Prajurit Inovatif I Inspirasi Wajib TNI dan Kisah Sukses Bisnis Omah Degan Dejingga

Serka Saifudin Mega Untoro

Lebih dari sekadar menjalankan tugas negara sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), Sersan Kepala (Serka) Saifudin Mega Untoro, atau akrab disapa Mega Untoro, menemukan panggilan yang lebih dalam: menjadi manfaat nyata bagi rakyat di sekelilingnya. Panggilan itu, ia tegaskan, berakar kuat pada nilai-nilai yang terkandung dalam doktrin militer, khususnya di poin kedelapan dari "Wajib TNI": "menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya."

Menerjemahkan Wajib TNI Menjadi Aksi Nyata

Bagi Serka Mega Untoro, doktrin tersebut bukanlah sekadar baris kalimat tanpa makna. Ia adalah kompas moral dan motivasi utama yang mendorongnya untuk berbuat lebih di luar tugas dinasnya sebagai anggota Satuan Pertahanan Pangkalan (Sathan Hanlan) Lanut Adi Sumarmo. Di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda, Mega Untoro melihat peluang untuk memanfaatkan potensi alam yang melimpah dan belum tergarap maksimal: kelapa muda.

"Dari poin itu, saya harus bermanfaat bagi sekeliling saya. Apa potensi apa yang harus bisa saya kembangkan?" ungkapnya, menyadari bahwa di saat banyak orang kesulitan mencari nafkah, menciptakan lapangan kerja adalah salah satu bentuk nyata dari "mengatasi kesulitan rakyat."

Dari kesadaran itulah lahir Omah Degan Dejingga, sebuah usaha rintisan yang berfokus pada pengembangan dan inovasi produk kelapa muda yang berlokasi di Grogol, Grajek, Tawangsari, Sukoharjo.


Serka Saifudin Mega Untoro

Bangkit dari Keterpurukan Menuju Ribuan Butir Sehari

Jalan yang ditempuh Omah Degan Dejingga tidak selalu mulus. Mega Untoro, yang sehari-hari disibukkan dengan dinas militer, awalnya hanya berharap bisa menjual 20 hingga 50 butir kelapa per hari. Namun, perkembangan bisnis ini luar biasa.

"Berjalan dengan waktu, gangguan, tantangan, rintangan... saya mohon maaf tidak sedikit untuk kerugiannya," kenangnya. Ia sempat mengalami masa sulit, termasuk dikhianati oleh karyawannya sendiri dan harus menanggung kerugian besar dari investor yang mundur. Rumah produksi kecil-kecilan yang sudah dibangun memerlukan pengorbanan yang tak sedikit.

Namun, semangat seorang prajurit tak mudah padam. "Dari situ saya enggak gentar, saya harus bangkit. Investor-investor yang datang ke saya ya harus saya ganti. Saya harus jual aset, enggak ada masalah bagi saya," tegasnya, menunjukkan mental pantang menyerah.

Berkat ketekunan dan kerja keras, yang kini sepenuhnya dipercayakan kepada kakak kandungnya untuk dikelola, Omah Degan Dejingga berhasil bangkit. Yang tadinya hanya menargetkan puluhan butir, kini mampu memproduksi minimal 500 butir kelapa per hari. Angka ini bahkan melonjak hingga 1.000 butir saat akhir pekan (weekend), melayani permintaan dari berbagai pihak mulai dari yang sudah dikemas hingga penjualan butiran mentah.

Inovasi Kelapa: Dari Produk Biasa Menjadi Nilai Jual Luar Biasa

Serka Mega Untoro, yang kebetulan memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan magister di bidang Manajemen, menerapkan ilmu yang ia miliki, khususnya dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemasaran, untuk mengupas tuntas potensi kelapa.

Dalam sebuah wawancara di channel YouTube Capcapung, Serka Mega Untoro menegaskan ambisinya untuk menjadikan kelapa sebagai sumber penghidupan bernilai ekonomi tinggi, menciptakan lapangan kerja di tengah maraknya PHK.

Kelapa Segar Terkemas: Kelapa muda yang sudah dikupas, dibersihkan, di-wrapping, dan didinginkan. Produk ini didistribusikan ke lebih dari 80 tempat di Solo Raya, meliputi hotel, restoran, dan tempat wisata. Menariknya, Omah Degan Dejingga bahkan melayani permintaan branding khusus bagi pelanggan korporat, seperti Bebek Pak Nut, WS Steak, Hotel Sunan, dan Nata Hati.

Kelapa Jeli (Coconut Jelly): Kelapa yang diolah menjadi jeli, yang di pasaran bisa dijual seharga Rp20.000 hingga Rp25.000, padahal modalnya relatif kecil.

