Ayodha Farm: Mini Food Estate Bawah SUTET di Tangerang, Bukti Sukses Pertanian Hidroponik Perkotaan

KISAH BUNG YADI MENGUBAH LAHAN SEMPIT MENJADI MINI FOOD ESTATE

Di tengah hiruk pikuk, desakan pembangunan, dan padatnya Kota Tangerang, sebuah mimpi ketahanan pangan sederhana tumbuh subur, menentang segala logika lahan luas dan modal besar. Inilah kisah inspiratif Bungaran Eka Suryadi, yang akrab disapa Bung Yadi, seorang mantan profesional di dunia Teknologi Informasi (IT) yang memilih jalur pensiun dini demi menggenggam cangkul dan merangkai keberkahan. 

Ayodha Farm Mini Food Estate

DARI CODING KE CANGKUL: MEMILIH JALUR PENSIUN DINI

Dari bawah bentangan kabel SUTET bertegangan tinggi, lahirlah Ayodha Farm, sebuah kompleks ketahanan pangan yang ia sebut Mini Food Estate, yang menjadi bukti nyata bahwa rezeki bukan hanya urusan perhitungan angka dan aset, tetapi juga kualitas tawakal dan ikhtiar yang benar kepada Sang Pencipta. Kisah Bung Yadi dalam saluran youtube PecahTelur bukanlah cerita klise tentang kegagalan di kota besar yang kemudian kembali ke desa. Ia adalah seorang pria yang telah mencapai jenjang karier yang mapan di dunia yang serba digital dan serba cepat, yaitu teknologi informasi (IT). 

Ia sudah berada di titik nyaman secara finansial dan posisi. Namun, di tengah kesuksesan yang ia raih, sebuah perenungan mendalam mengenai masa depan dan kebermanfaatan hidup muncul. Ia menyadari sebuah batasan yang tak terhindarkan dalam profesi IT."Saya itu basicnya IT, Mas. Pada saat berpikir bahwa IT itu maksudnya kita akan mentok. Posisi IT itu mentoknya itu enggak mungkin akan ngurusin server sampai pensiun, enggak mungkin akan jadi programmer coding sampai terus-terusan sampai tua gitu," ujar Bung Yadi. 

Bagi kebanyakan orang, puncak karier adalah jabatan tertinggi, tetapi bagi Bung Yadi, puncak karier di bidang teknis justru adalah kemampuan untuk mandiri secara pangan dan bermanfaat secara sosial. "Jadi bagi saya pribadi itu level tertinggi orang IT itu pensiunnya ya di jadi petani. Nah itulah inspirasi awalnya."Keyakinan filosofis yang unik inilah yang mendorongnya mengambil keputusan drastis: pensiun muda dan mengakhiri kariernya sebagai karyawan, lalu langsung terjun ke dunia yang dianggap banyak orang sebagai sektor tradisional, kotor, dan penuh ketidakpastian: pertanian. Keputusan ini memerlukan keberanian luar biasa, meninggalkan gaji bulanan yang stabil demi ketidakpastian hasil panen. Ia memilih untuk memotong jalur dan langsung berfokus pada produksi.

Perjalanan agribisnis ini tidak langsung dimulai di Ayodha Farm. Jauh sebelum kompleks ini berdiri, Bung Yadi telah merintis usahanya di bidang agroedu wisata di dalam sebuah pondok pesantren di Serang. Pengalaman awal ini menjadi laboratorium dan landasan berharga yang mematangkan konsep integrated farming, manajemen SDM non-IT, dan filosofi ikhtiar yang ia bawa ke Tangerang. Ayodha Farm sendiri, sebagai sebuah kompleks sentral produksi, baru mulai berjalan kurang lebih 2 tahun, namun fondasi dan pengalaman bertani modern Bung Yadi sudah mencapai 5 tahun. Ia menyadari bahwa ilmu yang ia dapat di Serang harus diadaptasi ke lingkungan perkotaan yang padat.

