USIA 23 TAHUN HARUS MEMBAYAR SETENGAH MILIAR: Kisah Bisnis Sukses Gentad Gantara

Gentad Gantara

Gentad Gantara kini berdiri tegak sebagai pebisnis properti sukses. Di usianya yang ke-32, ia menaungi jasa konstruksi, developer, dan desain di bawah payung bisnisnya. Namun, di balik kemapanan itu, tersimpan kisah kejatuhan dahsyat, sebuah utang yang harus ia bayar di usia 23 tahun, membawanya pada sebuah pencarian spiritual yang mengubah segalanya.

Dari Elit ke Petak Kontrakan

Genta lahir dalam keluarga yang serba berkecukupan. Ia mengenal kehidupan elit, namun takdir berbalik arah. Kebangkrutan menimpa keluarganya, sebuah pengalaman pahit yang merobohkan kemewahan menjadi keprihatinan.

"Saya tuh pernah ngalamin, jadi dari rumah yang bisa dibilang kawasan elit jadi tinggal di satu petak rumah itu tuh saya ngontrak dan WC tuh di luar," kenangnya.

Transisi ekstrem ini bukan hanya soal pindah tempat tinggal, melainkan pendidikan mental termahal. Ia dipaksa mengerti bahwa bisnis—meski menjanjikan—bisa hancur dalam sekejap jika salah langkah. Mentalnya dipupuk di sana, di tengah keterbatasan.

Di tahun 2013, Genta memulai segalanya dari nol. Ia berjualan keripik dan brownies untuk membiayai kuliahnya. Prinsipnya tegas: tidak berharap pada orang tua. Menariknya, dari jaringan kecil penjual keripik inilah benang merah rezekinya terjalin. Bos-bos keripik yang ia kenal kelak menjadi klien pertamanya di dunia yang lebih besar.

Jebakan Manis Miliaran Pertama

Perjalanan Genta beralih ke properti ketika ia mencoba menjadi marketing freelance. Penjualan pertamanya menghasilkan komisi Rp7 juta, jumlah yang sangat besar bagi mahasiswa, cukup untuk membayar dua semester. Sejak itu, ia jatuh cinta pada properti.

Ia mulai melakukan personal branding yang agresif. "Saya nge-branding diri ke semua orang tuh: Saya pengusaha properti," ujarnya. Strategi ini berhasil. Seorang dosen yang mencari rumah dengan budget Rp.1 miliar menghubunginya, dan Genta berhasil mencetak Rp70 juta pertamanya dari properti.

Uang besar itu memicu ide untuk melipatgandakan keuntungan. Ia mencoba skema "injek dana" di investasi ayam, menitipkan modal pada broker. Awalnya, ia merasakan kenikmatan memegang uang besar harian. Terlena dengan kemudahan itu, Genta mengajak teman-temannya berinvestasi hingga terkumpul dana hampir Rp1 miliar.

Ternyata, jebakan itu nyata. Uang itu hilang.

Harus Membayar Rp500 Juta di Usia 23

Di usia 23 tahun, Genta dihadapkan pada kenyataan pahit: ia harus membayar sisa utang Rp500 juta yang benar-benar tidak ia miliki. Utang ini adalah sisa dari uang teman-teman yang sudah ia usahakan bayar dengan seluruh hartanya. Ia sudah tak punya apa-apa lagi.

"Jadi dengan saya udah ngeluarin apa yang saya punya, udah benar enggak punya uang, sisa tuh Rp500 jutaan yang enggak bisa saya bayar," katanya.

Menariknya, di titik terendah itu, Genta menolak untuk menyalahkan orang lain. Ia yakin, musibah ini terjadi karena ulahnya, karena kebodohannya mempercayakan uang ratusan juta tanpa jaminan. Prinsipnya teguh: menyalahkan orang lain hanya akan menutup rezeki.

Kunci Utama: Bukan Uang, tapi Ketenangan

Titik balik yang sesungguhnya bukanlah bantuan materi, melainkan spiritual. Genta memutuskan mengikuti seminar Pola Pertolongan Allah, datang dengan satu niat: ingin pertolongan Allah.

