Kisah Nur Trianto, peternak sapi sukses asal Desa Ngaglik, Srengat, Blitar, adalah cerminan bahwa kesuksesan sejati tak hanya diukur dari materi, melainkan juga dari ketekunan, kecerdasan spiritual, dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh. Dalam sebuah monolog yang mengalir penuh inspirasi, Nur membagikan perjalanannya, dari seorang anak muda dengan modal pinjaman hingga menjadi pengusaha peternakan yang memiliki ratusan ekor sapi.
Awal Mula dan Filosofi "Keberkahan"
Nur memulai ceritanya dengan mengaitkan keberkahan usahanya dengan pernikahan. Ia percaya bahwa rezeki yang didapatnya, terutama dari peternakan sapi, adalah berkah dari istri yang salihah. Hal ini mengingatkannya pada Surat Al-Baqarah dalam Al-Qur'an, di mana ia menafsirkan arti dari surat tersebut sebagai anjuran untuk bertakwa (salat) dan berbagi (infak). Baginya, "berbagi" adalah kunci kebahagiaan sejati yang nilainya tak bisa diukur. Ia menyebut usaha yang diiringi dengan kegiatan sosial sebagai "usaha yang tidak akan bangkrut."
Filosofi ini juga meluas pada hubungan dengan orang tua. Nur menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua. Ia mengibaratkan kebaikan orang tua kepada anak seperti kelapa utuh (kelopo kambil) sementara kebaikan anak hanya sebutir kecil (upo). Perbedaan ini begitu jauh sehingga seorang anak harus selalu rida, meski orang tua berkata atau berbuat sesuatu yang mungkin tidak menyenangkan. Ia juga berbagi pemahaman spiritualnya tentang kewajiban seorang anak laki-laki saat orang tua meninggal, seperti menggali kubur, mengimami salat jenazah, dan terus mendoakan mereka.
Perjalanan Usaha: dari Rp150 Ribu Hingga Ratusan Ekor Sapi
Pada tahun 1993, saat masih SMP, Nur memulai usahanya dengan modal nekat. Ia meminjam uang sebesar Rp1.5 juta dari bank BRI, yang jika disesuaikan dengan nilai sekarang, setara dengan Rp15 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli dua ekor sapi putih Brenggolo. Perjalanannya mengangsur pinjaman dari Srengat ke bank di Blitar dengan sepeda pancal adalah bukti dari kegigihan dan ketekunan.
Keuntungan pertamanya dari menjual sapi pertamanya hanya Rp150 ribu, yang dibagi dua menjadi Rp75 ribu. Meski terkesan kecil, keuntungan ini menjadi penyemangat. Ia tak pernah menyerah dan terus berputar, mencari sapi untuk dijual kembali. Ia mengakuinya sebagai pengalaman yang mengajarinya untuk tidak malu.
Kecerdasan Spiritual sebagai Kunci Sukses
Nur menyoroti tiga jenis kecerdasan yang menentukan kesuksesan seseorang:
- Kecerdasan Intelektual (IQ): Hanya berkontribusi 20% pada kesuksesan.
- Kecerdasan Emosional (EQ): Berkontribusi 50% pada kesuksesan.
- Kecerdasan Spiritual (SQ) / Kecerdasan Empati: Berkontribusi 100% pada kesuksesan dunia dan akhirat.
Menurutnya, orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi pasti akan sukses karena mereka mampu mengombinasikan ketiga kecerdasan tersebut. Ia juga menekankan bahwa modal bukanlah segalanya, melainkan keyakinan, kesungguhan, dan kemantapan hati.
