Bayu (bukan nama sebenarnya), lahir di sebuah kota kecil di Jawa Tengah pada tahun 2000, membuktikan kalau jiwa bisnis bisa banget tumbuh meskipun lo masih muda. Kisahnya ini beneran ngasih inspirasi, di mana nekat, belajar sendiri, dan yakin jadi modal utamanya.
Mulai Modal Receh dari Uang Jajan
Waktu teman-teman mahasiswa lain asyik jajan pakai uang kiriman orang tua, Bayu justru nyisihin uang sakunya. Dari Rp300.000 sebulan, dia bisa nabung Rp200.000. Kebiasaan irit ini bukan tanpa tujuan, lho. Uang yang terkumpul, plus sedikit tabungan, jadi modal awal Rp5 juta buat beli gerobak jualan makanan ringan di depan kampusnya. "Uang Rp5 juta itu enggak minta ke orang tua. Gue kumpulin dari uang jajan semester satu," ceritanya.
Jalan bisnisnya enggak langsung mulus. Dia sempat coba jualan minuman, tapi terpaksa berhenti pas COVID-19 datang. Enggak mau nyerah, dia banting setir ke bisnis baju bekas impor online. Bisnis ini sempat gokil banget sampai punya 40 karyawan dan omzet luar biasa. Tapi, namanya juga tren, bisnis ini mulai menurun seiring makin banyaknya orang yang jualan barang sejenis.
Bangkit Lagi dengan "Pawon Lezat"
Dengan sisa tabungan yang ada, Bayu ambil keputusan gede: stop bisnis baju bekas dan pindah ke bisnis kuliner. Dia tahu ini berisiko banget, apalagi dia udah nikah dan harus tanggung jawab. Tapi, semangatnya enggak padam. Dia lihat ada peluang di kotanya: banyak tempat makan ayam bakar, tapi belum ada yang nyajiin sambal bakar dengan konsep keren. Ide brilian ini pun lahir.
"Gue pengen bikin nuansa masakan rumahan, tapi tempatnya lebih nyaman dan harganya tetap ramah di kantong," jelas Bayu. Dia habis-habisan sampai Rp200 juta buat mewujudkan mimpinya. Uang segitu banyak sempat bikin dia ragu, tapi dia meyakinkan diri, "Ya udah, kita harus totalitas."
Proses bikin "Pawon Lezat" penuh drama. Bayu harus coba-coba resep sambal berkali-kali sampai nemu yang pas, dibantu istrinya dan satu tetangga yang dia rekrut. Dia juga banyak belajar soal ngurus karyawan, apalagi sebagian besar pegawainya belum pernah kerja di bidang kuliner. "Awalnya itu yang bikin gue pusing... nemuin resep," katanya. "Gue harus ngajarin dari nol."
Bertahan di Tengah Badai Persaingan
Setelah buka, "Pawon Lezat" langsung jadi sorotan. Bayu paham banget, fenomena "kuliner awal buka ramai, 3 bulan kemudian sepi" itu hal biasa. Dia enggak mau ngalamin hal yang sama. Kunci suksesnya adalah terus berinovasi, jaga kualitas pelayanan, dan kasih harga yang bersaing.
"Rasa itu penting, tapi pelayanan sama harga itu jauh lebih penting," kata Bayu. Dia percaya kalau pelayanan bagus dan harga terjangkau bisa "mainin" ekspektasi pelanggan. Hasilnya, "Pawon Lezat" tetap ramai sampai sekarang.
Berkat kerja kerasnya, dalam setahun, dia berhasil balik modal dan bisa nabung. Di balik suksesnya, Bayu selalu pegang teguh dua hal: doa orang tua dan sedekah. "Sedekah itu penting banget," ucapnya. "Tanpa kita sadari, pintu rezeki kita itu makin kebuka lebar." Dia juga yakin semua orang bisa sukses. "Kalau kita mikirnya 'aduh gue enggak bisa,' 'gue takut resikonya gini,' ya enggak bakal jalan-jalan," tegasnya.
Rencana ke Depan
Bayu enggak mau cepat puas. Dia sekarang lagi rencanain bisnis kuliner baru dan buka cabang "Pawon Lezat" di masa depan. Buat dia, sukses itu bukan cuma soal uang, tapi juga soal pengalaman dan berani coba.
"Jangan mikir buat cari duit itu nunggu lulus," pesannya buat para mahasiswa. "Lo bisa mulai nyicil buat ngasilin uang dari sekarang... Kalau lo udah mulai bisnis dari dini, pengalaman lo bakal jauh lebih banyak."
Kisah Bayu ini bukti nyata kalau modal terbesar seorang pengusaha itu bukan uang, tapi mental baja, mau belajar, dan berani melangkah, bahkan dari hal kecil kayak uang jajan.
0 Komentar