Kisah Sukses Pengusaha Tas yang Rela Tinggalkan Segalanya demi bisnis

usaha sukses

Bagi sebagian besar orang, stabilitas dan gaji bulanan adalah impian yang dikejar. Namun, bagi Ridwan, seorang pemuda dari kota kecil di Jawa Barat, kepastian tersebut tidak pernah terasa cukup. Sejak kecil, ia memang memiliki bakat unik dalam hal berdagang. Di masa-masa sekolah dasar, ia sudah terbiasa menjual lotre mainan, menemukan cara mendapatkan keuntungan dari benda-benda sederhana. Bakat alami ini terus berkembang; dari menjual pulsa di bangku SMA, hingga beraneka ragam barang seperti daster, kerudung, dan aksesoris di awal-awal masa kerjanya.

Namun, semua bisnis sampingan itu tidak ada yang bertahan lama. Ridwan sering menemui hambatan dan akhirnya harus menutupnya. Ia menyadari, ada kesalahan mendasar yang ia lakukan. Ia hanya meniru permukaan luar bisnis orang lain tanpa memahami pondasinya. Mindsetnya saat itu hanyalah "bisnis sampingan." Ia berpikir, jika ada penjualan, itu adalah bonus, tetapi jika tidak, tidak apa-apa. Pola pikir inilah yang membuatnya cepat puas dan tidak memiliki dorongan kuat untuk terus maju.

Setelah lulus kuliah, Ridwan bekerja sebagai pegawai di sebuah perusahaan di Kota Bandung. Hidupnya berjalan seperti biasa, namun jiwanya terasa hampa. Ia merasa ada sesuatu yang kurang jika ia tidak berjualan. Ketika ia pindah tugas ke kota Tasikmalaya, ia kembali mencari peluang. Tasikmalaya adalah kota yang kaya akan produsen fesyen, dari sepatu hingga busana muslim. Namun, secara tidak sengaja, takdir membawanya bertemu dengan seorang kenalan yang membawanya berkolaborasi dengan produsen tas.

Meskipun sudah menemukan produk yang tepat, Ridwan terkendala modal. Diskusi dengan istrinya menjadi jalan keluar. Aset yang mereka miliki hanya mahar pernikahan, dan dengan restu sang istri yang ikhlas, mahar senilai Rp10 juta pun dijual dan dijadikan modal awal usaha. Dengan modal yang terbatas itu, Ridwan tidak langsung menggunakan bahan baku premium. Ia membeli bahan sisa yang dijual per kilogram, yang menuntutnya untuk selektif memilih bahan berkualitas. Ini adalah fase yang menantang, karena jika ada produk yang laku, ia tidak bisa memproduksi ulang dengan bahan yang sama.

Awalnya, Ridwan menjalani peran ganda: bekerja sebagai pegawai sambil mengelola bisnisnya. Seiring waktu, ia merasa tidak dapat membagi fokusnya. Ia pun dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan dengan pekerjaan tetap atau keluar untuk fokus pada bisnis. Setelah mempertimbangkan pro dan kontra, ia melakukan salat istikharah. Jawabannya datang dalam bentuk simbol-simbol, yang membuatnya yakin untuk mengundurkan diri dan mendedikasikan seluruh waktunya untuk bisnis tasnya, yang kemudian ia beri nama Aura Bag.

Pada awal merintis, Ridwan memiliki pola pikir pedagang murni. Ia ingin keuntungan besar, sehingga ia melakukan semuanya sendiri: memotret produk, membuat konten video, dan mengurus pengemasan. Ia menjadi CEO alias Chief Everything Officer di perusahaannya sendiri. Namun, ia menyadari bahwa ia tidak bisa terus seperti itu.

Titik balik terbesarnya adalah saat ia mengikuti sebuah pelatihan bisnis gratis selama setahun. Di sana, mindsetnya berubah total. Ia belajar tentang konsep growth mindset, sebuah pola pikir yang menyukai tantangan, gigih menghadapi hambatan, dan terbuka pada kritik. Ia menyadari selama ini ia terjebak dalam fixed mindset, di mana ia suka berada di zona nyaman dan mudah mengeluh. Pelatihan itu mengubah cara pandangnya, ia mulai mengganti kata-kata negatif seperti "susah" menjadi "menantang." Perubahan ini berdampak pada alam bawah sadarnya, hingga akhirnya memengaruhi setiap keputusan yang ia ambil.

Ridwan mulai merekrut karyawan. Awalnya ia ragu, takut profitnya berkurang. Namun, ia belajar bahwa karyawan bukanlah beban, melainkan titipan rezeki. Keuntungan yang didapat ternyata tidak berkurang, justru bertambah. Dengan adanya tim, ia bisa fokus pada hal-hal yang lebih strategis, tidak lagi terjebak pada hal-hal teknis seperti pengemasan. Di tahun 2021, ia merekrut dua karyawan, lalu di tahun 2023 menjadi 10 orang, dan kini timnya berjumlah 24 orang. Pola pikirnya berubah dari "kalau bisa sendiri kenapa tidak?" menjadi "kalau bisa bersama orang lain kenapa tidak?"