KONSEP MINI FOOD ESTATE DI LAHAN TERBATAS KOTA

Ayodha Farm yang berlokasi di Jalan Pembangunan 1, Gang Haji Udin, Kelurahan Poris Pelawat, Kecamatan Cipondo, Kota Tangerang, bukanlah kompleks pertanian biasa yang hanya menanam satu komoditas. Dengan lahan yang relatif terbatas, kurang lebih 3.000 meter persegi, Bung Yadi mengemasnya menjadi sebuah Mini Food Estate yang mengacu pada prinsip dasar ketahanan pangan dan keberlanjutan ekonomi. "Satu konsep Komplek ketahanan pangan itu harus bisa menghasilkan penghasilan harian, mingguan, bulanan, atau 2 bulan, atau 3 bulan bahkan sampai di 3 bulan dan 6 bulan." Prinsip ini memastikan arus kas perusahaan selalu tersedia dari waktu ke waktu, mengurangi risiko kegagalan satu panen.

Ayodha Farm Mini Food Estate

Konsep ini lahir dari keprihatinan mendalam terhadap isu ketahanan pangan, terutama di wilayah konsumen raksasa seperti Jabodetabek yang notabene merupakan pasar terbesar tetapi suplai bahan pangan sebagian besar berasal dari luar wilayah. Tangerang, sebagai pusat konsumen, perlu menjadi produsen. Inilah yang diwujudkan Ayodha Farm.

Ayodha Farm menjadi wujud nyata dari keragaman yang menjamin pendapatan berkelanjutan:

  • Harian: Selada Hidroponik, Telur Ayam Omega, dan Telur Bebek. Selada hidroponik menjadi primadona harian, bahkan sudah terjalin kontrak farming dengan beberapa vendor untuk suplai rutin 80-85 kg per hari.
  • Mingguan/Bulanan: Lanjutan panen Telur Bebek dan Bebek Pedaging (Bebek Peking) dengan siklus panen bulanan.
  • 2 Bulanan: Melon Hidroponik, fokus pada varietas Sweetnet Melon yang memiliki permintaan tinggi di pasar modern.
  • 3 Bulanan: Ikan Nila yang dibudidayakan menggunakan Sistem RAS (Recirculating Aquaculture System), menjamin kualitas tanpa bau tanah.
  • 6 Bulanan: Lobster Air Tawar, sebagai komoditas premium dengan siklus panen yang lebih panjang.Strategi pemasaran Bung Yadi juga terukur.
Hasil panen Melon di Ayodha Farm dan dari petani mitra (offtaker) mencapai 300-400 kg per minggu. Melon ini dipasarkan ke modern market dengan sistem beli putus (tanpa konsinyasi), yang menghilangkan risiko kerugian akibat barang rusak, dan sisanya ke end user melalui Ayodha Farm dan Markas Komobit. 

Untuk telur bebek, produksi harian mencapai 80% dari populasi, dengan kontrak mingguan yang diambil oleh pedagang asinan dan pengecer lokal.Keputusan lokasi di tengah kota yang padat ini adalah hasil riset investasi yang cerdas. Bung Yadi menyadari bahwa investasi lahan di Kota Tangerang sangat mahal, mencapai jutaan rupiah per meter persegi. 

"Gimana kalau kita cari lahan kita kerja sama atau kita sewa, cari yang di kota tapi yang murah. Pas kita riset ya ketemunya ini. Ternyata lahan ini lahan pertanian yang pertanian konvensional dan bawah SUTET termasuk murah sewanya." Lokasi di bawah SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) secara otomatis memangkas harga sewa secara signifikan karena tidak mungkin didirikan bangunan permanen, apalagi perumahan. Lahan 3.000 meter persegi ini, meski di tengah permukiman padat dan dengan akses jalan sempit, menjamin biaya sewa yang rendah dan akses langsung ke pasar konsumen.

Saat ini, Ayodha Farm memfokuskan pelayanan kebutuhan pangan bagi sekitar satu Rukun Warga (RW) atau sekitar lima Rukun Tetangga (RT), namun potensi perluasan pasarnya sangat besar.

EFISIENSI TEKNIS, ZERO WASTE, DAN PENGENDALIAN HPP

Untuk mencapai profitabilitas di tengah cost produksi yang tinggi, Bung Yadi menerapkan strategi Zero Waste dan cost reduction yang ketat, terutama melalui kontrol terhadap Harga Pokok Produksi (HPP).Salah satu tantangan terbesar peternak dan petani adalah biaya pakan atau nutrisi yang tinggi, yang kerap membuat peternakan merugi. 

