Setiap kisah sukses punya lembah gelapnya, dan bagi Donanto, pendiri Duta Mandiri Indonesia Group, lembah itu adalah masa-masa berat di Kediri, sekitar lima tahun silam. Ia menggambarkan momen tersebut sebagai saat paling berat dalam kehidupannya: ketika harus berjuang melunasi utang bank.
"Memang kita bisa bayarin, tapi pusing, enggak bisa tidur," kenangnya.
Keputusan pahit harus diambil demi melunasi utang yang membelit. Aset berharga, termasuk rumah sendiri, terpaksa dilepas. Kehilangan itu bukan hanya kerugian materi, tetapi juga pukulan mental dan sosial yang menyakitkan.
Titik Nol di Kediri: Ketika Utang Bank Merenggut Segalanya
"Sampai rumah saya hilang karena pengin nutupi bank tadi. 5 tahun yang lalu itu saya enggak punya apa-apa, bahkan saya ngontrak di rumah saya sendiri. Nah itu paling berat dalam hidup saya," tutur Donanto.
Di tengah keterpurukan itu, lingkungan sosialnya pun berubah. Teman dan saudara yang dulu dekat, banyak yang menghilang. Kedatangannya kerap disalahpahami, dikira ingin berutang lagi. Namun, ia memilih untuk melihat badai ini sebagai pembersihan diri—jalan untuk memulai yang baru.
Dari Abu Menjadi Api: Membangkitkan Diri dengan Kepercayaan
Kehilangan segalanya memaksa Donanto mencari jangkar terakhir: kepasrahan total kepada Tuhan. "Pada saat itu memang enggak ada lagi yang kita pasrahin, ya cuma Allah aja sudah kita pasrah padanya, ya yang memang Yang Maha Kaya. Apapun bagi Allah tuh enggak ada yang enggak mungkin," ujarnya dengan nada yakin.
Keyakinan ini memicu pemulihan (recovery) cepat. Dalam waktu enam bulan, ia mulai bangkit, didukung oleh teman-teman dan saudara yang kembali hadir, memberikan support moral dan material.
Pengalaman pahit itu membentuk prinsip bisnisnya yang paling fundamental: kepercayaan (trust) adalah modal nomor satu, bukan uang. Dengan modal kepercayaan ini, ia mulai merintis kembali:
- Membina pesantren di Kediri dari uang yang tersisa.
- Membuka LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) setelah mendapat dorongan dari teman-teman di Jepang.
Kondisi ekonomi dan mentalnya pulih cepat. Pada tahun 2020, LPK-nya sudah stabil, dan di tahun 2021, restorannya sudah berdiri—kurang lebih enam bulan proses kebangkitannya.
Baca Juga : Rekam Jejak Dr. Nirmala A. Sahi: Srikandi Penggerak Ekonomi Desa, Merajut Asa di Kambungu Kukisi
Jejak Jepang dan Peluang Emas: Sidat, LPK, dan Jaringan
Kisah kebangkitan Donanto tak lepas dari pengalamannya di Jepang. Lahir di Jakarta dan besar di berbagai kota karena ikut orang tua yang dinas di bank pemerintah, Donanto menghabiskan waktu bertahun-tahun di Jepang, mulai dari tahun 2000 hingga 2014. Ia bekerja di berbagai bidang, terakhir di industri outsourcing.
Keputusannya pulang ke Indonesia didasari keyakinan bahwa banyak peluang di Jepang yang bisa dikembangkan di Tanah Air. Ia pertama kali tertarik pada budidaya Sidat (Unagi).
Sidat di Jepang sudah menjadi barang langka dan mahal, dengan harga bibitnya bisa mencapai 800 Yen (sekitar Rp 90.000) per ekor. Sementara di Indonesia, harganya jauh lebih murah. Donanto melihat ini sebagai peluang ekspor yang luar biasa, mengingat nilai gizi Sidat yang sangat tinggi—setara dengan meminum 20 liter susu dan DHA serta EPA-nya dua kali lipat salmon.
