Eceng gondok (Eichhorniacrassipes) selama ini dikenal sebagai gulma yang berdampak negatif terhadap ekosistem Danau Limboto. Namun, di tangan warga sekitar, tanaman ini justru memiliki banyak manfaat positif.
Eceng gondok bisa digunakan untuk berbagai hal, seperti: Mencegah akumulasi logam berat di perairan. Dijadikan pakan ternak dan pupuk organik yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Diolah menjadi kerajinan tangan, mebel, hiasan dinding, bahkan bahan baku kertas.
Di pesisir Danau Limboto, warga seperti Pak Udin memanfaatkan eceng gondok untuk pakan ternak dan bahan baku kerajinan. Setiap hari, Pak Udin mengumpulkan eceng gondok untuk dibuat anyaman dan dijual ke sentra industri mebel.
Proses Pengolahan Eceng Gondok
Sejak pagi hingga sore, Pak Udin mengumpulkan eceng gondok di danau. Untuk memudahkannya, ia menggunakan beberapa papan sebagai penyangga dan membungkus tangan serta kakinya dengan kaus agar terlindungi dari lintah dan benda tajam.
Eceng gondok yang diambil harus berusia sekitar 4 bulan dengan tinggi sekitar 80 cm. Dalam sehari, Pak Udin bisa mengumpulkan hingga 15 ikat, dengan setiap ikat berisi 50 helai eceng gondok.Setelah terkumpul, eceng gondok diinjak-injak dan dibagi menjadi ikatan-ikatan kecil untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur eceng gondok di bawah terik matahari selama empat hari.
Setelah kering, eceng gondok siap dianyam. Ibu Asma, istri Pak Udin, membantu proses penganyaman. Satu per satu helai eceng gondok dianyam hingga membentuk tali panjang. Meskipun terlihat mudah, menganyam dengan rapi membutuhkan ketekunan dan keuletan. Ibu Asma, yang sudah terbiasa, bisa menganyam 50 hingga 100 meter eceng gondok dalam sehari. Setiap meternya dihargai Rp600, jadi untuk 50 meter anyaman ia bisa mendapatkan Rp30.000.
Usaha Kerajinan Beromzet Jutaan Rupiah
Anyaman eceng gondok akan diantar ke tempat industri kerajinan setelah mencapai panjang 300 meter. Di sana, anyaman tersebut dibentuk menjadi berbagai produk, seperti mebel meja kursi, hiasan dinding, topi, dan tas.
Meskipun banyak motif yang bisa dibuat, produk yang paling laris di pasaran adalah mebel meja dan kursi. Satu set mebel meja kursi bisa dijual mulai dari empat hingga sepuluh juta rupiah, tergantung modelnya.
Usaha kerajinan ini tidak hanya dipasarkan di Gorontalo, tetapi juga sudah menjangkau daerah tetangga seperti Manado dan Kotamobagu. Pak Suranip Abdul, salah satu pengusaha kerajinan eceng gondok, tidak pernah kehabisan bahan baku karena eceng gondok masih banyak tersebar di Danau Limboto.
Eceng gondok yang awalnya dianggap gulma pengganggu, kini menjadi sahabat bagi Pak Suranip dan kelompok binaannya. Berkat tanaman ini, usahanya tidak hanya meraup keuntungan, tetapi juga berhasil meraih beberapa penghargaan sebagai UKM teladan tingkat nasional.
0 Komentar