Kisah inspiratif ini datang dari Muhammad Catur Gunandi, atau yang akrab disapa Mister Catur, seorang pengusaha sukses asal Bandung yang kini berkiprah di Jakarta dengan omset bisnis mencapai triliunan rupiah. Namun, kisah ini bukan hanya tentang besarnya kesuksesan dan omset fantastis yang diraihnya. Justru, ini adalah cerita tentang sebuah perjalanan spiritual dan mental yang penuh liku, dari keluarga yang bukan pebisnis, merintis dari bawah, pernah mengalami kebangkrutan, hingga terlilit utang miliaran rupiah.
MasyaAllah, merupakan rezeki yang luar biasa bisa bersilaturahmi, mewawancarai, dan menimba banyak ilmu dari beliau, saat tampil dalam wawancara di saluran youtube Fokusinajaofficial beberapa waktu lalu. Di balik kesuksesan gemilang saat ini, Mister Catur ternyata pernah melewati fase terberat dalam hidupnya sebuah fase penuh cobaan di awal merintis usaha. simak kisahnya berikut ini...
Terjepit Utang Miliaran dan Tidur di Masjid
Mister Catur lahir di Bandung dan kini tinggal di Tangerang Selatan dengan aktivitas bisnis berpusat di Jakarta Selatan. Ayah dari tiga anak ini bercerita bahwa ia bukanlah keturunan darah pebisnis, sehingga tidak ada sosok mentor atau contoh dari keluarga. Sejak SMA, tujuannya sederhana: tidak ingin menyusahkan orang tua. Motivasi ini mendorongnya untuk mencari peluang sejak dini, mulai dari berdagang fotokopi hingga menjual buku dan boneka saat kuliah.
Karena tidak punya uang untuk membayar mentor, ia memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan nasional yang terkenal mencetak kader-kader unggul dan memiliki sistem yang matang. Sambil bekerja, ia menyerap ilmu tentang finance, procurement, marketing, logistik, dan lain-lain. Di saat yang sama, ia juga memulai usaha jual beli mobil, meskipun pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Titik terendah datang ketika ia memulai usaha kontraktor bersama tiga kawan. Qadarullah, salah satu partnernya menggunakan uang klien—yang seharusnya dibayarkan ke supplier—untuk trading forex. Uang itu bablas, hilang. Mister Catur menghadapi dilema: kabur atau bertanggung jawab. Ia memilih yang kedua.
"Pilihannya waktu itu hanya dua. Saya mau ikutan kabur atau saya datangin satu-satu. Nah, sampai akhirnya tuh ya sangat bingung ya karena nilainya besar waktu itu ya 2,5 miliar kira-kira. Dan yang hanya bertanggung jawab waktu itu saya sendiri akhirnya karena saya berpikir nama itu lebih penting dan saya yakin kalau kita bertanggung jawab maka Allah pun akan memudahkan."
Momen ini terjadi sekitar tahun 2010 hingga 2011. Dengan anak yang masih bayi, ia dan istri harus menjual aset yang dimiliki, termasuk mobil, untuk menutupi sebagian utang. Ia mendatangi satu per satu investor, meminta waktu, dan berjanji akan bertanggung jawab.
Saat dilanda kebingungan dan kehabisan daya, nasihat ayahnya menjadi penguat: "Kita selama hidup itu akan selalu ada masalah. Masalah kita berhenti saat kita mati." Keyakinan ini menumbuhkan harapan bahwa fase sulit ini pasti akan berakhir, karena "tidak mungkin Allah ngasih ujian tapi enggak ada solusinya."
Kunci dari segalanya, menurut Mister Catur, adalah kembali ke Allah. Sejak kecil terbiasa diajak ke masjid oleh ayahnya, ia menjadikan masjid sebagai tempat berlindung.