Meski sempat gagal selama 2-3 tahun, ia berhasil pada tahun 2016. Setahun kemudian, ia mulai ekspor perdana Sidat ke Jepang. Tantangan pakan yang sangat mahal (50.000 hingga Rp 70.000 per kilo) mendorongnya untuk mengembangkan pakan mandiri, yang pada akhirnya melahirkan unit bisnis pakan ikan dan probiotik.
LPK Bahasa Jepang
Pengalamannya di outsourcing Jepang membuatnya melihat kebutuhan besar Jepang akan tenaga magang dan kerja. Pada tahun 2018, ia mendirikan LPK Bahasa Jepang. Setahun kemudian, izin sending organizer (SO) keluar, dan di bulan berikutnya, pengiriman tenaga kerja ke Jepang sudah dimulai, terutama untuk perawat lansia. LPK ini berkembang pesat, bekerja sama dengan 14 perkumpulan di Jepang dan berbagai kampus negeri/swasta di Indonesia.
Ekspansi dan Menciptakan Lapangan Kerja: Jaring Laba-Laba Bisnis
Uang yang didapat dari bisnis LPK dan Sidat tidak didiamkan di bank. Donanto memutarnya kembali, didorong oleh filosofi untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Restoran Jepang Duta Unagi (2020-2021): Dibangun sebagai tempat relasi dan juga sebagai tempat part-time bagi siswa LPK dari keluarga kurang mampu. Perusahaan Kayu Duta Sikoku Mandiri: Berawal dari pembuatan gazebo untuk restoran, berkembang menjadi divisi usaha pembuatan gazebo dan rumah kayu, bahkan mendapat order untuk resort di Bali.
Duta Inframandiri (Infrastruktur): Bekerja sama dengan Jepang, perusahaan ini bergerak di bidang geological mapping dan pemetaan patahan gempa, sebuah teknologi baru yang sangat dibutuhkan di Indonesia.
Pasar Mandiri Petani: Inisiasi untuk membantu petani menjual hasil panen langsung tanpa tengkulak, terinspirasi dari kelompok tani di Jepang, demi menyejahterakan petani dan menyediakan hasil yang murah serta sehat bagi masyarakat.
Etos Kerja dan Prinsip Berbisnis: Berani dan Bertanggung Jawab
Kunci dari kebangkitan Donanto adalah etos kerja tinggi yang ia adopsi dari Jepang: disiplin, tertib, dan bertanggung jawab penuh.
"Karyawan itu malah menganggap perusahaan itu saya. Bukan hanya bekerja, tapi perusahaan itu milik saya juga," jelasnya, menirukan semangat kerja orang Jepang. Ia menekankan bahwa seorang bos harus mau turun ke bawah, mengetahui segala proses untuk bisa membuat SOP yang efektif.
Pelajaran Penting dari Donanto:
- Kepercayaan adalah Modal Utama: Bangun kredibilitas, maka modal dan mitra akan datang dengan sendirinya.
- Perluas Jaringan: "Kita dekat dengan penjual minyak wangi, mau enggak mau kita ketularan wanginya," analoginya. Pertemanan yang luas membuka peluang bisnis dan pemasaran. Jangan pernah lupa bertukar kartu nama.
- Berani Ambil Risiko: Bisnis menuntut keberanian. "Kalau pengusaha harus berani ngambil risiko, tapi ketika sudah terjun, pastikan itu akan terbuka semua jalannya."
- Mitra, Bukan Karyawan: Perlakukan karyawan sebagai mitra kerja. Kesejahteraan mereka sama pentingnya dengan kesejahteraan pemilik, karena tanpa mereka, perusahaan tak akan bisa besar.
- Terus Berinovasi: Jangan pernah stagnan. Inovasi (suasana, menu, teknologi) diperlukan agar bisnis tetap relevan dengan kebutuhan pasar.
Bagi Donanto, bisnis bukan hanya tentang mencari kekayaan pribadi, tetapi tentang bagaimana sebanyak-banyaknya orang bisa bekerja dan mendapatkan kesejahteraan, yang pada akhirnya akan menghasilkan doa dan membawa kemajuan bagi perusahaannya.
Sumber Ch.Youtube PECAH TELUR : Jago Lihat Peluang, Mantan TKI Sukses Budidaya Ikan hingga Diekspor ke Jepang
0 Komentar