Dari Tiga Kali Kegagalan dan Modal Rp 200 Ribu I Kisah Owner HAQY Donat Kentang Susu yang Kini Produksi Ribuan Pcs Donat Harian

Ibu Wati, Owner HAQY Donat Kentang Susu

Dari Hobi di Dapur Hingga Ribuan Pieces Donat Sehari: Kisah Bangkit dan Belajar Ibu Wati, Owner HAQY Donat Kentang Susu

Kisah Nur Rahmawati, yang akrab disapa Ibu Wati, adalah cerminan dari kegigihan seorang ibu rumah tangga yang mengubah kecintaannya pada dapur menjadi sebuah bisnis yang kini memproduksi ribuan pieces donat setiap hari. Tinggal di Beji, Gang Sukun, Depok, Jawa Barat, perjalanan Ibu Wati tidaklah mulus. Ia pernah mengalami kegagalan di beberapa bisnis sebelumnya, menjadikannya pelajaran berharga yang membentuk fondasi kuat bagi HAQY Donat Kentang Susu.

Pelajaran dari Kegagalan dan Titik Balik Tak Terduga

Ibu Wati memulai bisnis donat kentang ini berawal dari hobi. Sebagai ibu dari lima putra yang semuanya aktif, ia gemar membuat kue, dan donat adalah yang paling difavoritkan anak-anaknya. Titik balik itu terjadi secara tak sengaja.

Saat itu, Ibu Wati membuat donat dalam jumlah banyak. Sebagian dikonsumsi hari itu, dan sisanya ia simpan di freezer. Seminggu kemudian, ia baru teringat. Donat yang dikeluarkan, dihangatkan di Magic Jar, dan disajikan lagi ternyata mendapat respons luar biasa. "Enak, enggak berubah rasanya," kata anak-anaknya. Ibu Wati pun merasakan hal yang sama.

Dari situlah ide brilian muncul: donat kentang frozen. Ia berpikir, menjual dalam bentuk beku akan lebih praktis. "Saya enggak perlu bangun malam buat bikin donat, enggak perlu repot topping-topping dan sebagainya," kenangnya. Ini adalah solusi yang efisien, berbeda dari gerai-gerai donat ready-to-eat yang menjamur kala itu (sekitar tahun 2016).

Dengan izin suami, Ibu Wati mulai melakukan riset sederhana. Ia mengamati dua brand donat ternama yang sudah lama eksis dan melihat banyaknya gerai donat di sekitar Depok. Ia sadar, produknya haruslah yang bisa masuk ke rumah tangga, diolah oleh ibu-ibu untuk camilan keluarga, memenuhi kebutuhan akan kepraktisan dan kehigienisan.

Ujian Awal Bisnis dan Tangisan di Tengah Tumpukan Donat

Awalnya, Ibu Wati mencoba memproduksi bersama asisten rumah tangganya. Ia memasang foto produk saat itu masih polos tanpa merek, hanya "donat original sama gula"—di display picture BlackBerry-nya. Respons dari teman-teman sangat positif, bahkan ada yang mulai memasukkannya ke toko frozen makanan. Repeat order pun mulai berdatangan.

Ibu Wati, Owner HAQY Donat Kentang Susu

Saat itu, ia masih membagi waktu sebagai ibu rumah tangga. Pagi mengurus anak, baru pukul 9 malam ia mulai berproduksi. Dengan bertambahnya orderan, ia mulai kewalahan.

"Sampai pernah itu saya itu saking capeknya itu sambil menguleni donat itu sampai nangis saya," tutur Ibu Wati.

Ia merasa seperti "ngejar-ngejar donat banget" karena customer sudah menanti. Keputusan pun diambil: mencari asisten khusus. Dengan adanya karyawan, ia bisa punya waktu lebih, dan produksi bisa ditingkatkan. Dari satu asisten, bertambah menjadi tujuh orang, membuat dapur rumah tangganya penuh sesak dengan aktivitas produksi.

Akhirnya, Ibu Wati memutuskan menyewa rumah kontrakan tetangga untuk dijadikan tempat produksi. Pemisahan antara rumah tinggal dan area produksi ini menjadi langkah besar, yang tidak hanya membuat rumah lebih nyaman tetapi juga membuka peluang untuk memproduksi lebih banyak. Sebelum pandemi, produksinya mencapai sekitar 3.000 pieces donat per hari. Saat pandemi, angka itu melonjak fantastis, hampir menyentuh 7.000 pieces sehari. Saat ini, produksinya stabil di sekitar 5.000 pieces donat per hari.

baca juga : Menerobos Batas Pasar Lokal Hingga Internasional I Inovasi Microgreens dan Air Kelapa untuk Kesehatan

Ibu Wati, Owner HAQY Donat Kentang Susu

Tiga Kegagalan dan Filosofi "Rambu-Rambu"

HAQY Donat Kentang Susu bukanlah bisnis pertama Ibu Wati. Ia menyebutnya bisnis keempat. Pengalaman dari tiga bisnis sebelumnya—bisnis brownies selama tiga tahun (gagal karena pemasaran turun dan koordinasi sulit), kemudian fokus menulis buku saat suami tugas di luar negeri (masa jeda bisnis), dan bisnis fashion selama tiga tahun (gagal karena kendala tukang jahit dan biaya sewa toko)—menjadi modal utamanya.

"Saya jadikan kegagalan-kegagalan yang saya rasakan itu sebagai pelajaran, sehingga saat saya membangun HAQY donat ini saya tidak terperosok kembali dari kegagalan-kegagalan tersebut," tegasnya.

