Mungil Bakery" juga terjangkau, melayani berbagai segmen pasar:

  • Kue mini dijual dengan harga seribuan.

  • Kue standar dijual mulai dari Rp1.500 hingga Rp3.000.

Pesan untuk Para Pejuang Bisnis

Jalan kesuksesan Martina tidaklah mulus. Ia pernah diremehkan dan dicemooh oleh tetangga di awal-awal usahanya. Seorang sarjana ekonomi yang seharusnya bekerja di bank, malah memilih berjualan kue di gang kecil. Cibiran itu tidak memadamkan apinya, malah mungkin menjadi bahan bakar.

Kini, setelah 20 tahun lebih berjuang, "Mungil Bakery" menjadi bukti bahwa ketulusan dalam bekerja dan kualitas yang dijaga akan selalu menemukan jalannya menuju kesuksesan. Omset fantastis dan loyalitas pelanggan adalah jawaban atas cibiran masa lalu.

Ketika ditanya mengenai resep suksesnya selain kualitas bahan baku, Martina Aprilia menyampaikannya dengan rendah hati:

"Kalau itu ya ada... cuma nggak ada tiap bulan kemarin gitu. Alamatnya di mana, Ibu? Jalan Mangga 71 Kota Blitar, dekat Pasar Legi... Kalau saya bukan itu, ya rezeki sih, sudah ada takarannya... cuma kalau... saya juga pernah diremehkan ya sama tetangga-tetangga ini..."

Di akhir kisahnya, ia meninggalkan pesan yang sederhana namun mendalam bagi siapa pun yang sedang merintis usaha atau menghadapi tantangan hidup:

“Gitu, enggak usah malu gitu. Semangat, harus semangat. Cintai pekerjaan yang ada.”

Kisah "Mungil Bakery" adalah kisah tentang mencari manisnya hidup dari bahan-bahan yang asli, tentang menemukan takdir di sebuah gang kecil, dan tentang membuktikan bahwa mimpi yang tertunda bisa digantikan dengan rezeki yang lebih manis.

Kisah Mungil Bakery adalah pengingat bahwa di tengah gempuran produk instan, kualitas sejati dari gula dan mentega asli akan selalu menang. Setelah 20 tahun membuktikan komitmen pada rasa autentik, apakah Anda juga setuju bahwa keaslian bahan baku adalah kunci utama resep sukses yang abadi? Tulis jawaban anda di kolom komentar. Terima kasih 

Sumber : Ch.ytb. PecahTelur
Roti Mungil Omset 12 Juta/hari Saat Ramai, Mampu Bertahan 20 Tahun!



EmoticonEmoticon