Bendi Gorontalo di Ambang Punah? Kisah Kusir Terakhir yang Bertahan !

Berkeliling di pusat perbelanjaan dengan menggunakan bendi adalah hal yang unik dan menyenangkan. betapa tidak, tubuh kita akan terasa terayun-ayun seirama dengan larinya kuda. kita akan lebih menikmati perjalanan tanpa suara mesin, karena yang lebih dominan adalah bunyi sepatu kuda ditambah tiupan angin sepoi-sepoi dan membuat kita terbuai dalam lamunan.

Bendi adalah kendaraan transportasi tradisional Gorontalo yang beroda dua, tiga, atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. luas bendi berukuran dua kali satu meter yang dapat mengangkut penumpang tiga sampai lima orang.

Menggunakan angkutan bendi kita diajak bernostalgia dengan kenangan masa kanak-kanak dulu, dimana pada masa itu bendi menjadi kendaraan yang paling favorit disukai anak-anak dan remaja sehingga hampir semua ruas jalan di padati bendi. berbeda dengan sekarang, angkutan bendi kini terbilang sudah sangat langka, di pusat perbelanjaan saja hanya ada dua atau tiga buah bendi.

Di daerah jawa dan sekitarnya kendaraan ini dinamakan delman yang menjadi ciri khas kebudayaan tersendiri dan dipakai dipusat perkotaan, karena kendaraan ini merupakan warisan yang masih terus dilestarikan. namun lain halnya di Gorontalo, angkutan ini mulai berkurang dan hampir hilang seiring kehadiran Bentor atau bendi motor dan angkutan umum yang lebih cepat.

Kini bendi banyak kelihatan hanya apabila terdapat hajatan budaya atau kegiatan adat pemerintah seperti acara pemberian adat, pawai kendaraan hias dan acara festival. Berkurangnya bendi disebabkan para kusir banyak yang beralih menjadi pengemudi bentor, hanya tinggal beberapa kusir saja yang menggunakan bendi mereka untuk angkutan umum. sedangkan yang lainnya menggunakan kudanya untuk menarik gerobak  sebagai angkutan barang seperti material bangunan, hasil kebun dan barang belanjaan.

Menurut para kusir, dengan menjadikannya gerobak lebih menguntungkan dibanding bendi karena masih dibutuhkan masyarakat, dengan alasan menggunakan jasa sewa gerobak lebih murah dibanding sewa mobil pickup.

Pak Hasan Majiji atau biasa dipanggil k Une adalah salah satu warga  kelurahan tamalate kota gorontalo yang masih bertahan menekuni pekerjaan sebagai kusir bendi atau delman. Mengawali aktifitas paginya k Une membawa satu-satu kuda miliknya ke sungai bone untuk dimandikan.

Kuda tersebut digandeng ke gerobak dan kemudian dibawa menuju sungai. Jarak sungai bone sekitar 2 kilo meter dari rumahnya untuk itu iya harus menggunakan gerobak yang biasa digunakan untuk melayani jasa angkutan barang  maupun bahan bangunan.

Memandikan kuda memang keliatan gampang saja, namun jika tidak hati-hati dan menjinakkan hewan sebagai sahabat bisa saja anda akan kena celaka. awalnya memang k Une agak kesulitan dalam memandikan kuda namun setelah ia mempelajari tekniknya semakin menjadi mudah baginya. teknik utama tentunya harus  memiliki kedekatan emosinal dengan kuda tersebut karena ibarat kata tak kenal maka tak sayang.

Pada tahun 2007 lalu ditengah mulai maraknya bentor dan para kusir bendi telah beralih profesi, k Une  malahan baru memulai usaha bendi. Saat itu ia membeli bendi bekas milik pamannya yang dijual cukup murah seharga 1 juta ditambah kuda dan perlengkapan lain dengan total 1,5 juta. Sejak saat itu hingga sekarang  k Une masih tetap berprofesi sebagai kusir bendi.

Dalam kesehariannya k Une membawa bendi hanya mulai pukul tiga sore hingga pukul 10 malam. diwaktu pagi hingga siang ia gunakan waktunya untuk memberi makan kuda dan dilanjutkan dengan membawa kuda ke sungai untuk dimandikan. Kuda milik k Une hanya tinggal satu ini saja, tentu harapannya ingin menambah jumlah kudanya sehingga dapat digunakan saling bergantian, namun kondisi ekonomi k Une beberapa tahun terakhir telah terserap untuk biaya pengobatan istrinya yang sakit.

nonton kisahnya disini :

Dengan bermodalkan sebuah bendi k Une berusaha menghidupi keluarganya. Penghasilan k Une dari usaha bendi ini tidak menentu sekitar tujuh puluh ribu hingga seratus ribu setiap harinya, itupun masih dipotong biaya makanan kuda seharga dua puluh ribu rupiah.

K une adalah salah satu potret masyarakat gorontalo yang masih terus melestarikan kendaraan angkutan khas tradisional Gorontalo yaitu bendi. Besar harapannya kepada masyarakat terutama yang tinggal di kota Gorontalo untuk tetap menggunakan jasa angkutan bendi sebagai pilihan utama, sehingga bendi dapat terus dilestarikan dan dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak.

 


Posting Komentar

0 Komentar