Kegagalan sering kali terasa seperti hantaman telak, sebuah akhir dari perjalanan yang baru dimulai. Namun, bagi Anton Agus Wicaksono, seorang wirausahawan dan pendiri Baik Hati Farm, kegagalan-kegagalan yang ia alami justru menjadi bahan bakar untuk bangkit dan melangkah lebih jauh. Pria yang akrab disapa Wicak ini bersama istrinya, Atika, membuktikan bahwa dengan ketekunan, strategi yang tepat, dan keyakinan yang kuat, sebuah bisnis yang sempat terpuruk bisa mencapai kesuksesan yang luar biasa.
"Dulu saya berpikir, ya, karena udah kegagalan-kegagalan itu, ya, saya berpikir, masa iya kita selalu jadi ahlul musibah, begitu kan? Enggak mungkin. Saya percaya suatu saat ini akan terganti. Kita akan tersenyum, kita akan menangis bahagia, mungkin," ujar Wicak.
Perjalanan mereka membangun Baik Hati Farm, sebuah bisnis penggemukan sapi kurban di Desa Susukan, Kabupaten Bogor, tidaklah mudah. Bisnis yang mereka rintis dari nol ini sempat mengalami kerugian hingga Rp200 juta di tahun sebelumnya. Kerugian itu disebabkan oleh beberapa faktor internal, seperti minimnya dukungan sumber daya manusia (SDM), operasional yang belum tertata, hingga ketersediaan sumber pakan yang tidak memadai.
Namun, alih-alih menyerah, Wicak dan Atika menjadikan pengalaman pahit tersebut sebagai "sekolah S2" mereka. Mereka menyadari bahwa bisnis sapi kurban tidak bisa hanya mengandalkan momen Idul Adha. Diperlukan strategi yang lebih berkelanjutan agar bisnis bisa berjalan sepanjang tahun.
Mengubah Paradigma dengan Sistem Tabungan Kurban
Atika, yang memiliki latar belakang di bidang komunikasi, turut membantu suaminya dalam hal branding dan pemasaran. Mereka melihat celah yang bisa dimanfaatkan. "Yang kami temukan, selama ini orang tuh beli hewan kurban hanya di Idul Adha. Padahal sebenarnya, banyak orang yang pembelian hewan kurban itu malah sebelum Lebaran dan mereka memang sebagai ibadahnya," jelas Atika.
Mereka pun menciptakan terobosan yang diberi nama Tabungan Kurban. Ide ini muncul setelah Wicak mempelajari berbagai strategi bisnis di media sosial dan YouTube. Konsepnya sederhana namun efektif: memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk membeli hewan kurban jauh-jauh hari sebelum Idul Adha.
Namun, mereka membutuhkan mitra yang bisa menjangkau pasar lebih luas. Di sinilah Wicak bertemu dengan seorang YouTuber yang fokus pada konten peternakan di area Jabodetabek. Melalui kerja sama ini, mereka menawarkan konsep Tabungan Kurban dengan jaminan bobot sapi yang riil dan bergaransi.
Respons pasar sungguh di luar dugaan. Di dua minggu pertama, 30 ekor sapi ludes terjual. Dalam sebulan, angka penjualan meningkat menjadi 57 ekor. Dan dalam waktu tiga bulan, mereka berhasil menjual 103 ekor sapi, sebuah pencapaian yang bahkan membuat sang YouTuber terkejut. "Kandang-kandang lain belum pada jualan, Mas," kata sang YouTuber.
"Saya mikir, ya sudah, Mas. Usaha saya beda, struggle saya beda, tujuan saya beda, hati saya beda, mindset saya beda. Ya, mungkin ini rezeki saya saat ini," ungkap Wicak penuh rasa syukur.
Pencapaian ini tidak hanya membuktikan keefektifan sistem Tabungan Kurban, tetapi juga membangun kepercayaan atau trust di antara pelanggan. Wicak dan Atika menjamin kualitas sapi dan memberikan garansi bobot riil, kematian, dan berbagai layanan lainnya. Hal ini membuat pelanggan merasa tenang dan yakin dengan pilihan mereka. Bahkan, salah satu pelanggan mereka berasal dari Singapura, membuktikan bahwa jangkauan pemasaran mereka tidak terbatas.
Menjaga Kualitas dan Profesionalisme
Kesuksesan yang diraih tidak membuat Wicak dan Atika berpuas diri. Mereka terus berinovasi dan meningkatkan kualitas operasional. Saat ini, penjualan dengan konsep Tabungan Kurban dihentikan sementara karena keterbatasan kapasitas dan demi menjaga kualitas pelayanan.
