Susil Ningsih, seorang pensiunan asal Surabaya, membuktikan bahwa masa purna tugas bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan baru. Setelah pensiun pada Maret 2011, ia menghadapi perasaan yang umum dialami para pensiunan: merasa tidak lagi produktif dan mulai menua. Namun, mindset seorang pengusaha yang kuat telah tertanam dalam dirinya: “di mana ada ancaman, di situ ada peluang. Di mana ada kesulitan, di situ ada kemudahan.”
Bermula dari kegelisahan akan hobi memasaknya yang terhambat, Susil melihat potensi di sekitarnya. Ia menyaksikan ibu-ibu tetangga yang sering berkumpul dan mengobrol tanpa kegiatan produktif. Dari sanalah, sebuah ide besar muncul: menciptakan usaha kecil yang dapat memberdayakan mereka. Tanpa ragu, ia memadukan hobi memasak dengan niat mulia tersebut.
Perjuangan Memulai dari Nol
Langkah pertamanya sangat sederhana: membuat sambal. Ia yakin, "semua ibu-ibu di Indonesia bisa membuat sambal." Namun, ia ingin produknya berbeda. Setelah mengulek satu kilogram cabai, ia memantapkan diri untuk mengolahnya menjadi produk komersial.
Perjuangan dimulai dari pemilihan merek. Ia tidak menggunakan nama "Sambal Bu Susi" karena sudah terlalu banyak. Akhirnya, ia memutuskan untuk menggunakan alamat rumahnya, DD1, sebagai merek. Keputusan ini memiliki tantangan tersendiri. Mengurus hak merek di Kumham pada saat itu bukanlah hal mudah. Ia harus berulang kali mengurusnya selama bertahun-tahun. Kendati demikian, ia tidak menyerah.
Merambah Pasar Modern dan Mengajarkan Ibu-ibu
Setelah melengkapi seluruh perizinan, pada tahun 2013, Sambal DD1 berhasil masuk ke pasar ritel modern, yaitu Gelael. Keberhasilan ini tidak diraih dengan mudah, karena persaingan produk sambal yang terus menjamur. Namun, DD1 berhasil mendapatkan pengakuan. Di tahun yang sama, Sambal DD1 mendapat penghargaan sebagai Industri Kecil Terbaik dari ulang tahun Kota Surabaya. Penghargaan ini juga membawa bantuan modal sebesar 25 juta rupiah dari pemerintah, yang segera dialokasikan kembali untuk meningkatkan produksi.
Tahun 2015, Sambal DD1 semakin dikenal luas setelah masuk ke gerai Transmart dan Carrefour. Keberhasilan ini tidak lepas dari kemampuannya beradaptasi. Meskipun buta digital, Susil menyadari pentingnya pemasaran digital dan merekrut pegawai yang ahli di bidang tersebut. Hingga saat ini, ia memiliki 9 karyawan yang bekerja bersamanya dan didukung oleh ibu-ibu di sekitar rumah, yang juga sangat terbantu dengan adanya usaha ini.
Keterlibatannya dalam memberdayakan masyarakat kecil mengantarkannya menjadi Pahlawan Ekonomi Kota Surabaya. Bahkan, pada tahun 2015, Kementerian UKM dan Koperasi merekrutnya untuk mengajarkan cara membuat sambal ke seluruh Indonesia.
Kualitas, Kedaulatan Diri, dan Visi Global
Di tengah jalan, Susil sempat dihadapkan pada tantangan pribadi, yaitu penyakit stroke yang diderita suaminya. Momen ini menjadi titik balik bagi Susil. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh merepotkan anak-anaknya dan harus memiliki kemandirian. Ia membulatkan tekad untuk terus membangun usahanya, yang tidak hanya memberinya penghasilan tetapi juga tujuan hidup.
Ia tidak terpengaruh oleh cibiran orang lain yang meragukan kualitas produknya. Sebaliknya, ia menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk terus belajar dan meningkatkan mutu. Pada tahun 2016, Sambal DD1 berhasil mendapatkan sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points), sebuah pengakuan keamanan pangan berstandar internasional.
Kini, Susil memiliki visi besar: "mengglobalkan Sambal DD1." Ia yakin, dengan kerja keras dan keyakinan, ancaman dan kesulitan akan berubah menjadi peluang dan kemudahan. Prinsip hidupnya adalah berjuang di jalan yang benar, karena ia percaya, "di atas langit masih ada langit dan masih ada Allah yang melindungi." Dengan semangat inilah, Susil Ningsih terus melangkah, membawa nama Sambal DD1 dari Surabaya ke kancah dunia.
Sumber : GETI MEDIA Cerita Sukses Jualan Sambal, Omset Milyaran,
0 Komentar