Kopi Degan (Coconut Coffee): Mega Untoro mengklaim telah melakukan uji coba (trial) tentang kopi kelapa ini sejak lima tahun lalu, namun dengan cara yang lebih otentik, yaitu langsung dari buah kelapanya, bukan hanya airnya.

Inovasi Kuliner: Berbagai varian unik lain seperti Sopegan Buah-buahan dengan topping es krim, Es Teleran Rempah Degan, bahkan Soto Degan.

"Kita bisa olah seperti ini, kita ke hotel, ke resto itu bisa harganya luar biasa. Mereka jual Rp15.000, Rp20.000, belum yang kelapa jeli," jelasnya, menyoroti peningkatan nilai jual yang fantastis.

Serka Saifudin Mega Untoro

Ekosistem Kelapa: Memaksimalkan Hingga Sampah

Filosofi kelapa, yang seluruh bagiannya bermanfaat dari ujung hingga pangkal, dipegang teguh oleh Mega Untoro. Omah Degan Dejingga tidak hanya fokus pada buahnya, tetapi juga pada limbahnya.

"Semua enggak ada yang mati," katanya. Kelapa yang terlalu muda (cengkir) diolah menjadi kelapa jeli. Kelapa yang agak tua digunakan untuk topping. Bahkan kelapa yang sudah tua bisa diolah menjadi Keripik Degan.

Inisiatif terbesarnya saat ini adalah mengolah sampah kelapa termasuk serabut dan tempurung yang menumpuk di belakang rumah produksi menjadi produk bernilai ekonomis lainnya:

  • Cocopit: Serabut kelapa digiling menjadi cocopit.
  • Media Tanam: Cocopit ini kemudian dikombinasikan dengan kotoran hewan (kohe) seperti kotoran kambing atau sapi untuk dijadikan media tanam yang siap pakai.

Dengan konsep ini, Serka Mega Untoro benar-benar mewujudkan zero waste dalam usahanya sekaligus menambah potensi pemasukan dari limbah.

Membuka Peluang Usaha dan Kemitraan: Wujud Nyata Pengabdian

Prinsip "Wajib TNI" untuk mengatasi kesulitan rakyat direalisasikan secara konkret melalui program kemitraan dan edukasi. Mega Untoro menyadari bahwa ia tidak bisa bekerja sendirian. Tujuan utamanya bukan untuk memperkaya diri, melainkan untuk bermanfaat bagi orang lain.

Melalui edukasi di media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram, dan TikTok, ia mengajak anak-anak muda dan masyarakat umum untuk berkolaborasi dan bermitra.

"Tujuannya saya bukan untuk memanfaatkan, tetapi bisa bermanfaat bagi orang lain," tegasnya.

Bagi siapa saja yang ingin memulai usaha kelapa tetapi tidak memiliki modal, Omah Degan Dejingga siap mendukung. Mereka menawarkan:

  • Edukasi dan Pelatihan: Mulai dari cara pengolahan, resep, hingga finishing produk.
  • Dukungan Produksi: Bimbingan untuk membangun rumah produksi di luar wilayah Solo Raya.
  • Akses Supplier: Bantuan untuk mencarikan supplier bahan baku terdekat.

Kemitraan ini menjadi jembatan bagi masyarakat yang terdampak PHK atau anak muda yang ingin berwirausaha, mengubah kelapa biasa menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan.

Serka Saifudin Mega Untoro

Motivasi Seorang Prajurit: Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi

Di penghujung ceritanya, Serka Mega Untoro menyampaikan motivasi yang menjadi pijakan hidupnya: "Tidak ada seorang pun yang miskin lantaran memberi, memberi ilmu, memberi wawasan." Pesan ini ditujukan khususnya bagi generasi muda: kunci untuk maju adalah melangkah (beraksi).

"Karena kalau kita tidak maju, kalau mau maju tidak melangkah, berarti kita stagnan. Tapi kalau kita melangkah itu ada dua kemungkinan, berhasil atau gagal. Kalau gagal kita akan bangkit kembali. Tapi kalau berhasil kita akan berinovasi," paparnya.

Serka Mega Untoro menutup pesannya dengan kalimat pamungkas yang menyimpulkan seluruh perjuangannya, baik di medan tugas maupun di medan bisnis:

"Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi. Jadi kita harus action."

Kisah Omah Degan Dejingga bukan sekadar cerita sukses bisnis, tetapi sebuah teladan bagaimana nilai-nilai luhur militer dapat diintegrasikan dengan semangat kewirausahaan untuk menciptakan dampak sosial yang positif, sesuai dengan amanat di sendi kedelapan "Wajib TNI": menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.

Sumber Ch.Ytb. CAPCAPUNG : TENTARA INI BERHASIL JADI PELOPOR USAHA OLAHAN KELAPA MUDA JUAL RATUSAN BUTIR TIAP HARI

Posting Komentar

0 Komentar