Ayodha Farm Mini Food Estate

Ayodha Farm mengatasi ini dengan memproduksi pakan ternak sendiri. "Kami di sini bikin pakan sendiri, Mas. Jadi kami racik sendiri pakan sendiri kita ada pabrikan sendiri... protein pakan kita itu di atas 22% di atas pakan pabrikan." Pakan dikirim ke farm dalam jumlah besar, sekitar 2 ton per pengiriman. Dengan ahli nutrisi pakan sendiri, mereka memastikan kualitas dan protein di atas standar pakan pabrikan, sambil secara drastis mereduksi biaya.

Di sektor pertanian, untuk hidroponik (selada dan melon), Bung Yadi juga meracik nutrisi sendiri, alih-alih menggunakan nutrisi komersil yang mahal. Hal ini memungkinkan kontrol HPP yang lebih baik. Fokus di selada adalah bobot panen; mereka menargetkan $200$ hingga $300$ gram per kepala, sehingga satu kilogram hanya membutuhkan 3 hingga 5 lubang tanam.Bung Yadi menyoroti beberapa aspek teknis krusial lainnya. 

Untuk Hidroponik, tantangan utama di Tangerang adalah kualitas air tanah yang tinggi kapur dan zat besi. Setelah gagal dengan filter pabrikan, tim Ayodha akhirnya menemukan alternatif air lain. Poin penting lain adalah kesuksesan persemaian (semai), yang menurutnya adalah penentu 90% keberhasilan hidroponik. Jika semai dan fase peremajaan terkontrol, pertumbuhan fase pembesaran akan berjalan optimal.

Di sektor perikanan, baik Nila sistem RAS maupun Lobster air tawar, penekanan utama adalah pada kualitas air. "Yang paling penting sebenarnya kita bukan melihara ikan, tapi kita melihara air," tegas Bung Yadi. Filtrasi air dan manajemen rumah bakteri menjadi fokus utama untuk memastikan air selalu bersih, meminimalkan penyakit, dan menghilangkan bau tanah pada ikan. Di semua lini produksi, pemilihan bibit yang unggul adalah penentu awal. Bung Yadi mengakui pernah mengalami kerugian panen hingga 40-60% karena menggunakan bibit yang kurang berkualitas di awal masa perintisan.

Ayodha Farm dijalankan oleh tim inti yang solid, dengan total tiga staf operasional yang masing-masing memiliki tanggung jawab spesifik, di bawah supervisi Bung Yadi dan kakak iparnya. Filosofi sederhana yang dipegang Teguh adalah "1005": lahan 1.000 meter persegi harus menghasilkan Rp5 juta per bulan. Ini adalah ukuran keberhasilan minimum yang diyakini bisa dicapai dengan ilmu, konsep, dan yang paling penting, keberanian untuk memulai dan konsisten.

TITIK BALIK SPIRITUAL: KEKUATAN TAWAKAL DAN IKHTIAR

Kisah keberhasilan Ayodha Farm takkan lengkap tanpa memahami fondasi spiritual dan personal yang menjadi titik balik kehidupan Bung Yadi. Ia mengakui, ia tidak memulai dari nol, melainkan dari minus total. Utang pinjol, cicilan KTA, dan kartu kredit menumpuk luar biasa, hasil dari ambisi ingin kaya cepat melalui jalur instan. "Kita pengin jalur instan ya itu tadi apply kartu kredit, apply KTA. Udah tuh kita utang KTA nih Rp20 juta, utang kartu kredit Rp20 juta. 

Ayodha Farm Mini Food Estate

Kalau kita invest di sini nanti sebulan ngasilnya segini-segini. Itu hitung-hitungan kita secara kertas tapi modalnya dari utang. Ternyata Dari situlah yang menghancurkan, hancur benar-benar minus buat saya itu di situ."Titik terendah yang paling traumatis terjadi saat ibunya meninggal. Sebagai karyawan, ia berada di titik keputusasaan. 