Ia dan istri mulai mempraktikkan ajaran-ajaran di seminar, termasuk rutin Salat Tahajud. Jawaban atas doanya tidak datang dalam bentuk uang tunai atau masalah yang diselesaikan secara instan. Sebaliknya, Allah memberinya ketenangan dalam diri.

"Tapi yang pasti diberikan oleh Allah itu pertama kali itu bukan uangnya dan masalahnya diselesaikan. Bukan. Tapi ketenangan dalam diri," tegas Genta.

Ketenangan ini adalah kunci utama. Saat tenang, Genta mampu melihat masalah utang Rp500 juta yang awalnya terasa sebesar gunung, kini menjadi tantangan yang bisa diurai. Ia menyadari, dengan ketenangan, ia bisa berpikir jernih dan mencari solusi yang efektif.

baca juga : Menerobos Batas Pasar Lokal Hingga Internasional I Inovasi Microgreens dan Air Kelapa untuk Kesehatan

Jual Janji dan Keajaiban Proyek Pertama

Dengan ketenangan yang baru didapatkan, tak lama kemudian ia mendapat panggilan untuk mengerjakan proyek pembangunan rumah. Proyek pertama itu menghasilkan keuntungan yang cukup untuk melunasi sebagian utangnya, memicu semangatnya untuk kembali ke konstruksi.

Hebatnya, Genta memulai lagi bisnis konstruksi dengan modal minim, bahkan bisa dibilang hanya "jual janji" dan visi. Ia menjual janji kepada klien bahwa rumah akan dibangun sesuai gambar desain yang ia tunjukkan. Modal awalnya? Hanya biaya print gambar dan relasi pertemanan untuk mencari tenaga ahli.

Namun, ia tidak naif. Bisnis konstruksi penuh risiko. Genta mengakui, dari proyek pertama untung, proyek kedua, ketiga, dan keempat ia alami kerugian. Untung-rugi adalah bagian dari pembelajaran. Kerugian itu seringkali disebabkan oleh kebodohannya sendiri, seperti tidak menghitung perbedaan harga material antar kota atau terlalu ambisius mengambil banyak proyek hingga tidak terkontrol.

Jalan Pintas Menuju Allah

Kini, setelah melewati badai, Gentad tidak hanya mengandalkan kerja keras. Ia meyakini bahwa kekuatan spiritual adalah cara tercepat untuk "Naik Kelas." Ia berpegangan pada kebiasaan bangun malam. Motivasi utamanya: banyak masalah, dan ia yakin hanya Allah yang bisa menyelesaikannya.

"Ketika kita bangun malam tuh itu kan kondisi sepi, kondisi hening, kondisi tenang. Ketika kita kondisi tenang ya kita coba curhatlah ke Allah itu seperti apa nih masalah kita."

Menurut Genta, Salat lima waktu adalah kewajiban. Tapi jika ingin diperhatikan oleh Allah agar masalah diselesaikan, kita harus melakukan lebih, yaitu melalui salat-salat sunnah. "Itu cara tercepatnya," ujarnya. Melalui salat malam, ia merasa lebih dibimbing—proyek-proyek yang terlihat menguntungkan namun berbahaya akan digagalkan oleh Allah, menyelamatkannya dari kerugian yang lebih besar.

Tiga Kunci Sukses Genta:

  • Dekatkan diri kepada Allah. Jangan terlalu percaya diri, tapi percayalah kepada-Nya.
  • Selalu positif bahwa segala sesuatu akan selesai.
  • Tetap semangat meskipun gagal berkali-kali, terus mencoba hingga menemukan titik keberhasilan.

Kisah Gentad Gantara mengajarkan bahwa kejatuhan di usia muda bukanlah akhir, melainkan harga yang harus dibayar untuk sebuah pelajaran besar. Dan yang paling penting, di tengah badai utang setengah miliar, kunci untuk bangkit ternyata bukanlah modal materi, melainkan ketenangan hati yang hanya bisa didapatkan melalui pertolongan Illahi.

Kisah ini diungkapkan di channel YouTube Naik Kelas.

Sumber : Punya Hutang 1 Miliar di Usia 23 Tahun, Kini Jadi Pengusaha Sukses

Posting Komentar

0 Komentar