Tradisi Meeraji merupakan
salah satu warisan budaya masyarakat Gorontalo yang erat kaitannya dengan
nilai-nilai Islam. Tradisi Me'eraji adalah
ritual keagamaan masyarakat Gorontalo yang dilaksanakan setiap tanggal 27 Rajab
untuk memperingati peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini telah
menjadi bagian integral dari budaya Gorontalo dan sarat dengan nilai-nilai
religius serta sosial.
Tradisi Me'eraji diyakini telah ada
sejak ratusan tahun lalu di Gorontalo. Naskah Me'eraji disusun oleh Syekh Ali
bin Abubakar Al Hasani, yang dikenal dengan nama Bapu Ju Panggola, sekitar 200
hingga 300 tahun yang lalu. Naskah ini ditulis dalam bahasa Gorontalo
menggunakan aksara Arab Pegon dan menceritakan kisah perjalanan Isra Mikraj
Nabi Muhammad SAW.
Pelaksanaan Me'eraji berlangsung semalam suntuk, dimulai setelah salat Isya hingga menjelang Subuh. Ritual ini biasanya dilaksanakan di masjid-masjid atau rumah-rumah penduduk dengan mengundang para pemangku adat dan ulama. Tradisi itu juga mengisyaratkan kepada masyarakat Gorontalo, bahwa bulan Ramadan semakin dekat.
Dari pengamatan kami, pelaksanaan Meeraji di masjid Baiturrahim Kota Gorontalo yang menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat. Beberapa elemen yang khas dalam tradisi ini antara lain, sebelum pembacaan kitab meeraji diawali dengan pelaksanaan secara nasional yang diisi ceramah agama oleh para ulama atau pemuka adat, yang menekankan pentingnya keimanan, ibadah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dilanjutkan tahlilan disertai dengan penyuguhan hidangan kue makanan tradisional untuk dinikmati bersama setelah acara.
Video dokumentasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Gorontalo, cq. Bidang Kebudayaan. Liputan Arcomedia GorontaloSebelum memulai Me'eraji, kemenyan, bara api, meja kecil beserta kain putih sebagai alas, dan segelas air putih yang harus disiapkan. Setelah itu barulah naskah Isra Mikraj akan dibaca oleh "Leebi" atau Imam, yang diawali dengan doa bersama.
Prosesi dimulai dengan pembacaan naskah Me'eraji yang dibagi menjadi 22 penggal cerita, masing-masing dibacakan oleh beberapa orang secara bergantian. Pembacaan dilakukan dengan dilagukan untuk menarik perhatian dan memudahkan pemahaman masyarakat.
Menurut tokoh Lembaga adat kota Gorontalo Dr. Zainal Abidin Umar, M.Si selain memperingati perjalanan nabi, perayaan Me’eraji juga dilakukan untuk mendoakan negeri (du’a lo lipu). Me’eraji juga merupakan salah satu kesusastraan yang sering digunakan dalam melakukan syiar Islam. Olehnya pembacaan Me’eraji dilakukan rutin sekali setahun yang dilaksanakan di masjid ataupun pada rumah-rumah warga.
Isi dalam naskah yang dibacakan tersebut, menurutnya, memiliki fungsi sebagai pembinaan budi luhur bagi masyarakat Gorontalo, karena pada naskah tersebut terkandung pelajaran agama, etika dan moral yang dapat memperkuat keimanan pendengar.
Naskah Meeraji di Gorontalo merupakan dokumen bersejarah yang menjadi bagian penting dari tradisi keagamaan masyarakat setempat. Naskah ini menceritakan perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW secara detail, disertai dengan nuansa lokal Gorontalo yang khas. Naskah Meeraji ditulis dalam bahasa Gorontalo menggunakan aksara Arab Pegon, yang merupakan tulisan Arab dengan penyesuaian fonetis untuk melafalkan bahasa lokal.
Gaya bahasanya berbentuk syair atau prosa lirik yang dilagukan. Ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam mendengarkan dan memahami isi naskah.
Naskah ini tidak hanya memuat kisah Islami, tetapi juga mengintegrasikan kearifan lokal Gorontalo, seperti penggunaan metafora atau istilah budaya setempat untuk memperkuat pemahaman masyarakat.
Naskah ini dibagi menjadi 22 bagian atau penggalan cerita, masing-masing menggambarkan tahap perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam Isra dan Miraj. Pembagian ini memudahkan pembacaan secara bergantian oleh para tokoh masyarakat atau pemuka agama.
Tradisi pembacaan naskah Meeraji bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga menjadi sarana pengajaran nilai-nilai Islam yang dikemas secara budaya dan sosial, menjadikannya bagian integral dari identitas masyarakat Gorontalo.
Hingga kini, tradisi Me'eraji masih dipertahankan oleh masyarakat Gorontalo, meskipun mengalami beberapa penyesuaian.
masyarakat Gorontalo mengintegrasikan peringatan Isra Miraj dengan adat dan budaya setempat. Tradisi ini diadakan sebagai wujud penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai sarana dakwah untuk memperkokoh ikatan komunitas dan menanamkan nilai-nilai religius. Meeraji menjadi lebih dari sekadar peringatan agama, tetapi juga sebuah ritual sosial yang menggabungkan keislaman dengan kearifan local. Dengan demikian, tradisi Me'eraji mencerminkan kekayaan budaya dan religiusitas masyarakat Gorontalo yang terus dilestarikan dari masa ke masa.
0 Komentar