"Saya protes tuh sama Allah, 'Ya Rab, kok Ibu saya cepat banget dipanggil gitu.' Tapi pada poinnya itu saya enggak pernah salat mungkin kurang lebih 7 bulan lah ya enggak pernah salat sama sekali, gara-gara protes sama Allah tadi."Momen perenungan mendalam datang setelah disadarkan oleh sang istri, "Mau sampai kapan protes sama Allah? Anak-anak sudah semakin gede, terus kita enggak punya apa-apa, protes juga enggak ada apa-apa, adanya begini saja." 

Ini membawanya pada tekad untuk merangkai kembali hidupnya. Ia menemukan dua quote yang menjadi motivasi terbesarnya: 

  1. Pertama, "Perbaikilah salatmu, Allah akan memperbaiki hidupmu." 
  2. Kedua, nasihat Ali bin Abi Thalib: "Balas dendam terbaik adalah jadi lebih baik."Ia memulai ikhtiar spiritual dengan perbaikan ibadah: berusaha salat tepat waktu selama 40 hari, tidak pernah meninggalkan salat Duha, salat Tobat, dan Tahajud. Namun, ia sadar, doa saja tidak cukup, harus ada ikhtiar duniawi. 
Ia bersama istri memulai usaha dagang kecil-kecilan (jeans, handphone, pulsa) sebagai reseller dari pusat perbelanjaan elektronik, sambil tetap bekerja dan mengambil freelance IT.Salah satu kunci spiritualitas lain yang ia yakini membuka pintu rezeki adalah memuliakan istri. "Coba sih sekali-sekali muliakan istrimu, siapa tahu rezekimu kebuka." Istrinya juga menjadi pendukung utama yang tak pernah meragukan janji Allah saat masalah finansial mendera.

Titik balik finansial yang masif terjadi saat pandemi COVID-19, momen yang ironisnya justru membuat proyek IT-nya booming dan mendatangkan keuntungan besar, melunasi utang-utang. Keuntungan besar itu tidak ia habiskan untuk foya-foya. Istri menyarankan, "Gimana kalau kita umrah satu keluarga dulu.""Ternyata Rasul bilang tuh bahwa umrah itu akan mendatangkan rezeki. Umrah itu sebagai jihad, harta akan diganti berkali lipat, segala macam. Ternyata benar. 

Jadi sepulang umrah, justru uang yang tadi saya habiskan di umrah segala macam itu diganti Allah berkali lipat lagi," kenangnya.Rezeki berlimpah itu lantas ia putuskan untuk Haji Furoda dan mewujudkan mimpi lain: mengumrahkan karyawan yang loyal setahun sekali. "Doa itu Ya Rab, gimana caranya bisa berangkat umrah tiap tahun. Nah, Alhamdulillah Sampai detik ini Allah wujudkan itu." Ia meyakini, harta yang digunakan untuk jalan Allah akan kembali berlipat ganda, dan level keserakahan manusia harus dibatasi agar harta itu membawa kebermanfaatan.

TAWAKAL SEBAGAI ASPEK NON-TEKNIS PERTANIAN

Dalam menjalankan Ayodha Farm, Bung Yadi menekankan bahwa bisnis dan sosial memiliki benang merah yang ditemukan oleh Allah. Sisi sosial berupa sedekah, ikhlas, dan keberangkatan umrah bagi karyawan, diyakini akan dilipatgandakan rezekinya oleh Allah melalui bisnis pertanian yang profitable."Kuncinya kalau di pertanian itu tawakal, Mas. Kita tuh harus berprasangka baik sama Allah dulu. Jadi gimana cara ngelolanya itu berdasarkan hati dan emosional kita. Jadi apa yang kita tanamkan, ikhtiarnya kita benar, Insyaallah hasilnya akan benar."

Ayodha Farm Mini Food Estate

Bagi Bung Yadi, tawakal dan ikhtiar yang benar adalah modal utama yang bahkan melampaui modal uang dan pengalaman teknis. Ia memberikan contoh ekstrem kerugian yang pernah dialaminya. "Kalau rugi secara total kalau di pertanian ya masih terbilang belum terlalu besarlah, maksudnya ya mungkin di bawah-bawah 1 M lah ya, itu karena ya itu tadi Mas, pertanian itu masalah ditawakal." Ia pernah mengalami kerugian besar di bisnis cabai (satu hektar) karena faktor SDM petani yang menurutnya tidak memiliki tawakal, bahkan meninggalkan salat. 