Bisnis sebelumnya selalu tumbang dalam waktu sekitar tiga tahun. Ia menyadari poin penting: tidak bersemangat, tiba-tiba malas, dan lesu. Hal inilah yang ia jaga mati-matian di HAQY Donat. Cara Ibu Wati menjaga semangat dan bisnisnya agar tidak lesu lagi adalah dengan bergabung dengan komunitas dan merapat ke Pemerintah Kota (Pemkot).

"Saya bergabung dengan komunitas, saya merapat dengan Pemkot," katanya.

Pemkot Depok memberikan dukungan, mulai dari fasilitas gratis untuk mengurus legalitas awal seperti PIRT dan Halal, hingga pelatihan-pelatihan. Modal awal HAQY Donat Kentang Susu ini pun sangat minim, hanya Rp 200.000, digunakan untuk membeli kentang dan terigu. Legalitas dan pelatihan gratis ini sangat berarti untuk modal sekecil itu.

Bergabung dengan komunitas membantunya mendapatkan energi positif. Ia bertemu dengan pengusaha sukses yang lebih maju, dan juga dengan UMKM yang baru merintis. Semua energi ini membuatnya termotivasi untuk terus bergerak.

Ibu Wati, Owner HAQY Donat Kentang Susu

Tantangan SDM dan Nelongso Kehilangan Uang

Seperti bisnis yang berkembang, Ibu Wati menghadapi tantangan besar dalam mengelola karyawan. Awalnya, ia merekrut tanpa syarat ketat, karena yang penting ada yang siap memasak. Karakter karyawan pun beragam: dari yang seenaknya datang terlambat, marah-marahan dengan rekan kerja, hingga membawa masalah rumah ke tempat kerja. Ibu Wati sadar, membuat makanan itu harus happy. Jika tidak, hasil produksinya tidak akan maksimal.

"Bikin makanan itu harus happy. Kalau enggak happy, nanti enggak karuan produksinya," ujarnya.

Solusinya, ia menciptakan lingkungan kerja yang positif. Setiap pagi, ia menyapa semua karyawan, menanyakan kabar mereka, menyebarkan energi positif. Selain itu, ia rutin mengadakan pertemuan mingguan untuk memberitahu kondisi produksi dan penjualan. Tujuannya agar ada keselarasan. "HAQY ingin berlari, apabila Ibu siap ya kita lari bareng-bareng," adalah kalimat yang sering ia sampaikan untuk memompa semangat tim.

Selain tantangan internal, ia juga pernah mengalami kerugian di awal merintis. Saat itu, ia masih sangat membutuhkan modal. Ada permintaan dari Tegal, sekitar 70-an pack donat, tetapi pembayaran sekitar Rp 700.000 itu ternyata tidak pernah ada.

"Hari itu ya uang itu butuh banget saya dan saya Nelongso banget ya... kok tega banget ya," kenangnya sedih.

Kejadian itu sempat membuatnya terpuruk. Namun, lagi-lagi dukungan dari teman-teman komunitas yang berkata, "Segitu mah tenang Bu, nanti balik lagi rezeki yang lebih banyak," membuatnya bangkit dan semangat lagi.

Varian Produk, Prospek Cerah, dan Kemitraan

HAQY Donat Kentang Susu kini memiliki 9 varian produk, tidak hanya yang berbentuk bolong di tengah, tetapi juga yang isi, seperti cokelat, stroberi, blueberry, keju, dan mozzarella. Bahkan ada varian kecil bernama off-gibol.

Ibu Wati melihat prospek bisnis donat frozen sangat besar. Masyarakat saat ini mencari kepraktisan, kehigienisan (karena bisa menggoreng sendiri dengan minyak yang terjamin), dan kenikmatan maksimal saat disajikan sesaat setelah digoreng.

Pemasaran HAQY Donat menggunakan sistem kemitraan, terdiri dari distributor, agen, dan reseller. Saat ini, mitra HAQY Donat sudah mencapai sekitar 200 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Sukabumi, Surabaya, Tegal, Semarang, hingga Jogja.

Tips Utama Ibu Wati: Jadikan Kegagalan Sebagai Pelajaran

Mengakhiri ceritanya, Ibu Wati memberikan tips utama bagi para perintis usaha. Intinya kembali pada filosofi yang ia pegang teguh:

  • Jadikan Kegagalan Sebagai Pelajaran dan Rambu-Rambu: Kegagalan adalah rambu-rambu agar tidak terperosok ke lubang yang sama saat membangun usaha berikutnya.
  • Berkomunitas dan Cari Energi Positif: Bergabunglah dengan komunitas, serap energi positif dari pengusaha lain. 
  • Karakter setiap usaha pasti ada kendalanya. Kita tinggal memilih: mau gagal atau mau bangkit?
  •  Berteman dengan orang-orang yang memiliki semangat positif akan menularkan kekuatan untuk terus bertahan dan maju.
  • Enggak ada usaha yang semulus jalan tol, enggak ada, pasti ada kendala. Nah, kita harus punya energi itu untuk bangkit kembali, tutup Ibu Wati.

Kisah Ibu Wati membuktikan bahwa modal terbesar dalam berbisnis bukanlah uang semata, melainkan kemauan untuk belajar dari kesalahan dan semangat pantang menyerah yang terus dijaga oleh lingkungan positif. Hari ini, HAQY Donat Kentang Susu adalah bukti nyata dari pelajaran yang berbuah manis.

Sumber : Kisah ini telah diceritakan pada channel Youtube JagaLilin : Modal Awal Dua Ratus Ribu Kini Produksi hingga 7000 donat perhari




Posting Komentar

0 Komentar