Perjalanan bisnisnya tidak selalu mulus. Di awal-awal, omzetnya masih kecil, hanya puluhan juta per bulan. Namun, di tahun 2024, penjualan mulai meroket hingga mencapai ratusan juta. Meskipun demikian, ia tidak pernah mengambil pinjaman bank. Ia memiliki keyakinan yang kuat tentang menghindari riba. Keyakinan ini diperkuat oleh sebuah pengalaman pribadi. Sebelum menikah, ia hampir saja mengambil kredit perumahan (KPR). Semua proses sudah berjalan, tinggal akad di depan notaris. Namun, ia merasa gelisah dan memutuskan untuk salat istikharah.

Setelah salat, ia melihat banyak postingan tentang riba di media sosial. Ia juga bertemu dengan seorang teman yang curhat tentang kesulitan ekonominya akibat riba. Namun, ia tetap bersikeras untuk melanjutkan. Sore harinya, saat berada di kosan teman, tubuhnya tiba-tiba demam tinggi. Ia merasa sangat lemas dan tidak karuan, padahal tidak ada gejala sakit apa pun. Ia langsung teringat pesan dari berbagai sumber yang datang kepadanya hari itu. Ia pun menangis dan beristigfar. Ridwan merasa ini adalah teguran dari Tuhan yang masih sayang kepadanya. Ia pun membatalkan rencana KPR tersebut. Ajaibnya, setelah membatalkan rencana itu, demamnya langsung turun dan ia pulih. Pengalaman ini membuatnya semakin yakin bahwa ia tidak akan pernah mengambil pinjaman bank.

Pilihan untuk tidak mengambil pinjaman bank membuatnya harus memutar modal Rp10 juta itu secara maksimal. Ia harus realistis dan terus berinovasi. Ia tidak membeli aset konsumtif seperti rumah atau kendaraan pribadi, melainkan menginvestasikan semua keuntungannya ke dalam bisnis. Ridwan saat ini masih mengontrak, baik untuk tempat tinggal maupun tempat usahanya. Baginya, selama bisnisnya berjalan, ia merasa tenang.

Ia juga pernah menghadapi masa-masa sulit, di mana aliran kas usahanya menipis. Stok tas menumpuk hingga belasan ribu unit menjelang hari raya. Namun, penjualan tidak sesuai ekspektasi. Ia sempat putus asa, bahkan berpikir untuk mencari pinjaman. Tetapi, ia bersabar. Dua minggu setelah hari raya, penjualan justru meledak, menghabiskan stok yang menumpuk dalam waktu singkat. Dari pengalaman ini, ia belajar bahwa dalam bisnis, harus terus beradaptasi dan memahami pola pasar.

Kini, setelah melewati berbagai rintangan, Ridwan telah mencapai banyak hal. Ia memiliki kendaraan pribadi, telah melakukan ibadah umrah bersama istri, dan mengumrahkan orang tuanya. Ia juga sudah memiliki tanah untuk investasi. Namun, semua pencapaian itu tidak membuatnya sombong. Ia memiliki motivasi yang jauh lebih besar dari sekadar kekayaan, yaitu menjadi bermanfaat bagi sesama. Ia ingin membuka lapangan pekerjaan dan berzakat. Ia meneladani para sahabat Nabi yang menjadi pengusaha sukses, seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Ia yakin bahwa berdagang adalah salah satu jalan terbaik untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat.

Ridwan menyadari bahwa tantangan terbesar yang ia hadapi adalah terus beradaptasi dengan perubahan. Ia harus selalu memperbarui ilmu dan mengikuti tren. Ia juga belajar untuk tidak mengambil keputusan hanya berdasarkan naluri, melainkan harus didasari oleh data. Ia pernah memproduksi sebuah tas yang menurutnya bagus, tetapi ternyata di pasaran produk itu tidak laku. Sementara, produk yang ia anggap biasa-biasa saja justru laku keras. Dari sana, ia menyimpulkan bahwa yang terpenting bukan "bagus menurut saya," melainkan "bagus menurut konsumen."

Ridwan memiliki pesan untuk setiap orang yang sedang berjuang: jangan pernah berhenti belajar. Jangan mudah puas dan jangan nyaman di zona nyaman. Tidak semua orang harus menjadi pengusaha. Ada yang ditakdirkan untuk berkarir, dan itu juga hal yang mulia. Namun, jika seseorang ingin merintis usaha, harus siap dengan segala resikonya. Ridwan adalah contoh nyata bagaimana seorang yang berawal dari pedagang kecil dengan modal minim, bisa membangun bisnis yang sukses dengan pondasi mental yang kuat, ketekunan, dan keyakinan pada setiap jalan yang ia pilih.

Posting Komentar

0 Komentar