Nur juga berbagi pengalaman pahitnya saat sapinya mandul (majer) akibat kesalahan dalam meracik pakan. Namun, kegagalan ini ia jadikan pelajaran berharga. Ia belajar dari kesalahan dan terus berinovasi, meramu pakannya sendiri dengan berbagai bahan seperti polar, bungkil kedelai, bungkil sawit, dan kulit kopi. Ia bahkan tak ragu belajar dari orang-orang yang sudah sukses, seperti seorang dokter hewan, karena baginya, guru sejati adalah orang-orang yang mampu memberikan petuah dan ilmu. Ia mengutip pepatah dari ayahnya, "Jika kamu duduk bersama orang pintar, perhatikan dan resapilah ilmunya, lalu amalkanlah."
Pernikahan, Keberuntungan, dan Doa Orang Tua
Setelah menikah, Nur merasa usahanya berkembang pesat secara signifikan. Ia percaya bahwa rezeki seseorang tidak bisa dilepaskan dari empat hal:
- Doa orang tua.
- Doa istri yang salihah.
- Doa anak-anak yang saleh dan salihah.
- Doa teman-teman dan saudara terdekat.
Baginya, istri adalah pembawa keberuntungan (hoki). Ia bahkan berani menyebut bahwa pemilihan jodoh adalah salah satu dari dua hal utama yang menentukan kesuksesan seseorang, selain pemilihan pekerjaan. Ia mengakui perjuangannya mendapatkan sang istri, yang sempat menolaknya tiga kali, namun dengan ketekunan, ia berhasil meluluhkan hati calon istrinya, yang saat itu bekerja di bank BCA
Melawan PMK dengan Optimisme dan Kesabaran
Saat wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) melanda, banyak peternak yang pesimis. Namun, Nur tetap optimis. Ia percaya bahwa ketakutan sebelum bertindak adalah mentalitas orang miskin, yang selalu memiliki banyak alasan. Ia tidak lantas menjual sapinya, melainkan mengobatinya dengan cara sederhana: air hangat dan garam. Ia mengklaim bahwa cara ini efektif untuk menurunkan demam dan mengembalikan nafsu makan sapi. Kesabaran menjadi kunci utama dalam menghadapi penyakit ini.
Tiga Kunci Sukses Beternak
Nur membagikan tiga kunci utama dalam beternak sapi yang sukses:
- Pemilihan Bibit: Menentukan 60-70% kesuksesan. Pilihlah sapi dengan pertumbuhan bagus, bulu halus, kaki kokoh, dan postur panjang.
- Manajemen Pakan: Pakan harus disesuaikan dengan tujuan, misalnya untuk penggemukan harus fokus pada karbohidrat.
- Kesehatan: Penting untuk memberikan obat cacing secara rutin untuk membunuh parasit.
Kesimpulan: Ilmu yang Terlihat Mudah
Nur Trianto menutup kisahnya dengan pesan mendalam. Ia menegaskan kembali bahwa usaha yang tidak akan bangkrut adalah yang dilandasi oleh ibadah vertikal (hablumminallah) dan ibadah horizontal (hablumminannas), yang ia sebut sebagai metafisika. Ia mengutip sosok Gus Idam sebagai contoh nyata dari keberhasilan yang melampaui logika, karena ia mengamalkan kedua ibadah tersebut secara seimbang.
Puncak dari semua filosofi hidupnya adalah doa orang tua yang tulus. Ia percaya bahwa doa dari hati yang bersih dan riyadhah yang konsisten, seperti puasa Senin-Kamis yang dilakukan ibunya, adalah modal utama yang membuat seseorang berhasil. "Jangan kamu sepelekan orang-orang sukses itu, karena mereka pasti dibersihkan hatinya oleh doa orang tuanya," pungkasnya. Kisah Nur Trianto adalah bukti nyata bahwa kesuksesan bukan hanya soal uang, tetapi tentang perjalanan hidup, keyakinan, dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh.
Apakah Anda tertarik untuk mendalami salah satu poin dari cerita Nur Trianto ini?
Sumber Ch.Ytb : PECAH TELUR : Sukses Ternak Sapi Dari 2 Ekor Jadi 350 Ekor Tanpa Ngarit - Handoyo Farm Blitar
0 Komentar