"Di mana pun kamu cari pertama masjid kata ayah saya itu. Jadi waktu itu saya melanglang buana saya ke Manado, saya ke Makassar, saya ke Jogja yang saya cari masjid gitu. Masjid, musala terdekat, insyaallah saya hafal."
Ia bahkan sempat izin kepada istri untuk merantau jauh mencari pekerjaan tanpa tahu harus ke mana. Selama merantau, ia tidur di masjid dan pernah menahan lapar karena tak punya uang sepeser pun. Momen mengharukan terjadi saat seorang ibu penjual nasi kuning melihatnya.
"Ibu itu jualan nasi kuning gitu. Enggak. Ayo makan aja. Sini makan dulu aja. Dikasih tuh makan. Saya ingat banget nasi kuning 5.000 perak sebenarnya. Tapi saya enggak sanggup tuh waktu itu. Dan saya enggak lupa sampai akhirnya saya janji saya kembalikan meskipun event hanya 5.000-an gitu."
Ketika rezeki datang dan ia ingin membayar utang 5.000 rupiah tersebut, ibu penjual nasi kuning itu sudah meninggal dunia. Mister Catur pun akhirnya membayar utang itu kepada anak si ibu, dan ia mengembalikannya dengan dilebihkan (disedekahkan). Di bulan puasa, ia bahkan hanya berbuka dengan air putih.
Wasilah Cireng Rujak dan Keajaiban Sedekah 10% dari Omset
Setelah melalui masa-masa pahit, wasilah rezeki datang melalui pertemuan dengan seorang kawan lama SMA. Dengan modal kurang dari Rp1 juta, mereka berdua merintis usaha makanan khas Sunda: Cireng Rujak.
"Mungkin teman-teman masih ingat cireng bumbu rujak pertama itu dari kita. Nah, alhamdulillah sejak saat itu Allah kasih kemudahan."
Usaha ini dirintis dengan perjuangan keras, tidak langsung meledak. Mereka menawarkan dari pasar ke pasar, terminal ke terminal, bahkan mengantar sendiri menggunakan bus untuk menghemat biaya kirim. Mister Catur harus buru-buru setelah salat subuh, membawa dua dus cireng ke terminal, mengantarkannya, dan kembali lagi naik bus.
Dari usaha kecil inilah, Allah memberikan jalan keluar. Cireng Rujak sukses besar, bahkan pernah menembus omset Rp6 Miliar kala itu.
Mister Catur mengungkapkan sebuah titik balik yang krusial dalam perjalanannya: menetapkan sedekah 10% dari omset.
"Kita itu sisihkan 10%. Jadi kalau orang itu misalnya 2,5% untuk sedekahnya, kami sisihkan 10%. Itulah yang menyembuat orderan itu luar biasa. Dari awalnya cuman puluhan per hari, tiba-tiba jadi ratusan tiba-tiba jadi ribuan."
Mereka pernah tergelincir, mengurangi porsi sedekah menjadi 5% saat omset sudah miliaran, dengan alasan untuk pengembangan usaha. Namun, qadarullah, omset langsung turun. Segera mereka istigfar dan sepakat untuk kembali ke 10% dari omset (bukan dari keuntungan). Sejak saat itu, mereka ketagihan dalam beramal.
"Ya Allah, ternyata saat aku banyak memberi ke kamu gitu ya, balikin lagi, kamu tuh ngasih lagi banyak dan saya ketagihan."
Kini, konsep ini bahkan diterapkan dalam beberapa unit usaha di mana 100% hasilnya didedikasikan untuk amal saleh. Mereka tidak lagi memikirkan keuntungan pribadi, melainkan memposisikan diri sebagai pekerjanya Allah.
"Semakin besar keuntungan yang kita peroleh ya itu semakin besar kembali karena 100% kita kembalikan dan itu udah kita jalankan di dua, tiga unit usaha itu 100% sudah kita ee saya enggak ambil sama sekali."