"Petani profesional, pengalaman, tapi ternyata tetap aja... Pertanian, Peternakan ini yang paling penting poinnya adalah tawakal dan berbaik sangka dulu sama Allah. Ikhtiarnya yaitu tadi harus benar-benar ikhtiar."Mengambil ibrah dari kisah Rasulullah SAW di medan perang yang tetap berikhtiar dengan bertarung meskipun doanya pasti dikabulkan Bung Yadi berpegang teguh bahwa dalam bertani, ikhtiar teknis (SOP, seperti meracik nutrisi yang benar, menjaga kebersihan kandang, memilih bibit unggul) harus berjalan seiring dengan ikhtiar spiritual (Tawakal). Jika tidak, panen yang didapat akan menjadi waste (sia-sia) tanpa keberkahan, karena rugi di pertanian tidak dapat membalikkan waktu.

MINI FOOD ESTATE SEBAGAI SUMBER MANFAAT DAN KETAHANAN PANGAN

Ayodha Farm hari ini telah menjadi pusat produksi dan edukasi, memanfaatkan Digital Marketing dan branding melalui Instagram (@ayodha.farm) untuk mengenalkan konsep Mini Food Estate dan menjaga engagement dengan konsumen. Mereka juga terlibat dalam offtaker melon, membantu petani mitra di berbagai wilayah seperti Blitar, Malang, dan Ciamis, dengan syarat petani tersebut juga menerapkan ikhtiar yang benar.

Bung Yadi percaya, pensiun di pertanian adalah jalan terbaik karena menjamin kebutuhan dasar pangan yang sehat (mereka mengonsumsi hasil farm sendiri, seperti telur omega yang proteinnya diatur) untuk diri sendiri dan keluarga. Ia memastikan, meski hasil farm sendiri, ia tetap membelinya (tidak mengambil gratis) untuk menjaga kestabilan bisnis. 

Selain itu, menjadi petani modern memungkinkan dirinya membantu orang banyak dengan mempekerjakan dan menciptakan manfaat bagi masyarakat sekitar, yang merupakan poin penting kedua dari filosofi hidupnya. "Paling penting adalah gimana caranya Ayodha itu bermanfaat buat orang lain," ujarnya.Ayodha Farm membuktikan, di bawah bayang-bayang SUTET dan di tengah desakan beton kota, lahan terbatas dapat melahirkan ketahanan pangan, keberkahan, dan rezeki yang tak disangka-sangka. 

Ayodha Farm Mini Food Estate

Semuanya bermula dari seorang mantan profesional IT yang merangkai kembali hidupnya dengan memperbaiki salat dan menanam benih tawakal di setiap jengkal tanah yang ia pijak.Bagi Bung Yadi, pesannya bagi para petani dan pengusaha lain sederhana namun fundamental: "Yakinlah kalau seandainya Allah izinkan kita menanam tanaman itu dengan baik, merawatnya dengan baik, semua kita lakukan baik, ikhtiar kita baik, apa yang kita kerjakan baik, Insyaallah Allah juga akan mengizinkan tanaman itu untuk ada yang beli atau ada marketnya." Sebuah filosofi yang menggabungkan kecanggihan teknologi IT dengan ketulusan spiritual, menghasilkan panen yang berlimpah, bukan hanya secara materi, tetapi juga keberkahan.

Pernahkah Anda mengalami titik balik spiritual yang berdampak besar pada karier atau bisnis Anda? Bagaimana pendapat Anda tentang konsep Bung Yadi bahwa tawakal yang baik harus selalu sejalan dengan ikhtiar teknis (SOP) yang benar dalam bisnis?

Berikan pendapat Anda di kolom komentar !

Sumber : Ch.ytb. PecahTelur : Perbaiki Sholatmu Maka Allah Perbaiki Hidupmu: Berhasil Bangkit Dari Kebangkrutan & Hutang!

Komentar