Kisah Sukses Naratas Farm: Peternak Muda Hary Adam Raih Miliaran dari Ayam Broiler Closed House

Merajut Omzet Miliaran dari Kandang Tertutup: Kisah Adaptasi dan Ketahanan Hary Adam, Pemilik Naratas Farm

Ciamis, Indonesia – Di tengah hiruk pikuk persaingan industri peternakan, nama Hary Adam muncul sebagai representasi pengusaha muda yang sukses memanfaatkan inovasi teknologi. Berusia 36 tahun (per data transkrip), pria asal Ciamis ini adalah pemilik sekaligus penggerak utama Naratas Farm, sebuah peternakan ayam broiler (pedaging) modern yang sepenuhnya mengadopsi sistem closed house (kandang tertutup).

Peternak Ayam Broiler Hary Adam

Perjalanan Hary Adam, yang akrab disapa Kang Adam, bukan sekadar tentang angka. Dimulai dari skala kecil 2.000 ekor, kini Naratas Farm telah berkembang pesat hingga mampu menampung 400.000 ekor ayam broiler per periode. Angka yang mengiringi kesuksesan ini pun fantastis: omzet bulanan mencapai sekitar 8 miliar rupiah. Namun, di balik capaian yang memukau ini, terdapat kisah ketahanan, adaptasi, dan keberanian mengambil risiko yang patut menjadi inspirasi. Kisah ini telah doceritakan dalam saluran youtube Naik Kelas : Dari Populasi 2.000 Jadi 400.000 Ekor ! Kini Omzet nya 8 MILIAR perbulan !!!

Generasi Kedua dan Lompatan ke Era Closed House

Kang Adam, lahir di Ciamis pada 5 Oktober 1989, tidak memulai dari nol buta. Ia adalah generasi kedua dalam bisnis peternakan. Orang tuanya telah lebih dulu berkecimpung di budidaya ayam.

“Sebetulnya saya generasi kedua karena orang tua juga sudah mulai berbudidaya dari dulu,” kenang Kang Adam. Namun, ia menyadari bahwa cara berbudidaya harus berevolusi. Di tengah tuntutan genetik ayam broiler yang semakin efisien dalam pakan dan menuntut pertumbuhan cepat, metode tradisional yang sangat bergantung pada faktor cuaca luar menjadi tidak relevan.

Lompatan besar terjadi pada tahun 2015. Saat pertama kali terjun ke bisnis ini, ia masih menggunakan kandang tradisional dengan populasi 2.000 ekor, yang secara performa diakuinya kurang memuaskan.
“Di 2015 akhir itu kita beralih ke kandang closed house sampai sekarang sudah mau 8 tahun, lumayan lama.”

Mengapa Closed House?

Sistem closed house bukan sekadar tren, melainkan sebuah kewajiban dalam budidaya modern. Keunggulan utamanya adalah kemampuan untuk mengatur kondisi di dalam kandang, mulai dari suhu, kelembaban, hingga kecepatan angin. Kontrol lingkungan ini sangat krusial untuk mengimbangi potensi pertumbuhan (growth) ayam broiler yang telah didorong secara genetik.

“Keuntungan closed house itu bahwa kita bisa istilahnya seolah-olah mengatur kondisi yang ada di dalam kandang... yang memang betul-betul ayam sekarang itu secara genetik sudah di-push secara genetik untuk bisa potensi growth-nya cepat,” jelas Kang Adam.

Inovasi ini membawa konsekuensi investasi yang tidak sedikit. Investasi untuk satu ekor ayam di kandang modern bisa mencapai Rp100.000 per ekor. Dengan rata-rata satu kandang menampung 46.000 ekor, investasi untuk satu kandang saja berkisar 4,6 miliar rupiah.

“Ya Kita juga harus berkorbanlah kalau kita maksudnya bisa berwirausaha atau mau mendapatkan hasil yang bagus. Nah, itu investasi juga menjadi salah satu pengorbanan untuk berbudidaya ayam modern ini.”

Kang Adam membuktikan bahwa prinsip closed house bukan hanya untuk skala raksasa.

"Kandang closed house itu kan sebetulnya hanya masalah prinsip bukan masalah kuantitas. Bahwa kandang closed house harus kuantitas besar 40.000, 50.000, atau 20.000. 2.000 ekor, 3.000 ekor juga sebetulnya bisa menjadi kandang closed house tergantung prinsip-prinsipnya aja yang harus kita penuhi."