"Secara operasional akan sulit, Mas. Misalkan kita harus jual 200 ekor semuanya harus timbang, itu saya rasa tidak akan berjalan dengan baik," jelas Wicak.
Mereka lebih memilih untuk fokus pada sistem penjualan jogrok, di mana pelanggan bisa langsung datang ke kandang untuk memilih sapi. Dengan begitu, mereka bisa menjaga servis dan memastikan setiap sapi yang keluar dari Baik Hati Farm adalah sapi berkualitas.
Selama 9 bulan dalam setahun, Baik Hati Farm aktif menjalankan bisnis. Tiga bulan setelah Idul Adha, mereka melakukan evaluasi internal dan mencari inovasi baru. Kemudian, dari bulan keempat hingga kesembilan, mereka membuka kembali Tabungan Kurban. Lalu, di tiga bulan menjelang Idul Adha, mereka fokus pada penjualan jogrok.
Selain strategi pemasaran, Wicak juga sangat memperhatikan kualitas sapi di kandang. Didukung oleh SDM yang kini sudah berpengalaman, mereka menerapkan sistem penggemukan yang sangat terstruktur, mulai dari detail pakan, kandungan nutrisi, hingga jadwal pemberian pakan yang konsisten.
"Kebersihan itu membuat mereka nyaman. Jadi penggemukannya itu bisa mencapai hasil yang maksimal," tambah Wicak.
Dengan sistem ini, rata-rata pertumbuhan harian sapi mereka bisa mencapai lebih dari satu kilogram per hari, bahkan untuk sapi lokal yang biasanya hanya tumbuh 0,6 kilogram per hari.
Kunci Sukses: Mengandalkan Diri dan Jalur Langit
Di balik kesuksesan bisnisnya, Wicak mengungkapkan bahwa kunci utamanya adalah berserah diri pada Allah dan selalu berprasangka baik. Baginya, hubungan dengan Tuhan adalah fondasi dari segala usaha.
Selain itu, ia juga sangat menghargai peran orang-orang terdekatnya, terutama ibu, istri, dan anak-anaknya. "Saya memaksimalkan waktu-waktu saya untuk ke circle terdekat saya. Saya harus bahagiakan ibu, bahagiakan istri, bahagiakan anak," ujarnya.
Wicak juga percaya bahwa passion bisa dibentuk. Ia sendiri awalnya tidak memiliki pengalaman atau kecintaan khusus pada binatang. Namun, seiring berjalannya waktu, passion itu tumbuh. "Yang sulit itu yang tidak bisa kita cintai. Tapi buat saya, passion itu tidak harus dari awal. Passion itu bisa dibentuk," ungkapnya.
Dengan keyakinan dan kerja keras, Baik Hati Farm berhasil mencapai banyak hal. Selain sukses secara finansial, mereka juga memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu memberikan manfaat bagi banyak orang, baik para pekerjanya maupun para sohibul kurban.
"Saya harus bermanfaat juga mempunyai nilai dari sisi akhiratnya. Karena kan itu yang belum pasti, itu yang mahal," tutur Wicak.
Melalui Baik Hati Farm, mereka berharap bisa mengubah paradigma masyarakat tentang kurban. Menurut Atika, kurban bukan hanya sekadar bisnis, melainkan sebuah ibadah hati. "Gimana orang tuh bisa loyal karena ini untuk ibadahnya dia," katanya.
Wicak dan Atika bermimpi untuk membawa bisnis ini lebih jauh, bahkan memiliki ambisi untuk menjual sapi secara daring layaknya di e-commerce. Kepercayaan yang mereka bangun melalui media sosial sudah membuktikan bahwa ini bukan hal yang mustahil.
"Fokus saja sih sama tujuan, fokus sama diri sendiri, mampukan diri, pantaskan diri di hadapannya," tutup Wicak. Kisah mereka adalah cerminan nyata bahwa setiap kegagalan adalah pelajaran berharga dan setiap usaha yang dibarengi dengan keyakinan akan menemukan jalannya sendiri, menuju naik kelas yang sesungguhnya.
Sumber Ch Youtube: NAIK KELAS : Ternak Sapi Rugi 200 Juta di Tahun Pertama, Raup Omzet 3 MILIAR di Tahun Ketiga
0 Komentar