Dua Sayap Rezeki: Doa Orang Tua dan Keikhlasan Istri
Mister Catur dengan kerendahan hati meyakini bahwa keberhasilannya bukanlah semata karena kemampuan atau kehebatannya, melainkan karena doa orang tua dan istri. Ia menyebut mereka sebagai dua sayap rezeki yang luar biasa yang tak boleh diabaikan.
Peran Istri yang Luar Biasa
Istri Mister Catur adalah sosok yang tidak pernah menuntut dan menerima berapapun nafkah yang diberikan. Demi menghemat biaya, ia tidak ingin menggunakan asisten rumah tangga.
"Bahkan istri saya ini saya karena enggak mau pakai pembantu, enggak mau nyusahin saya, enggak mau nambah biaya, akhirnya kena HNP atau apa saraf kejepit. Karena sebayangin sambil gendong sambil masak, sambil gendong sambil nyuci..."
Pengorbanan istri mencapai puncaknya hingga harus dioperasi tulang punggung dan dipasang pen. Namun, istri dengan ikhlas mengatakan, "Ya ini jalan surga aku. Katanya kalau kamu apa semuanya kamu siapin surga aku di mana? Dia bilang gitu."
Di balik keikhlasan dalam mengurus rumah tangga, istri Mister Catur memiliki amalan ibadah yang luar biasa: tidak pernah putus salat Tahajudnya. Selain itu, ia juga sering bersedekah diam-diam kepada driver ojek online atau tukang sapu komplek, tanpa sepengetahuan suami.
"Saya tahu dari mereka, 'Pak, makasih ya.' 'Lah makasih apa?' Saya bilang, 'Ibu kemarin ngasih.' Masyaallah. Padahal dia enggak minta tambahan uang bulanan, tapi sedekah diam-diamnya itulah yang membuat mungkin ya Allah juga menggantinya lewat saya."
Ketaatan kepada Orang Tua
Ketaatan kepada orang tua juga menjadi sumber keberkahan. Mister Catur sangat menjaga keinginan orang tua. Ayahnya selalu mengingatkan untuk kembali ke masjid dan tidak sombong, sementara ibunya selalu menjadi customer pertama dari setiap produk yang ia jual, bahkan tidak pernah meminta diskon.
Ia berpesan kepada teman-teman, jangan menunggu kaya untuk membahagiakan orang tua. Dulu, saat penghasilan masih Rp3 juta, 50% langsung ia berikan kepada orang tua tanpa pikir panjang.
"Dan ternyata Allah cukupkan kok gitu dan Allah titip ganti terus."
Saat ini, impian terbesar orang tuanya adalah meninggal di Tanah Haram. Mister Catur berikhtiar semaksimal mungkin, bahkan memfasilitasi keberangkatan umrah hampir setiap bulan dengan fasilitas terbaik.
"Saya tidak ingin gara-gara hanya biaya lalu cita-cita kedua orang tua saya itu saya hambat secara enggak langsung... Maka kalau bisa dibilang impian terbesar yang belum bisa saya penuhi, ya orang tua saya ingin meninggal di tanah haram. Dan semoga Allah ijabah."
Teguran Allah dan Fondasi Bisnis Syariah
Perjalanan Mister Catur tidak luput dari teguran. Setelah mencapai kesuksesan, ia pernah merasa keenakan dan berpikir semua keberhasilan adalah karena kepintarannya.
"Saya tidak melibatkan Allah. Waktu itu saya langsung sadar, saya istigfar, saya merasa saya mampu, saya merasa ini kemampuan saya, saya merasa saya sudah pintar, udah jago bisnis..."
Saat itulah Allah menegur. Ia memilih salah satu usaha yang berjarak jauh dan mulai lalai dalam ibadah, bahkan salat sering telat. Usaha itu pun bangkrut, mengalami kerugian Rp3,7 Miliar — jumlah yang lebih besar dari utang sebelumnya. Kerugian ini terjadi karena barang stok (cangkang sawit) tidak laku, berjamur, dan tidak bisa dijual.