Merangkak dari 2.000 Menuju 400.000 Ekor

Meskipun lahir dari keluarga peternak dengan populasi jutaan ekor, Kang Adam memilih untuk merintisnya secara mandiri dan bertahap. “Saya budidaya ayam juga pertama itu dari 2.000 ekor. Meskipun orang tua sudah budidaya jutaan ekor, tapi saya mulai berbudidaya itu yang betul-betul saya jalani,” katanya.

Ia memulai dengan skala yang sangat kecil. Ia membeli pakan dan anak ayam dari orang tuanya, seolah-olah ia adalah pihak luar yang memulai bisnis. Skala 2.000 ekor itu menjadi fondasi yang ia bangun sendiri.

Peternak Ayam Broiler Hary Adam

Seiring berjalannya waktu dan performa budidaya yang membaik, populasi ayam yang ia kelola terus berkembang. Saat ini, populasi ayam yang ia handle mencapai 400.000 ekor.

“Tapi maksudnya nilai itu kan besar dan kecil juga relatif lah. 400.000 menurut saya besar, tapi mungkin menurut pengusaha-pengusaha yang lain sangat sedikit. Intinya sih bukan masalah kuantitas ya, tapi bagaimana kita bisa menjalani dengan betul-betul baik, betul-betul bisa bermanfaatlah.”

Menanggapi Privilege

Kang Adam tidak menampik adanya privilege sebagai anak peternak besar, namun ia menekankan bahwa privilege hanyalah peluang, bukan jaminan kesuksesan.

“Memang privilege menjadi suatu keuntungan gitu, tapi bukan serta-merta menjadi tolak ukur bahwa dengan privilege akan selalu sukses karena banyak juga yang memiliki privilege tapi tidak memanfaatkannya dengan baik juga tidak akan jadi apa-apa,” tegasnya.

Inti dari kesuksesan, menurut Kang Adam, adalah kepercayaan (trust). "Kalau saya tidak punya privilege atau apapun, tapi orang-orang pada percaya kepada saya, misalkan, itu akan menjadi salah satu faktor kesuksesan."

Badai Kerugian dan Seni Beradaptasi

Perjalanan bisnis Kang Adam tidak lurus. Ia pernah dihadapkan pada kerugian besar yang menguji ketahanan mental dan materialnya.“Kita pernah mengalami kerugian secara material itu satu kandang mengalami kerugian 800 juta. Dan kita beberapa periode itu mengalami kerugian sekitar 5,7 miliar dalam sekitar tiga periode.”

Kerugian sebesar itu adalah pukulan telak, tetapi menjadi titik balik yang memaksa Kang Adam untuk merevisi total pola bisnis Naratas Farm. Ia menyadari bahwa di luar masalah teknis (yang relatif lebih mudah diperbaiki karena berada dalam kendalinya), ada faktor-faktor luar yang tidak bisa dilawan—seperti harga pasar dan supply-demand.

“Kita harus mengikuti arus seperti apa... Mau tidak mau kita rubah pola bisnis karena tidak ada idealisme dalam hal pola bisnis itu,” ujarnya, menekankan pentingnya pragmatisme dalam menghadapi kenyataan pasar.

Pelajaran dari Kegagalan

Reaksi pertama setelah kerugian besar tentu adalah kekecewaan. Namun, Kang Adam memilih untuk tidak berlarut-larut."Kita harus betul-betul berintrospeksi diri. Kenapa kita bisa rugi? Kan bukan salah siapa-siapa, salah kita kenapa kita berpola bisnis seperti itu waktu itu. Dan semua kejadian juga kita menitikberatkan bahwa kita yang memiliki kesalahan."

Solusi yang paling mudah dan aman, menurutnya, adalah berkolaborasi. Peternak mandiri harus memiliki kemampuan Hit and Run (masuk saat harga bagus, keluar saat harga jelek), yang sangat sulit diprediksi. Oleh karena itu, Naratas Farm memilih untuk berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan besar yang sudah eksis, saat ini bekerja sama dengan perusahaan Java Comfeed. Pola bisnis ini juga diimbangi dengan penjualan langsung ke pasar tradisional (secara mandiri), sebuah strategi yang menunjukkan fleksibilitas.

Faktor yang membuat Naratas Farm bisa bertahan hingga kini adalah kemampuan untuk beradaptasi secara terus-menerus. Adaptasi ini mencakup dua hal:

  • Adaptasi Teknis: Meng-update kandang, peralatan, dan teknologi sesuai perkembangan terbaru.
  • Adaptasi Pola Bisnis: Berubah-ubah antara menjual secara mandiri dan bermitra dengan perusahaan besar untuk menjaga kestabilan.

