Winarto, seorang peternak domba sukses dari Desa Senden, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, membuktikan bahwa keyakinan dan kerja keras adalah kunci meraih kesuksesan. Berawal dari profesi kernet truk dan berbagai kegagalan usaha, ia kini menjadi peternak domba yang mandiri dan menginspirasi. Dengan berbekal keyakinan pada rezeki dari Tuhan, Winarto membangun Winata Farm yang telah beroperasi selama 10 tahun.
Awal Perjalanan dan Ujian
Sebelum sukses di dunia peternakan, Winarto menjalani berbagai profesi. Ia pernah menjadi kernet truk dan mencoba peruntungan di berbagai usaha, seperti berjualan brambang (bawang merah), es degan (es kelapa muda), hingga kelapa. Namun, tak semua usahanya berjalan mulus. Berjualan kelapa, misalnya, sempat menjadi tumpuan utamanya, bahkan mendatangkan kelapa dari berbagai daerah seperti Sumbawa, Bali, Banyuwangi, hingga Lampung. Namun, persaingan yang semakin ketat membuat usahanya perlahan meredup.
Kegagalan-kegagalan tersebut tidak membuatnya menyerah. Justru, ia mengambil hikmah dan pelajaran berharga. Ia menyadari bahwa setiap usaha harus dijalani dengan semangat dan rasa senang ❤️. Baginya, pekerjaan apa pun akan terasa ringan jika dilakukan dengan hati gembira. Filosofi inilah yang kemudian membawanya menemukan passion di dunia peternakan.
Memulai dari Kambing dan Berpindah ke Domba
Perjalanan Winata Farm dimulai dengan beternak kambing di belakang rumah. Berawal dari 1-2 ekor, populasinya terus bertambah hingga 20 ekor. Ia melihat peluang besar pada momen-momen hari raya kurban. Dari modal penjualan kambing, ia mulai merambah ke dunia sapi. Ia bahkan sempat menjadi perantara (calo) antara petani dan bos-bos sapi. Namun, keterbatasan lahan di belakang rumah membuatnya lebih fokus pada jual beli sapi daripada memeliharanya.
Seiring berjalannya waktu, Winarto menyadari bahwa domba memiliki keunggulan tersendiri dibanding kambing dan sapi, terutama dari segi perawatan dan pakan. Menurutnya, domba lebih mudah dirawat karena pakannya bisa berupa rumput atau rambanan, berbeda dengan kambing yang lebih mengandalkan rambanan. Selain itu, pakan untuk dua ekor sapi bisa menghabiskan satu "gledekan" (sebutan lokal untuk gerobak pakan), sementara satu gledekan pakan untuk domba bisa mengenyangkan hingga 50 ekor. Hal ini membuat biaya pakan domba lebih efisien.
Keberanian dan Investasi Jangka Panjang
Bagi Winarto, investasi pada pejantan berkualitas sangatlah penting, meskipun harganya mahal. Ia mencontohkan pejantan jenis Full Blood yang harganya bisa mencapai Rp30 juta. Menurutnya, harga tersebut akan sebanding jika peternak memiliki indukan minimal 30 ekor, atau lebih baik lagi 50 ekor. Satu pejantan berkualitas bisa mengawini hingga 80 ekor betina dalam setahun, sehingga proses perbaikan genetik dan peningkatan populasi bisa berjalan lebih cepat.
Namun, bukan berarti perjalanan beternak tanpa tantangan. Winarto menceritakan pengalaman pahit saat seluruh dombanya terkena virus mencret secara bersamaan. Ia harus berjuang setiap hari merawat domba-dombanya, dan sayangnya, beberapa ekor tidak terselamatkan. Meskipun begitu, ia tetap optimis. Menurutnya, tantangan dan penyakit adalah bagian dari risiko yang harus dihadapi. Ia menggunakan pengalamannya untuk terus belajar, bahkan menggunakan obat-obatan manusia seperti Antangin untuk mengatasi kembung pada domba.
Dari Hobi Menjadi Lahan Rezeki
Winarto menekankan bahwa motivasi utama dalam beternak sebaiknya dimulai dari hobi dan rasa senang, bukan semata-mata bisnis. Jika berangkat dengan niat bisnis saja, peternak akan mudah merasa lelah dan menyerah saat menghadapi kesulitan. Namun, jika dilandasi rasa senang, melihat ternak yang sehat dan bagus akan menjadi hiburan tersendiri 😍. Ia bahkan mengaku bisa menghabiskan waktu setiap hari di kandang sambil ngopi, menikmati hasil dari kerja kerasnya.
Membangun Masa Depan dan Warisan
Winarto tidak hanya membangun kekayaan untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Ia melibatkan anak-anaknya dalam mengelola peternakan, mengajarkan mereka tentang kerja keras dan hasil yang adil. Anaknya yang sulung, berkat celengan dari hasil jual beli domba, bahkan sudah bisa membeli rumah. Ini menunjukkan bahwa peternakan bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga investasi masa depan yang menjanjikan. Ia percaya bahwa hasil dari ternak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan lebih. Berkat ketekunan dan kesabarannya, ia mampu membeli mobil, tanah, dan perumahan dari hasil beternak.
Tips untuk Peternak Pemula
Bagi pemula yang ingin memulai peternakan domba, Winarto memberikan beberapa saran praktis:
- Bangun kandang yang layak: Ia merekomendasikan kandang panggung yang terbukti lebih tahan terhadap penyakit dan kotoran lebih mudah dibersihkan.
- Siapkan pakan: Peternak bisa membuat bank pakan sendiri dengan menanam pakcong atau odot, atau membeli bahan pakan kering seperti konsentrat untuk dicampur sendiri.
- Pilih bibit yang tepat: Pemula dapat memulai dengan domba jenis lokal atau komposit yang harganya lebih terjangkau, namun pilihlah pejantan yang unggul dari jenis seperti Cross Texel, Merino, atau F1 Dorper.
- Fokus pada breeding: Untuk hasil jangka panjang, Winarto menyarankan fokus pada breeding (pengembangbiakan). Meskipun harus "puasa" dan bersabar di awal, hasilnya akan sangat menguntungkan dari penjualan anak-anak domba.
- Jangan takut memulai: Ia berpesan agar peternak tidak takut dengan risiko dan tantangan. Jangan khawatir tentang penjualan sebelum memulai, karena permintaan daging domba di Indonesia selalu tinggi.
Kisah Winarto dari Winata Farm adalah bukti nyata bahwa dengan keyakinan, kerja keras, dan kecintaan pada profesi, setiap orang bisa mencapai kesuksesan, bahkan dari nol. Ia berhasil mengubah nasibnya dari seorang kernet truk menjadi peternak domba yang sukses dan inspiratif.
Sumber Ch.ytb : PECAH TELUR : Mantan Kernet Truk Bisa Beli Rumah, Sawah & Mobil dari Ternak Domba
0 Komentar