"Saya suka diskusi dengan guru dan akhirnya mungkin itu cara Allah membersihkan juga harta-harta sebelumnya yang mungkin masih ada yang belum diridai oleh Allah gitu."
Dari pengalaman ini, ia belajar dan kini memegang prinsip kuat dalam berbisnis:
Akad yang Benar: Ia menyadari bahwa dulu pernah ada akad yang tidak tepat, misalnya pinjaman dengan persentase bagi hasil dari modal, bukan dari keuntungan. Ia kini fokus pada pemurnian muamalah syariah.
Profesionalisme: Bisnis harus berasas pada tiga hal: Legal, Logis, dan Halal. Bisnis bukan didasari emosi, melainkan data dan angka yang valid.
Mister Catur kini giat dalam bidang CG Consulting, menjadi konsultan bagi UMKM dan perusahaan besar dengan balutan syariah, mengajak pengusaha untuk benar secara akad dan transaksi agar lebih profesional. Ia juga banyak mengembangkan bisnis melalui konsep syirkah (kerja sama bagi hasil) dan mengaplikasikannya dalam berbagai unit usaha (toko laptop, karpet, akademi prestasi).
Ia juga berpesan kepada para pengusaha yang baru berhijrah untuk tidak memiliki mental meminta-minta modal hanya karena label hijrah.
"Hijrah itu karena Allah. Hijrah itu lillah. Hijrah itu memperbaiki diri. Bukan hanya sekadar akhirnya dari riba enggak riba atau salat enggak e enggak salat menjadi salat. Tapi profesional off semua."
Ia menekankan pentingnya terus belajar dan menguasai ilmu bisnis, keuangan, dan manajemen usaha. Pengusaha yang berhenti belajar hanya berharap pada keberuntungan. Hingga kini, Mister Catur masih terus belajar, menyelesaikan S2, berencana S3, dan bahkan menjadi murid di workshop yang diadakan oleh teman-temannya sendiri.
Jangan Pernah Merasa Kalah: Kita Adalah Timnya Allah
Sebagai penutup, Mister Catur membagikan ayat penyemangat yang ia pegang teguh (Al-Baqarah 255 dan 256). Ia mengingatkan bahwa hidup ini hanya ada dua kubu: kubunya Allah dan kubunya setan.
"Di situ Allah berfirman bahwa Allahlah yang akan menjadi wali, menjadi pelindung bagi orang-orang yang beriman yang akan mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya. Di satu sisi sambungan ayatnya, 'Dan setan adalah wali bagi orang-orang musyrik dan munafik yang akan membawa mereka dari cahaya menuju kegelapan.' Jadi, hidup ini hanya dua kubu..."
Jika kita berada di jalan Allah, menjadi timnya Allah, maka jangan pernah merasa akan kalah.
"Kalau pencipta dan makhluk, sudah jelas yang menang adalah pencipta. Maka kalau kita lagi di jalan Allah, kita menjadi timnya Allah, jangan pernah merasa kita akan kalah. Karena Allah akan memenangkan kita. Dan itu saya yakini dengan ikhtiar selama ini."
Kisah Mister Catur adalah pengingat bahwa kebangkrutan, utang, dan kesulitan hanyalah fase sementara yang pasti berakhir. Kunci untuk melewati fase tersebut adalah kembali berserah diri kepada Allah, menjaga hubungan baik dengan orang tua dan pasangan, serta konsisten dalam beramal shaleh seperti sedekah dan ibadah, sambil terus berikhtiar dan profesional dalam berbisnis.
Kisah ini telah diceritakan pada saluran youtube Fokusinajaofficial
Sumber : GAK NYANGKA!! Bangkit dari bangkrut lewat WASILAH SEDEKAH. dulu tidur diMASJID kini SUKSES TRILIUNAN
0 Komentar