“Dari 2015 sampai 2023 kita juga selalu berubah pola bisnis kita dalam hal berbudidaya,” katanya.

Omzet 8 Miliar dan Makna Pencapaian

Dengan populasi 400.000 ekor dan manajemen budidaya yang solid, Kang Adam kini mengelola omzet yang mencapai 8 miliar rupiah per bulan. “Omset kalau secara nilai itu sekitar 8 miliar per bulan yang saya pribadi handle,” katanya dengan nada rendah hati.

Namun, seperti yang sering ia tekankan, nilai materiil bukanlah satu-satunya tolok ukur. “Secara nilai itu besar dan kecil itu bukan menjadi tolak ukur... kita bisa omset bulan ini 8 miliar terus kita bisa mempertahankan omset tidak turun juga sudah sangat luar biasa.”

Pencapaian Non-Materiil yang Bernilai

Bagi Kang Adam, pencapaian yang paling bernilai justru terletak pada hal-hal non-materiil: kontribusi dan inspirasi. “Justru pencapaian yang sangat luar biasa itu bukan di masalah materi yang didapatkan, tapi bahwa kita bisa berkontribusi, apa yang kita lakukan bisa memotivasi orang-orang, bisa mengajak orang-orang merubah pola pikir mindset bahwa kita itu harus betul-betul beradaptasi,” ujarnya penuh makna.

Peternak Ayam Broiler Hary Adam

Indikator pencapaian ini terwujud dalam:

  • Menjadi narasumber di berbagai acara.
  • Menjadi role model dalam budidaya ayam modern.

Naratas Farm secara berkelanjutan menerima program vokasi dari sekolah-sekolah kejuruan (SMK Peternakan) dan menjalin kerja sama dengan institusi pendidikan ternama seperti Unpad dan IPB.
"Nah, itu kan menjadi salah satu indikator bahwa kita itu bisa dalam hal berbudidaya gitu. Itulah pencapaian yang paling bernilailah buat keluarga kita."

Diversifikasi dan Tips untuk Eksistensi Jangka Panjang

Melihat fase industri broiler saat ini yang disebutnya sedang stagnan bukan lagi di tahap growth melainkan tahap persaingan mempertahankan performa Kang Adam mengambil langkah diversifikasi. Ia kini membuka bisnis baru di bidang makanan olahan ayam, yaitu ayam fried chicken.

Ia melihat peluang di bisnis makanan cepat saji ini sangat besar. “Sekarang itu dari 270 juta jiwa yang bisa makan fried chicken kan sangat banyak ya... kelihatannya dari anak kecil SD, TK sampai sudah tua juga kelihatannya masih bisa menikmati,” alasannya.

Saat ini, total karyawan yang ia kelola, termasuk di bisnis broiler (sekitar 80 orang) dan bisnis lainnya, mencapai 250 karyawan.

Tips Budidaya dan Berwirausaha

Kang Adam menutup ceritanya dengan memberikan tips berharga bagi yang ingin memulai dan yang sudah eksis:

1. Tips Berbudidaya (Wajib Paham A sampai Z)

  • Pahami Genetik Ayam: Kenali jenis ras, potensi growth, dan kebutuhan lingkungannya.
  • Pahami Pakan: Ketahui komposisi, protein, dan jadwal pemberian pakan (umur berapa beralih dari prestarter ke starter, dll).
  • Pahami Lingkungan: Budidaya di dataran rendah dan tinggi sangat berbeda. Jangan menggunakan prinsip 'ikut-ikutan' atau 'kata orang'.
  • Adaptif: Tips hari ini mungkin hanya berlaku 2-3 bulan ke depan. Selalu update ilmu dan teknologi.

2. Tips untuk Pemula (Jangan Terlalu Banyak Berpikir)

  • Jika sudah ada niatan berwirausaha, segeralah memulai.
  • Fokus pada Output Positif: Jangan terlalu memikirkan hal negatif (rugi, tidak laku) di awal.
  • Hasil Non-Linier: Dengan berusaha, hasil yang didapat bisa non-linier ("satu ditambah satu jadi 10 atau jadi 100"), bukan sekadar dua.

3. Tips untuk yang Sudah Eksis (Jangan Terlena)

Berpikir Dinamis: Jangan merasa bisnis akan baik-baik saja terus. "Tidak akan mungkin terus-terusan jadi jagoan kalau enggak terus berlatih."

  • Tinggalkan Pengalaman Lama: Pengalaman 5 tahun ke belakang sudah tidak bisa dijadikan tolak ukur tunggal untuk mengambil keputusan saat ini.
  • Ambil Keputusan Berbasis Data: Pengambilan keputusan harus berdasarkan data dan realitas di lapangan, bukan terhadap masa lalu.
  • Kunci Sukses: Adaptasi Cepat

Kunci utama dalam menjalankan bisnis, khususnya peternakan di era yang serba cepat ini, adalah fokus, mitigasi risiko, dan adaptasi.

“Semakin banyak kita tahu tentang bisnis kita, akan semakin kecil risiko... Pergerakan perkembangan bisnis itu sekarang sudah sangat cepat. Kalau tahun-tahun 90-an mungkin perkembangan pola bisnis itu bisa berubah 5 tahun 10 tahun sekali, tapi sekarang mungkin bisa setahun sekali juga pola bisnisnya bisa berubah.”

Peternak Ayam Broiler Hary Adam

Hary Adam, pemilik Naratas Farm, telah membuktikan bahwa dengan cepat beradaptasi terhadap teknologi (closed house) dan pola bisnis, sebuah usaha peternakan modern di Ciamis mampu tumbuh dari 2.000 ekor menjadi 400.000 ekor, mencetak omzet miliaran, dan memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan dan masyarakat. Sebuah kisah sukses tentang bagaimana adaptasi adalah mata uang terpenting dalam bisnis yang dinamis.

Adaptasi adalah Mata Uang, Bukan Sekadar Pilihan

Kisah Hary Adam dan Naratas Farm adalah sebuah manifesto modernisasi. Ia mengajarkan bahwa dalam dunia bisnis yang serba cepat, terutama di sektor agribisnis, adaptasi bukanlah pilihan, melainkan syarat mutlak untuk bertahan hidup. Dari kerugian material miliaran rupiah, Kang Adam tidak menyerah pada idealisme bisnis lama. Ia memilih untuk berintrospeksi, merangkul teknologi closed house, dan secara konsisten mengubah pola bisnisnya, bermitra untuk stabilitas dan berinovasi untuk pertumbuhan.

Omzet 8 miliar rupiah per bulan yang ia kelola adalah cerminan dari keberaniannya berinvestasi besar pada sistem modern dan komitmennya pada manajemen yang berbasis data dan adaptif, meninggalkan nostalgia "pengalaman masa lalu." Lebih dari itu, peran Naratas Farm sebagai laboratorium vokasi bagi mahasiswa dan siswa SMK membuktikan bahwa kesuksesan sejati diukur dari seberapa besar manfaat yang bisa disumbangkan kepada lingkungan dan generasi penerus.

Kang Adam, pemilik Naratas Farm, telah membuktikan bahwa privilege hanyalah peluang, sementara ketekunan untuk belajar, beradaptasi, dan berkolaborasi adalah kunci untuk mengubah peluang tersebut menjadi sebuah imperium yang kokoh.

Kisah Kang Adam ini bukan hanya inspirasi bagi para peternak, tetapi juga bagi semua wirausahawan yang sedang berjuang dalam fase stagnan bisnis mereka.

Peternak Ayam Broiler Hary Adam

Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda masih mengandalkan cara-cara lama yang sudah tidak relevan dengan tuntutan pasar saat ini? Sudahkah Anda berani mengambil lompatan investasi untuk mengadopsi teknologi baru yang menjamin performa, seperti yang dilakukan Naratas Farm dengan sistem closed house?

Kami mengundang Anda untuk merenungkan beberapa hal dari perjalanan Hary Adam ini:

  1. Tantangan Adaptasi: Apa tantangan terbesar yang membuat Anda ragu atau menunda adaptasi teknologi atau perubahan pola bisnis di sektor Anda, dan langkah kecil apa yang bisa Anda ambil untuk memulai adaptasi hari ini?
  2. Definisi Kerugian: Jika Anda mengalami kerugian besar, apakah Anda akan menyalahkan keadaan (faktor eksternal) atau melakukan introspeksi mendalam terhadap pola bisnis (faktor internal) Anda, seperti yang dilakukan Kang Adam?
  3. Makna Sukses Non-Materiil: Selain omzet atau keuntungan, apa tolok ukur kesuksesan non-materiil (kontribusi, inspirasi, pendidikan) yang paling berharga bagi Anda dan bagaimana Anda mengukurnya?
Berikan jawaban anda di kolom komentar, terima kasih.

Sumber : Ch.ytb. Naik Kelas 
Dari Populasi 2.000 Jadi 400.000 Ekor ! Kini Omzet nya 8 MILIAR perbulan !!!

Komentar